Analisi Bahan Ajar SKI KB-1
(Lembar Kerja Resume Modul)
Nama : RADIMAN
A. Judul Modul : PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN ISLAM
PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
B.
Kegiatan Belajar : KB 1 (KB 1/2/3/4)
C. Refleksi
NO |
BUTIR REFLEKSI |
RESPON/JAWABAN |
Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di KB |
A. Perkembangan Kebudayaan
pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq Abu Bakar Ash-Shiddiq
(lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk diantara
orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau yang dikenal dengan
sebutan alsabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi
khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi. Dia
adalah satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin
atau khalifah yang diberi petunjuk. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2
tahun, 2 bulan, dan 14 hari sebelum meninggal terkena penyakit. Dalam kitab
Hayatussahabah, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam setelah diajak oleh
Muhammad. Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi dari Aisyah, ia berkata:
Sejak zaman Jahiliyyah, Abu Bakar adalah kawan Rasulullah. Pada suatu hari,
dia hendak menemui Rasulullah, ketika bertemu dengan Rasulullah, dia berkata,
"Wahai Abul Qosim (panggilan nabi), ada apa denganmu sehingga engkau
tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh bahwa engkau telah
berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lain lagi?" Rasulullah
bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku mengajak kamu
kepada Allah." Setelah selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung
masuk Islam. Melihat keislamannya itu, dia gembira sekali, tidak ada
seorangpun yang ada di antara kedua gunung di Mekah yang merasa gembira
melebihi kegembiraan dia. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqas, mengajak
mereka untuk masuk Islam. Lalu, mereka pun masuk Islam. Abu Bakar lalu
mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam
lainnya. 1. Kepemimpinan Abu Bakar
Ash-Shiddi Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-13H/ 632-634M Abu
bakar AshShiddiq memimpin menggantikan Nabi Muhammad Saw setelah wafat.
Beliau mulai menyebarkan agama sebagaimana tugas Nabi Muhammad Saw
semasa hidupnya. Selama menjadi Khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat
singkat tersebut lebih diprioritaskan
untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang
tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi Saw.
Mereka itulah yang dikenal dengan orang-orang murtad karena mereka tetap
keras kepala, tidak mau tunduk, bahkan penentangan mereka dipandang dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq menyelesaikan
masalah tersebut dengan perang yang disebut dengan perang riddah (perang
melawan kemurtadan). Mengenai praktik
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq di bidang pranata ekonomi dan sosial
adalah berusaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Untuk kemaslahatan
rakyat ini, beliau mengelola zakat, infaq, dan sedekah yang berasal dari kaum
muslimin, harta rampasan perang (ghanimah) dan jizyah dari warga negara
non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Beliau juga mempelopori
sistem penggajian aparat negara, misalnya untuk khalifah digaji amat sedikit,
yaitu 2,5 atau 2,75 dirham setiap hari hanya dari baitul mal. 2. Metode Dakwah pada masa Abu
Bakar meliputi : 1) Metode Dakwah Bil-Lisan (Pidato Abu Bakar ash-Shiddiq
dalam Menggunakan Metode Dakwah) terlihat pada kejadian setelah beliau di
Bai’at di Saqifah dan beliau memberikan pidato yang menguatkan dan
mempersatukan pihak-pihak yang berselihh perihal pemimpin setelah rsulullah
wafat ; 2) Metode Dakwah Bit-Tadwin (Pengumpulan Al-Qur’an). Suatu peristiwa
yang mengadopsi usulan Umar Bin Khathab terkait banyaknya para pengahafl
Qur’an yang meninggal pada perang Riddah. Dari sekian prestasi yang terukir
pada masa kekhalifahan Abu Bakar, maka jasa terbesar Abu Bakar yang dapat
dinikmati oleh peradaban manusia sekarang adalah usaha pengumpulan Al-Qur’an;
3) Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan) Tangan secara tekstual diartikan
sebagai tangan yang digunakan dalam menggunakan situasikemunkaran. Kata
tangan dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Metode ini efektif bila
dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. Khalifah Abu Bakar menggunakan
kekuatan kekuasaan sebagai strategi dakwah kepada orang-orang yang
membangkang. Contohnya adalah Dakwah
Memerangi Orang Ingkar Membayar Zakat. 4) Metode Dakwah Bil-Hal (Kelembagaan)
Abu Bakar ash-Shiddiq ingin merealisasikan politik dan kebijakan negara yang
telah digariskan dan menunjuk sejumlah sahabat sebagai para pembantu dalam
melaksanakan hal tersebut. Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah al-Jarah sebagai
bendahara umat ini (menteri keuangan) yang diserahkan mandat untuk mengelola
urusan-urusan Baitul Mal. Sementara Umar bin al-Khattab memegang jabatan
peradilan (Kementerian atau Departeman Kehakiman) yang juga dijalankan
langsung oleh Abu Bakar sendiri. Sedangkan Zaid bin Tsabit menjadi sekretaris
terkadang tugas ini juga dilakukan oleh sahabat yang ada seperti Ali bin Abi
Thalib atau Utsman bin Affan (Ash Shallabi, 2013: 263). Abu Bakar juga
membentuk lembaga Pertahanan dan Keamanan yang bertugas mengorganisasikan pasukan-pasukan
yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan
itu disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di
antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin
Ash, dan Zaid bin Sufyan; 5) Metode USawatun-Hasanah (Keteladanan) Selain
sopan dan santun, Abu Bakar ash-Shiddiq juga terkenal tawadhu dan rendah
hati. Ia seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha sukses sejak
sebelum Islam datang. Hingga akhirnya, ia hijrah bersama Nabi Muhammad SAW.
dan meninggalkan usahanya demi perjuangan. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW. dan
Abu Bakar ash-Shiddiq diangkat menjadi khalifah, tidak tampak sedikit pun
bekas-bekas orang kaya pada dirinya. Tidak dijumpai pada diri Abu Bakar rasa
gengsi, ingin dihormati sebagai pemimpin, serta rasa ingin didengar dan
dipuji. Selama berada di Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar
menerima jasa sebagai pemerah susu atau pemasak gandum bagi orang-orang
miskin dan janda yang tidak mampu. 3. Perkembangan Pendidikan
pada Masa Kepemimpinan Abu Bakar.
Kemajuan lembaga kuttab terjadi ketika
masyarakat Muslim telah menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan
bangsa-bangsa yang telah maju. Ketika peserta didik selesai mengikuti
pendidikan di kuttab mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi yakni di masjid. Di masjid ini ada dua tingkat, yakni tingkat menengah
dan tingkat tinggi. Yang membedakan diantara pendidikan itu adalah kualitas
gurunya. Pada tingkat menengah gurunya belum mencapai status Ulama Besar,
sedangkan pada tingkat tinggi para pengajarnya adalah ulama yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui
masyarakat. Materi-materi pada tingkat
menengah dan tinggi terdiri dari: Al-Qur’an dan tafsirnya, Hadis dan
mengumpulkannya, dan Fiqih. Adapun materi pendidikan yang diajarkan pada masa Khalifah Abu bakar
untuk lembaga pendidikan kuttab adalah belajar membaca dan menulis, membaca
Al-Qur’an dan menghafalnya, dan belajar pokok-pokok agama seperti, seperti
cara wudlu, sholat, puasa dan sebagainya. 4. Kontribusi Abu Bakar
Ash-Shiddiq dalam Peradaban Islam a. Memberangkatkan Pasukan Usamah
bin Zaid ke Kawasan Syam. Nabi
Muhammad Saw telah berencana untuk mengirim pasukan ke wilayah utara
khususnya ke kawasan Syam, rencana tersebut dibuat sebelum beliau wafat
bahkan saat masih sehat. Tujuan beliau untuk berjaga-jaga bila sewaktu waktu
kabilah-kabilah sekutu Romawi menyerang kaum muslim. Hal tersebut demi
menjaga keutuhan wilayah Islam. Abu Bakar Ash-Shiddiq memberikan pesan dan
mengingatkan etika perang dalam Islam sebelum pasukan itu berangkat, pesan
beliau yaitu tidak boleh berkhianat, sebelum harta rampasan perang di bagikan
tidak oleh menyembunyikannya, tidak
boleh ingkar janji, tidak boleh memutilasi tubuh musuh, tidak boleh membunuh
anak kecil, orang tua, dan wanita, tidak boleh mengganggu orang yang sedang
berada di tempat ibadah. Pasukan tersebut berangkat dengan memegang teguh
amanat Abu Bakar Ash-Shiddiq dan pulang membawa keberhasilan menggertak
pasukan Romawi selama dua bulan melakukan ekspedisi. b. Mengembalikan Kaum Muslimin
pada Ajaran Islam yang Benar dan Memberantas Para Nabi Palsu Banyak kabilah-kabilah Arab di Madinah yang
tidak mau membayar zakat semenjak diangkatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai
pengganti Nabi Muhammad Saw, Hal itu didasarkan karena anggapan mereka
mengenai pembayaran itu sebagai upeti yang sudah tidak berlaku semenjak
kepergian Rasulullah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Abu Bakar
Ash-Shiddiq melaksanakan perintah untuk mengirimkan Usamah dikarenakan jumlah
kaum Muslim yang sedikit untuk mempertahankan Madinah. Abu Bakar juga
memerangi orang yang mengaku sebagai nabi. Musailamah Al-Kadzdzab adalah
orang yang mengaku sebagai nabi, ia berasal dari Bani Hanifah di Yamamah. c. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam
Satu Mushaf Di zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq baru dilakukannya penghimpunan
Al-Qur’an ke dalam satu mushaf atau lebih tepatnya setelah peperangan
Yamamah. Sekitar tujuh puluh orang syuhada yang hafal Al-Qur’an terbunuh.
