Kelas VI: BAB II "Allah Swt. Maha Segalanya



Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kalian diharapkan mampu:
  1. Menjelaskan arti dan makna Asmaulhusna al-Ghaffar, al-Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad
  2. Membuat karya berupa menulis Asmaulhusna al-Ghaffar, al-Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad dengan seni kaligrai.
  3. Melafalkan Asmaulhusna al-Ghaffar, al-Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad dengan baik dan benar.
  4. Terbiasa menumbuhkan sikap mandiri dan bertanggung jawab.



Ayo Siap-Siap Belajar



Sebelum mulai belajar, silahkan siapkan alat tulis kalian, kemudian duduklah dengan rapi dan awali dengan berdoa kepada Allah Swt., agar bisa mengikutipembelajaran dengan baik dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Selanjutnya silahkan kalian melakukan kegiatan pembiasaan seperti tadarus Al-Qur’an.

Renungkanlah!
Apabila Allah Swt. menampakkan dosa para hamba-Nya, niscaya manusia selaku hamba Allah Swt. tidak akan berani mengangkat wajah walaupun hanya di hadapan seekor semut karena kesalahan dan dosa yang kita miliki. Jika setiap kesalahan yang dilakukan manusia dihamparkan di muka bumi pasti akan tertutup oleh dosa manusia. Oleh karena, dengan ampunan Allah Swt, maka semuanya seperti nampak indah saja. Allah Maha Pemaaf yang meliputi semua makhluk-Nya. Kalau tidak karena Maaf-Nya niscaya bumi akan terbenam menenggelamkan penghuninya.

A. Makna al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad

1. Al-Gaffār


Cermati gambar berikut !
Gambar 2.1 Memohon Ampun
Aktivitasku
Ceritakan secara singkat gambar di atas sesuai dengan apa yang pernah kalian alami dalam kehidupan sehari-hari!

Asmaulhusna yang sudah kalian pelajari sejak kelas 1. Di kelas 6 semester pertama ini kalian akan kembali mempelajari 4 Asmaulhusna. Satu dari 4 Asmaulhusna dimaksud asma Allah al-Gaffār.
Al-Gaffār berasal dari kata gafara yang artinya menutup. Dalam bahasa Arab, kata dasar gafara dapat membentuk menjadi kata yang sangat beragam seperti istigfār (permohonan ampunan), magirah (ampunan), gufrān (ampunan), gāfir (yang mengampuni), gafūr (pengampun), gufrah (alat penutup), gafīr (yang menutupi).
Dialah Allah Swt. yang menutup dosa-dosa hamba-Nya. Menurut Imam al-Gazali, Allah menutup dosa-dosa manusia dengan keindahan dan menyembunyikan semua keburukan yang dilakukan oleh manusia. Al-Gaffār ini dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneladanan al-Gaffār dalam kehidupan sehari-hari tidaklah mudah, apalagi saat ini zaman kecanggihan teknologi informasi. Berita baik dan buruk mudah tersebar kepada pribadi maupun kepada orang banyak. Namun demikian, Kalian harus berusaha untuk bisa meneladani al-Gaffār dalam kehidupan sehari-hari walaupun sedikit demi sedikit.
Meneladan al-Gaffār dengan cara membiasakan untuk belajar menutupi
aib orang lain. Menutupi aib orang lain maksudnya, apabila kalian mengetahui kesalahan, keburukan, atau dosa yang dilakukan orang lain sekecil apapun baik langsung atau dari orang lain, tidak boleh membukanya atau menceritakannya kembali kepada orang lain agar tidak menyebar dan diketahui orang banyak. 
Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah menutupi aibnya di dunia dan di akhirat”. (H.R Ibnu Majah).

