BAB 3 Kelas 2
A. Yakin Allah itu Mahasuci
1.5.1 Menerima adanya
Allah Swt. Yang Mahasuci.
2.5.1 Menunjukkan perilaku rendah hati.
3.5.1 Menyebutkan arti Al-Quddµs.
3.5.2 Menyebutkan bukti Allah Swt. Mahasuci.
3.5.3 Menyebutkan cara menyucikan Allah Swt.
3.5.4 Menjelaskan bukti Allah Swt. Mahasuci.
Subhanallah (Mahasuci Allah) yang memiliki
kesempurnaan. Allah Maha sehingga memiliki sifat al-Quddµs. Allah
Swt. tidak mungkin salah, atau kurang. Karenanya Allah Swt.
tidak mungkin dicela karena kekurangan itu. Kalau Allah tidak Mahasempurna,
pasti dunia dan kehidupan ini kacau-balau tak beraturan. Mahasuci Allah
dari segala kekurangan.
Tugas manusia adalah iman kepada Allah yang Mahasuci.
Tugas berikutnya adalah berusaha menyucikan diri dari segala
sifat kekurangan.
Jika Allah Mahasuci, sebaiknya manusia beriman juga
berusaha menyucikan diri dari segala dosa, kekurangan, sehingga
hidup manusia menjadi tidak tercela. Manusia harus
membersihkan hatinya terlebih dulu dari berbagai niat jahat, lalu
membersihkan badannya dari kotoran, lalu membersihkan pakaiannya
dari najis dan kotor
B. Al-Quddus
1.5.1 Menerima adanya Allah Swt. Yang Mahasuci
2.5.1 Menunjukkan perilaku rendah hati.
4.5.1 Melafalkan al-Asmaul al-Husna al-Quddus.
4.5.2 Mendemonstrasikan pelafalan al-Asmaul al-Husna al-Quddus.
Dari sini muncul berbagai penafsiran dari kata al-Quddµs,
di antaranya terpuji dari segala macam kebajikannya. Imam Al-Ghazali
mengatakan Allah Swt. sebagai al-Quddµs adalah Dia yang tidak
terjangkau oleh indera, tidak dapat dikhayalkan oleh imajinasi, dan tidak
dapat diduga oleh nurani. Demikian kesempurnaan Allah Swt.
Dia tidak terkejar bentuk dan dzat-Nya oleh kekuatan indera. Indera kita
terlalu lemah untuk menjangkau keagungan Allah yang menggenggam alam
semesta ini. Mahasuci Allah dari beranak dan diperanakkan. Bagi umat
Islam, Allah tidak diserupai dan menyerupai apa pun. Jadi, kalau ada
yang menganggap Allah itu menyerupai sesuatu, maka pendapat itu tidak
dapat diterima. Karena sesuatu itu pasti makhluk, dan setiap makhluk pasti
ada kelemahannya. Apalagi menyamakan Allah dengan manusia.
Mahasuci Allah secara zat dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan
Allah Swt. yang cacat atau gagal. Mengatakan cacat atau gagal pada
perbuatan Allah Swt. pun tidak layak. Allah Swt. tidak mungkin berbuat
sesuatu yang gagal. Mahasuci Allah dari yang dianggap sempurna oleh
makhluk. Manusia mempunyai standar kesempurnaan. Namun, sesempurnanya
dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah
yang sesungguhnya. Akal manusia terbatas.
Hikmah yang dapat diambil dari sifat al-Quddus.
1. kita dapat menikmati apa pun ketetapan Allah Swt. tanpa prasangka buruk.
Allah Swt. telah berjanji "Aku sesuai prasangka hambaKu".
Berburuk sangka kepada Allah akan membawa malapetaka bagi kita. Kita harus
tetap berhusnudzan (baik sangka), pasti ada hikmah di balik
setiap kejadian. Maka, nikmatilah setiap kejadian sebagai
sarana evaluasi diri. Yang terpenting, kejadian apa pun yang menimpa
harus mengubah kita menjadi lebih baik.
2. Siap dengan ketidaksempurnaan diri.
Apa yang kita banggakan sebagai
manusia bila tanpa iman? Kita serba kalah oleh binatang. Masuk ke air,
ikan lebih lincah. Meski kita bisa menjadi pelari tercepat, masih kalah
cepat dari kuda. Manusia pun masih kalah kuat dengan badak,
kalah besar dari badak, kalah besar dari gajah. Hanya kekuatan imanlah
yang membuat kita lebih tinggi dari makhluk apa pun. Mari kita lebih
tinggi dari makhluk apa pun. Mari kita tutup pintu kesombongan diri dan
bukalah lebar-lebar pintu ketawaduan. Sebab, tiadalah orang yang rendah
hati, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.
3. Menerima kenyataan terkait dengan kekurangan orang lain.
Kita harus
siap menghadapi kenyataan bahwa orang terdekat kita tidak sempurna. Secara
fisik mungkin mendekati kesempurnaan tapi akhlak tidak ada
yang sempurna. Ada yang pemarah, pelit atau egois. Kita
harus terlatih menghadapi orang-orang terdekat kita,
orangtua, saudara kandung, maupun pembantu di rumah. Kesiapanmental
menerima kekurangan dan keterbatasan orang lain, Insya Allah akan membuat
kita lebih bisa bersikap bijaksana.
Orang akan tertekan jika dalam hidup selalu ingin sempurna dalam segala
hal. Ingin yang terbaik boleh, tapi ingin sempurna tidak ada. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah Swt. Memang kita harus melakukan perencanaan
matang, persiapan yang optimal, dan pelaksanaan yang hati-hati, tapi
kita harus siap pula bahwa hasil yang dicapai tidak akan pernah sempurna.
Sikapilah kekurangan orang lain sebagai ladang amal bagi kita. Kita harus
siap menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menyukai kita. Lebih
baik terus konsisten memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik. Allah yang
akan mengatur hati setiap orang. Semua hati manusia ada
dalam genggaman Allah. Inilah yang membuat kita harus selalu berbaik
sangka pada-Nya dalam kondisi apa pun.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar