BAB 3 Kelas 6

 

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik:
  1. Memiliki sikap toleran dan simpati kepada sesama sebagai implemantasi dari pemahaman isi kandungan Q.S. al-Kafirµn dan Q.S. al-Maidah /5:2.
  2. Memiliki sikap berbaik sangka kepada sesama sebagai implentasi dari pemahaman Q.S. al-Hujurat/49:12.
  3. Memiliki perilaku hidup rukun sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Hujurat/49:12.
  4. Dapat mencontohkan sikap berbaik sangka kepada sesama sebagai implentasi dari pemahaman Q.S. al-Hujurat/49:12.
  5. Dapat mencontohkan perilaku hidup rukun sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Hujurat/49:12.

A. Amati gambar Berikut!






B. Berbaik Sangka

1. Perhatikan Cerita Berikut ini!

Berfikir Positif
    Pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang setiap pergi berburu selalu ditemani oleh seorang sahabatnya yang terkenal dengan ketakwaannya. Tiap kali raja menemui sesuatu yang tidak mengenakkan, sahabatnya selalu berkata, “Semoga itu baik, Insya Allah.” Kata-kata ini selalu diulang-ulang pada setiap kejadian yang secara lahir adalah kejadian buruk.
    Pada suatu hari saat sang raja berburu bersama sahabatnya, jari raja terkena tombak dan terpotong. Si sahabat berkata, “Semoga itu baik, Insya Allah.” Raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakannya.
    Saat pengawal ditanya, “Apa yang dikatakannya saat kalian menutup pintu penjara?” Pengawal menjawab, “Ia hanya mengatakan, “Semoga ini baik, Insya Allah”. Suatu ketika raja pergi berburu lagi tanpa ditemani sahabatnya, ia tersesat di hutan. Sedangkan di hutan tersebut terdapat sekelompok orang yang menyembah berhala dan tiap tahun mengorbankan orang kepada berhalanya tersebut.
    Raja pun ditangkap oleh kelompok tersebut. Namun, saat diperiksa didapati jari raja tidak lengkap. Mereka pun menolak mengorbankannya, karena korban harus dalam kondisi sempurna. Kemudian raja dilepas, dan ia kembali ke istananya.
 Akhirnya raja menyadari kebenaran ucapan sahabatnya. Sahabat raja tersebut dikeluarkan dari penjara. Raja bertanya, “Ketika engkau mengatakan,‘Semoga itu baik, Insya Allah.” Saat jariku terpotong, aku menyadari bahwa kebaikan itu adalah aku tidak jadi disembelih untuk berhala karena fisikku tidak sempurna. Sekarang saat engkau dipenjara, apakah kebaikan itu?” Sang sahabat menjawab, “Andaikata saat itu saya bersamamu, maka mereka akan menyembelih saya sebagai penggantimu”
    Jadi, jika kamu mendapat kejadian buruk ucapkan: “Semoga ini baik, Insya Allah. Karena, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Swt.
    Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (Q.S. al-Baqarah/2:216). Oleh sebab itu, jangan pernah beranggapan Allah Swt. meninggalkanmu dan tidak sayang kepadamu saat kamu mendapat cobaan atau musibah atau sesuatu yang tidak menyenangkan. (http://korananakindonesia.com/2011/03/16/berpikirlahpositif-bila-terkena-musibah/ dan disadur seperlunya).

2. Arti berbaik sangka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sangka” artinya duga atau taksir. Berbaik sangka adalah menduga yang baik terhadap sesuatu. 

Seorang Peserta didik harus selalu berbaik sangka atau berpikir positif terhadap orangtua, guru atau teman. Berpikir positif adalah prilaku terpuji. Lawan kata berbaik sangka adalah berburuk sangka atau prasangka. Peserta didik yang baik akan menghindari prasangka buruk terhadap orang lain.

Allah Swt. di dalam
Q.S. al-Hujurat/49:12 berfirman yaitu:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Di dalam Q.S. al-Hujurat/49:12 di atas Allah Swt. sudah mengingatkan kita agar menjauhi prasangka buruk, jangan mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain. Karena apa yang kita sangkakan belum tentu kebenarannya. Di samping itu, diri kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita jelek-jelekkan tersebut.

Ayat tersebut di atas didukung pula oleh hadis Rasulullah saw. berikut ini.

“. . . Hati-hati kalian dari prasangka buruk, karena §an/prasangka buruk itu adalah sedusta-dusta ucapan. Dan janganlah kalian memata-matai.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, kita tidak menjelekjelekkan teman kita yang ada di sekolah atau di lingkungan rumah. Pikiran kita hendaknya tidak dipenuhi oleh pikiranpikiran yang negatif. Sebaliknya kita berpikir positif, jernih dan mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.
3. Contoh Berbaik Sangka
Setelah kita memahami makna berbaik sangka, marilah kita cermati contohcontoh perilaku berbaik sangka berikut ini:
  1. Tanpa curiga Ahmad meminjamkan uang jajannya kepada Karim untuk membeli buku.
  2. Kamila menerima peraturan orang tuanya untuk bangun pagi agar bisa salat subuh berjamaah dan membersihkan tempat tidur sendiri.
  3. Karlina menerima aturan orang tuanya untuk mengikuti les privat mengaji di rumah, walaupun ia tidak keluar rumah setelah pulang sekolah.
  4. Herman memahami sahabatnya Zakaria yang tidak ikut piknik ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), karena ternyata Zakaria harus mengikuti ujian renang

C. Simpati

1. Cermati Kisah Berikut ini!
“DAUN TERATAI DAN KANGKUNG”
    Adi dan adiknya Ani tinggal bersama neneknya di suatu kampung. Adi duduk di kelas V dan Ani kelas IV SD. Nenek Ipah, nama nenek Adi dan Ani hidup sendiri. Karena suaminya telah lama meninggal. Sedangkan orang tua Adi dan Ani merantau ke kota besar dan tidak pernah kirim kabar. Untuk hidup sehari-hari nenek Ipah mencari daun teratai dan kangkung di rawa-rawa yang tak jauh dari gubuknya. Pagi pagi sekali nenek Ipah menuju rawa-rawa dengan harapan mendapat daun teratai dan kangkung yang banyak. Hasil daun teratai dijual ke pasar kepada tukang ikan basah. Karena daun teratai yang lebar dapat dijadikan sebagai pembungkus ikan basah.

    Sedangkan kangkung dijualnya kepada tetangga atau kepada siapa saja di pasar. Sedangkan pada siang hari giliran Adi dan Ani mencari daun teratai. Nenek Ipah sangat sayang kepada kedua cucunya. Sebenarnya ia tidak tega kedua cucunya ikut mencari daun teratai dan kangkung di rawa-rawa. Tapi, harus bagaimana lagi, ia harus meneruskan hidup dan kedua cucunya harus tetap bersekolah.

    Padahal hasil penjualan daun teratai dan kangkung tidak menentu, terkadang mendapat uang Rp. 7.500,-, tapi bila sedang beruntung memperoleh Rp. 10.000,- sampai Rp. 15.000,- sehari. Memang pendapatan nenek Ipah dan kedua cucunya itu  tidak seberapa, tapi mereka merasa cukup uang jerih payahnya itu untuk keperluan sehari-hari; daripada harus mengemis di jalan. Kita patut bersimpati terhadap usaha Adi dan Ani. Keduanya berjuang membantu nenek mereka untuk mempertahankan  hidup. Semoga anak-anak yang bernasib sama seperti Adi dan Ani selalu mendapat kesehatan dan menjadi anak yang sukses dikemudian hari.
    Nah, Anak-anak, kisah nenek Ipah dan kedua cucunya, Adi dan Ani sangat menggugah emosi dan simpati kita. Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup susah di desa, bahkan di kota besar yang padat penduduknya. Masih banyak anak yang sebaya Adi dan Ani harus bekerja keras menghidupi dirinya. Karena orangnya sudah meninggal dunia atau pergi merantau. Kita harus bersimpati terhadap saudara-saudara kita yang bernasib seperti Adi dan Ani. Jika keadaan hidup kita lebih baik dari keadaan hidup Adi dan Ani, maka kita harus membantu.
    Anak-anak, tahukah kalian apa sebenarnya makna simpati itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata simpati berarti: rasa kasih, rasa setuju (kepada), dan rasa suka.
    Secara umum kata simpati dapat diartikan sebagai perasaan kebersamaan secara sosial hingga seseorang dapat merasakan perasaan orang lain, (biasanya  suatu perasan sedih) dalam dirinya sendiri. Contohnya saat kita mengetahui orang lain mendapat musibah, seperti orang tuanya meninggal dunia, maka kita dapat merasakan kesedihan yang sama.


2. Contoh Simpati

Anak-anak, setelah kamu memahami makna simpati, cermati contoh-contoh simpati berikut ini:
  1. Mendengarkan curahan hati teman hingga selesai.
  2. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain yang kesusahan atau gembira.
  3. angan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas atau tidak melakukannya.
  4. Beri aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu. Jika tidak bisa memberikan apa yang diminta, cari alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu.

D. Bersikap Toleran
1. Cermati Kisah Berikut ini!
"Toleransi"
Ahmad tinggal di suatu dusun yang beragam suku dan agamanya. Ayah Ahmad seorang imam mesjid  yang cukup besar dan berpengaruh di dusun tersebut. Ahmad diberi kesempatan bermain dengan temantemannya yang berlainan suku. Tidak pernah sekali pun Ahmad merasa kesulitan dalam bergaul.
Bila datang bulan Ramadhan, kaum muslimin  dapat menunaikan ibadah puasa di siang hari dan salat Tarawih di malam hari dengan tenang. 

    Menjelang salat Idul Fitri Ahmad dan remaja masjid serta remaja jemaah Nasrani, Hindu dan remaja agama lain bersama-sama menjaga ketenangan dan kenyamanan kaum muslimin beribadah; sehingga pelaksanaan salat Idul Fitri berjalan dengan baik. Sebaliknya ketika datang perayaan Natal remaja Islam ikut menjaga ketenangan kaum Nasrani melakukan kebaktian. Begitu pula bila datang perayaan nyepi, remaja Islam dan Nasrani ikut menjaga
ketenangan umat Hindu beribadah.
    Bukan hanya dalam perihal beribadah, Ahmad pun menyaksikan dalam pemilihan Ketua Karang Taruna tingkat dusun, para remaja memilih Ketua Karang Taruna sesuai kecakapan atau kemampuan bukan berdasarkan suku. Dengan demikian toleransi dapat menentramkan lingkungan.


Dari kisah di atas ternyata toleransi tidak mengenal tempat dan waktu. Apalagi di Indonesia yang beragam suku, agama, adat istiadat dan budayanya. Sikap toleran harus diwujudkan di rumah, di sekolah dan masyarakat. 

Anak-anak, tahukah kalian arti kata toleran? 

Dalam Kamus Besar Bahasa  Indonesia kata toleran adalah kata sifat yang menunjukkan sikap tenggang rasa (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda dengan pendirian sendiri. Sedangkan toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama.

2. Contoh Toleran
Setelah kamu memahami makna toleran, cermati contoh-contoh sikap toleran berikut ini.
  1. Kita menghormati pendapat teman berbeda dengan kita.
  2. Kita tidak membuat kegaduhan di masjid saat orang-orang sedang melaksanakan ibadah salat.
  3. Kita tidak memasang petasan yang memekakkan telinga, karena bisa saja di sekitar kita ada bayi atau orang sakit.
  4. Kita tidak membuat keributan di kelas saat guru sedang menjelaskan, karena temanteman lainnya btuh ketenangan untuk belajar.
  5. Kita tidak hidupkan radio, VCD atau televisi keras-keras sehingga mengganggu tetangga.
  6. Kita tidak main gitar atau bedug disaat para tetangga sedang istirahat.
  7. Kita tidak mengejek kawan yang berbeda suku dan agamanya. 


E. Hidup Rukun

1. Cermati Kisah Berikut ini!

    Rara dan Wati adalah dua sahabat yang tinggal dalam satu kompleks. Setiap berangkat sekolah Rara dan Wati selalu bersama diantar ayah Rara yang sekaligus berangkat ke kantor. Ketika pulang sekolah keduanya bersama ibu Wati yang menitipkan makanan kecil di kantin sekolah. Karena setiap menjelang selesai pelajaran ibu Wati mengambil hasil penjualan makanan kecilnya. Saat belajar bersama, Rara dan Wati saling mendukung. Rara yang membacakan teks bacaan dan Wati menyimak sambil menyermati bagaimana cara menjawabnya. 
    Di lingkungan rumah pun Orangtua Rara dan Wati sangat erat bersahabat. Karena ibu Rara sebagai Ketua Majelis Taklim di lingkungan kompleks mereka. Setiap malam Kamis kaum ibu di komplek tersebut mengadakan pengajian alQur'±n. Sedangkan tiap hari Jumat ada pula pengajian bulanan di masjid kompleks. Kehidupan di kompleks tempat tinggal Rara dan Wati sangat harmonis. 
    Jarang terdengar ada warga yang kehilangan atau bentrok sesama tetangga, karena Ketua Rukun Tetangga sangat berperan aktif dalam setiap peristiwa yang terjadi di lingkungan kompleks. Jika ada tetangga yang pulang kampung dapat menitipkan kunci rumahnya kepada tetangga sebelahnya. Rumah yang dititipkan kuncinya aman hingga pemiliknya datang. 
    Demikian pula bila ada peringatan maulid Nabi Muhammad saw. seluruh umat Islam ikut membantu meringankan panitia penyelenggara hingga peringatan maulid Nabi Muhammad saw. tersebut terlaksana dengan meriah dan sukses. Begitu pula pada peringatan 17 Agustus tiap tahun, seluruh warga aktif mensukseskannya. Ada warga yang membuat gapura di mulut gang, ada yang menjadi panitia lomba, ada panitia karnaval, ada yang ngurus konsumsi, dan ada warga yang ronda malam dan sebagainya. Dengan pembagian tugas yang merata kepada seluruh warga seperti di atas, hal itu menjadi adil.

Anak-anak, kalian sudah mencermati bacaan di atas, tentunya sudah faham tentang hidup rukun. Namun tahukah kalian makna hidup rukun? Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia kata rukun berarti baik dan damai; tidak bertengkar. Sedangkan hidup rukun artinya hidup damai dan tidak bertengkar.

Hidup rukun sangat dianjurkan oleh agama, karena manusia diciptakan oleh Allah Swt. bersuku bangsa yang berbeda yang menyebabkan budayanya pun berbeda. Namun kita diajarkan untuk saling rukun. Karena dalam pandangan Allah Swt. hanya orang bertaqwa yang membedakan satu dengan yang lainnya.Seperti peringatan Allah Swt. di dalam Q.S. al-Hujurat/49:13 berikut ini:

Artinya:
 “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah Swt. ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Anak-anak, ayat di atas memberitakan, bahwa Allah Swt. menciptakan manusia berpasang-pasangan dan bersuku bangsa. Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang yang paling bertaqwa. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Kita hidup membantu atau dibantu, baik langsung atau tidak langsung. Ketika kita sakit di kelas maka teman dan guru kita yang membantu. Bahkan ketika kita masih kecil dan belum bisa berjalan, maka yang menggendong-gendong kita adalah orangtua, kakak, nenek atau tetangga kita. Oleh sebab itu kita harus menghomati mereka semua. Jadi, dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah atau di lingkungan harus mendukung dan mengutamakan kerukunan.

2. Contoh Hidup Rukun
Nah, anak-anak, kalian sudah membaca makna hidup rukun, marilah kita cermati contoh-contoh perbuatan yang menyebabkan hidup rukun berikut ini:
  1. Setiap akan berbicara atau melakukan kegiatan harus diperhitungkan baik dan buruknya;
  2. Menghargai orang lain; orang tua, orang yang lebih tua, kakak-adik, teman yang beragama lain, teman yang berasal dari daerah lain 
  3. Berbicara yang baik, tidak dengan kata-kata yang kasar, yang membuat orang lain marah atau sakit hati.
  4. Dalam bertindak mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi. Atau dalam bertindak tidak egois yang selalu mementingkan diri sendiri;
Adapun perbuatan yang membuat hidup kita tidak rukun, adalah ....
  1. Berbuat lebih mengedepankan emosi atau cepat marah bukan akal sehat.
  2. Tidak menghargai orang lain, dan atau menganggap diri sendiri paling benar dan paling pintar.
  3. Suka mencela dan mengolok-olok teman. Karena perbuatan mengolok atau mencela sering kali menjadi pemicu suatu pertengkaran atau perkelahian.
  4. Suka berbicara kasar dan merendahkan orang lain.


  1. Khusnuzzan atau berbaik sangka, baik kepada sesama manusia, terutama kepada Allah Swt. yang telah menciptakan kita.  Misalnya jika kita mendapat ujian hidup harus berprasangka baik terhadap Allah Swt..
  2. Prasangka (negatif) itu dosa; misalnya mencari-cari kesalahan orang lain dan bergunjing, karena bergunjing diibaratkan seperti kita memakan daging saudaranya yang sudah mati.
  3. Simpati adalah ikut merasakan orang lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.
  4. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, maupun agama.
  5. Hidup rukun berarti hidup damai dan setuju terhadap keberadaan.
Sumber :
1. Al-Qur'an Online
2. Buku Guru 
3. Buku Siswa
4. LKS 

Komentar