2. Al-‘Afuw
Cermati gambar berikut!
Gambar 2.2 Memaafkan

Aktivitasku
Setelah Kalian mencermati gambar di atas, ceritakan apa makna gambar di atas sesuai dengan pengalaman kalian sehari-hari? 
Al-‘Afuw salah satu nama dari 99 nama yang diperkenalkan kepada manusia oleh Allah melalui Al-Qur’an. Al-’Afuw berasal dari kata ‘afwu artinya menghapuskan, menghilangkan, atau melenyapkan. Dengan sifat al-‘AfuwNya, Allah Swt. menghapuskan semua dosa makhluk. Menghapus ebih kuat dari pada menutup.
Pernahkah Kalian mendengar seseorang mengatakan ‘afwan? Kata ‘afwan bisa diartikan maaf. Allah telah mengajarkan melalui asma-Nya al-‘Afuw. Dia menghapuskan, menghilangkan atau melenyapkan dosa-dosa makhluk, maka Kalian bisa meneladan al-‘Afuw dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:
  1. Memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat salah kepada kalian baik sengaja maupun tidak sengaja
  2. Menghapuskan dan melenyapkan semua kesalahan orang dari hati agar tidak diungkit kembali selamanya
  3. Tidak memelihara rasa dendam dalam hati 
Memaafkan dengan cara menghapuskan semua kesalahan orang lain memang tidak mudah. Namun, Kalian tetap harus berusaha sekuat hati agar Allah Swt. memberikan maaf-Nya kepada Kalian. Dalam Q.S. Al-Nisā 149, Allah Swt. menjelaskan ;


Artinya: Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (Q.S Al-Nisā : 149)
Untuk mendapat ampunan atas kesalahan kepada Allah lebih mudah dari pada mendapatkan maaf atas kesalahan kepada sesama manusia. Allah Swt. tidak akan menerima taubat seseorang sebelum orang yang dianiaya atau disakitinya memaafkan. Oleh sebab itu, dalam hubungan kita dengan sesama manusia harus senantiasa berhati-hati baik pikiran, ucapan, dan perbuatan jangan sampai terjebak dengan perbuatan dosa, khususnya dosa sū’uẓan akibat terlalu cepat menerima dan menyebarkan berita bohong (hoax).
Kalian hidup di zaman canggihnya teknologi informasi, setiap detik berbagai berita berseliweran di berbagai media terutama media sosial. Apabila Kalian menerima informasi atau berita tidak baik, hendaknya menelusuri sumber beritanya untuk mendapat penjelasan (tabayyun) yang sebenarnya, sehingga terhindar dari perbuatan fitnah.

3. Al-Wāḥid
Al-Wāḥid artinya tunggal. Al-Wāḥid adalah zat Tunggal, sendiri, dan tanpa ada yang lain. Allah tidak punya sekutu dan tandingan. Dalam Al-Qur’an Allah Swt.berfirman.


Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang satu, tiada tuhan selain Dia,Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ”. (Q.S. al-Baqarah 163)
Gambar 2.3 Sujud
Tahukah Kalian ciri orang yang mengimani kemahaesaan atau kemahatunggalan Allah? Penciri orang yang mengimani kemahaesaan atau kemahatunggalan Allah di antaranya adalah :
  1. Selalu mengucapkan Lailahaillallah
  2. Selalu melaksanakan salat wajib
  3. Hanya berdoa dan meminta kepada Allah
  4. Menghindari perbuatan dan ucapan yang mendekati kemusyrikan
  5. Fokus kepada satu tujuan yang ingin dicapai

 

4. Al-Ṣamad
Apakah kalian hafal surah al-Ikhlas? Karena di dalam surah al-Ikhlas tersebut pada ayat ke-2 Allah Swt. menyebutkan kata al-Ṣamad.
Gambar 2.3 Sujud


Artinya: Allah tempat meminta segala sesuatu.

Al-Ṣamad artinya tempat meminta dan tempat menggantungkan harapan. Yang meminta dan menggantungan keinginan kepada Allah bukan hanya manusia tetapi semua makhluk yang diciptakan-Nya. Setiap makhluk menyampaikan permintaan keingingan dan menggantungkan dirinya kepada Allah dengan cara yang berbeda. Hewan dengan cara bahasa hewan, tumbuhan dengan caranya yang berbeda, begitu pun benda cair dan padat tentu dengan caranya pula, termasuk cara manusia dengan cara manusia.
Manusia memiliki tata cara tersendiri dalam meminta dan menggantungkan keinginannya kepada Allah Swt. yakni cara-cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Walaupun manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding dengan makhluk lainnya. Namun, tetap tidak berdaya tanpa bergantung kepada Allah.

Allah Swt dengan sifat-Nya mengajarkan bahwa kita sangat membutuhkan Dia (Allah) semata. Oleh sebab itu, jadilah Kalian pribadi al-Ṣamad dengan cara sebagai berikut:
  • a. Beribadah kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh
  • b. Bermohon hanya kepada Allah Swt. untuk mencapai cita-cita terbaik
B. Cara Allah Mengampuni Kesalahan Manusia
Gambar 2.4 Taubat

Setiap detik kita tidak terlepas dari dosa kepada Allah karena ikiran, ucapan, atau perbuatan. Kalian lihat kembali renungan di atas. Sebanyak dan sebesar apa pun dosa kita kepadaNya, yakinlah Dia akan menghapus dan melenyapkan. Allah Swt. akan mengampuni dan menghapuskan dosa apabila manusia bertaubat kepadaNya. Firman Allah dalam Al-Qur’an.


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan Menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga..” (QS. Al-Taḥrīm: 8).

C. Syarat Untuk Mendapat Ampunan Allah Swt.
Syarat untuk mendapat ampunan Allah Swt adalah bertaubat dengan Taubat Nasuha, yaitu taubat dengan sebenar-benarnya taubat. Ciri taubat nasuha sekurang-kurangnya melakukan lima hal di bawah ini:
  1. Meninggalkan kemaksiatan yang dilakukan.
  2. Menyesali dengan sangat karena telah melakukan dosa.  Ampuni ya Rabbi, aku menyesal telah melakukan dosa dan maksiat kepada-Mu.
  3. Berniat dan bertekad yang kuat sepenuh hati untuk bertaubat. Ya Allah saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
  4. Harus mendapatkan maaf dari orang yang dianiaya atau disakiti
Apabila kalian terlanjur melakukan sesuatu kesalahan atau perbuatan dosa walaupun kecil, bertaubatlah kepada Allah sekurang-kurangnya dengan mengucapkan istigfar, dengan lafaz:



Aktivitas Kelompok
Alhamdulillah materi bab 2 sudah dibaca, disimak,dan selanjutnya akan berdiskusi untuk menyatukan pendapat, berbagi tugas dan pekerjaan.

Masalah
1. Salah seorang dari kalian melihat dan menyaksikan si A mengambil sesuatu dari tas di meja guru saat orang lain istirahat. Pelaku tidak melihat tapi kalian menyaksikan dengan jelas.

Apa yang akan kalian lakukan, padahal tidak boleh menyebar aib dan kesalahan orang lain?

2. “Hallo Bro! Besok libur. Ulangan tidak jadi. Thanks! “ Itu penggalan WA yang masuk ke HP Kalian. Belum lama Pak Guru mengumumkan melalui surat edaran yang dibagikan oleh ketua kelas bahwa ulangan tetap dilaksanakan.

Apa yang harus Kalian lakukan?

Rangkuman
1. Al-Gaffār berasal dari kata gafara
2. Gafara artinya menutup. Allah Swt menutupi dosa-dosa makhluk
3. Mengamalkan al-Gaffār dengan menutup aib orang lain agar tidak menyebar
4. Al-‘Afuw berasal dari kata ‘afwu
5 ‘Afwu artinya menghapus atau melenyapkan. Allah melenghapus dosa-dosa makhluk
6. Mengamalkan al-‘Afuw memaafkan kesalahan orang lain kepada kita dengan menghapusnya dari hati kita sehingga tidak tersisa untuk dendam.
7. Al-Wāḥid Allah artinya Maha Tunggal.
8. Al-Ṣamad artinya Allah Tempat Meminta dan Menggantungkan Harapan
9. Syarat untuk mendapat ampunan Allah adalah taubat nasuha
10. Taubat secara lisan dengan mungacapkan istigfar kepada Allah.
11. Tabayyun artinya jelas atau terang.
12. Bertabayyun meminta penjelasan kepada sumber berita tentang berita yang beredar.

Refleksi
Bagaimana menurut kalian, jika kita pernah melakukan perbuatan yang mendatangkan dosa pada masa lalu? Kemukakan pendapat kalian melalui tulisan serta beberapa alasannya pada buku catatan PAI.

Karakterku
Saya akan berusaha menjadi anak yang pemaaf, dan meminta maaf jika pernah melakukan kesalahan, serta berupaya untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Salinlah tabel berikut pada buku tulis kalian, lalu berikan respon setuju (S), tidak setuju (TS), tidak tahu (TT) serta alasan terhadap resepon tersebut!


No Pernyataan Respon
1 Apabila saya melakukan kesalahan kepda teman, maka saya segera meminta maaf.
Alasan : ..........................................................................................................
2 Jika ada teman yang berbuat salah kepada saya, maka saya tidak akan memaafkannya.
Alasan : ..........................................................................................................
3 Orang yang pemaaf lebih mulia dari pada meminta maaf.
Alasan : ..........................................................................................................
4 Perilaku saling memaafkan akan menumbuhkan meningkatkan rasa persaudaraan.
Alasan : ..........................................................................................................
5 Jika ada teman yang bertengkar, maka akan saya saran untuk saling memaafkan.
Alasan : ..........................................................................................................


Unjuk Kerja
Ayo berkreasi membuat paparan materi!
Mari membuat paparan sederhana tentang Asmaulhusna seperti contoh di bawah ini, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Paparan dibuat pada kertas karton atau menggunakan presentasi power point
2. Dikerjakan secara berkelompok yang beranggotakan 4 s.d 6 orang orang.
3. Paparan yang sudah selesai, dipresentasikan dengan kelompok lain menggunakan tim ahli atau narasumber.
4. Masing-masing kelompok saling memberikan komentar, saran, dan kritikan atas hasil paparan yang telah dibuat



Kisah Inspiratif

Bacalah dengan cermat kisah berikut!
Pentingnya Bertabayyun 

Rasulullah saw menugaskan al-Walid ibn Uqbah ibn Abi Mu’ith untuk melaksanakan pemungutan zakat terhadap kalangan Bani al-Musṭalaq. Dengan senang hati, pergilah al-Walid ke tempat perkampungan Bani Musthalaq.

Mendengar kabar akan kedatangan utusan Rasulullah saw, yakni al-Walid, maka warga Bani al-Musṭalaq keluar dari rumah mereka masing-masing guna menyambut kedatangan al-Walid dan membawa sedekah dari mereka, akan tetapi al-Walid salah menafsirkan hal tersebut, justru dia mengira mereka hendak menyerangnya. Melihat keadaan semakin ramai, maka al-Walid Kembali dan melapor kepada Rasulullah bahwa Bani al-Musṭalaq tidak mau membayar zakat bahkan mereka akan berusaha menyerangnya dan Rasulullah saw.

Gambar 2.5 Tabayyun
Mendengar laporan dari al-Walid, maka Rasulullah saw. marah kepada al-Walid lalu Beliau mengutus Khalid ibn Walid untuk mencari kebenaran berita yang disampaikan oleh alWalid. Kemudian atas perintah dari Rasulullah saw. Khalid berusaha mencari kebenaran berita tersebut dengan mengutus seseorang untuk pergi ke perkampungan Bani al-Musṭalaq. Dari informasi seseorang tersebut didapati warga masih beiman kepada Allah Swt dan Rasulullah saw., serta taat menjalankan ibadah, hal ini menunjukkan bahwa Bani al-Musṭalaq bukan bermaksud untuk menyerang akan tetapi akan menyambut dengan kegembiraan utusan Rasulullah saw. Mendapati kenyataan yang demikian, maka Khalid mendatangi mereka dan menerima zakat yang telah mereka kumpulkan.


Sumber : Kisah-Kisah Teladan
Catatan Orang Tua:
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................



Komentar