Zaid Bin Tsabit memulai melakukan himpunan Al-Qur’an yang kemudian dipegang
oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga akhir hayatnya. d. Mengirim Pasukan ke Irak dan
Syam Abu Bakar Ash-Shiddiq mengirim pasukan ke wilayah luar Arab dengan
tujuan untuk menyebarkan ajaran agama Islam serta menjaga keutuhan wilayah
kaum muslimin. Di bawah pimpinan Khalid bin Walid, beliau mengirim pasukan ke
Irak yang akhirnya pada tahun 637 M berhasil menguasai Hirah. Selain mengirim
pasukan ke Irak, beliau juga mengirim pasukan ke Syam. Pimpinan tersebut
berada di bawah pimpinan tiga jenderal yaitu, Amr bin Ash, Yazid bin Abi
Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah. B. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Umar
bin Khattab 1. Biografi Singkat
Umar bin Khattab Umar bin Khattab lahir
di Makkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari Suku Quraisy dengan nama
lengkap Umar bin Khattab bin Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail
dan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim. Lalu saudaranya yaitu, Zaid bin
Khattab dan Fatimah binti Al-Khattab. Istrinya bernama, Ummi Kultsum binti
Ali dan Atikah binti Zaid. Memiliki anak yaitu, Abdullah, Hafsah, Asim, Zaid,
Ubaydullah, Az-Zubair bin Bakkar, Fatima, Zainab, Abdurrahman, Iyad,
Ruqayyah, Abdul Rahman. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia
bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat
jarang terjadi. Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia
menjadi juara gulat di Makkah. Umar bin Khattab tumbuh menjadi pemuda yang
disegani dan ditakuti pada masa itu. Beliau memiliki watak yang keras hingga
dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk pemuda yang amat keras
dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah berhala
serta menjaga adat istiadat mereka. Sebelum memeluk Islam beliau dikenal sebagai
peminum berat, namun setelah menjadi Muslim beliau tidak lagi menyentuh alkohol
(khamr) sama sekali, meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khamr
secara tegas. Umar bin Khattab dikenal memiliki kehidupan
sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana. Sekitar tahun ke- 17 Hijriah
yang merupakan tahun ke-4 kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa Hijriah. Umar bin
Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan 4 hari. Masa jabatannya berakhir
dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.
Saat terluka parah, dari pembaringannya ia mengangkat syura (komisi pemilih)
yang akan memilih penerus pemerintahannya. Untuk menentukan penggantinya,
Umar bin Khattab tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Tapi ia justru menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk
memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut
adalah Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa`ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman
bin `Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan menunjuk Utsman bin
Affan sebagai khalifah. 2. Kepemimpinan Umar bin Khattab Dalam menjalankan
kepemimpinannya, Umar bin Khattab melakukan beberapa hal yang menjadi ciri
kepemimpinan beliau, di antaranya adalah: a. Musyawarah, b. Kekayaan untuk
Rakyat c. Menjunjung Tinggi Kebebasan, d. Siap Mendengar dan Menerima Kritik,
e. Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat 3. Metode Dakwah pada Masa Umar bin Khattab a. Pengembangan Wilayah Islam , b. Mengeluarkan Undang-undang c. Membagi Wilayah Pemerintahan 4. Perkembangan Pendidikan Masa Umar bin
Khattab Pada masa Khalifah Umar
bin Khattab, pendidikan juga tidak jauh berbeda dengan pendidikan sebelumnya.
Pola pendidikan di masa ini mengalami perkembangan. Khalifah pada saat itu
mengadakan penyuluhan (pendidikan) di kota Madinah. Ia juga menerapkan
pendidikan di masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap
daerah ditaklukan. Para sahabat tersebut bukan hanya bertugas mengajarkan
Al-Qur’an tetapi juga Fiqih dan lainnya, adapun tenaga pengajar sebagian
besar para sahabat yang senior antara lain Abdurarrahman bin Ghanam di
(Suriah). Hasan bin Abi Jabalah di (Mesir). Adapun mata pelajaran yang diberikan
meliputi membaca dan menulis AlQur’an dan menghafalkannya serta mengajarkan
pokok-pokok ajaran Islam. Pndidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur
yang berkuasa pada masa Khalifah Umar bin Khattab serta kemajuan di berbagai
bidang. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambil dari baitul
mal dan daerah yang ditaklukkan. Sehingga dapat dipahami bahwa pola
pendidikan yang ada pada masa pemerintahan Umar bin Khattab lebih maju dan
berkembang dibandingkan dengan pendidikan yang adapada masa pemerintahan Abu
bakar Ash-Shiddiq. 5. Kontribusi Umar bin Khattab dalam
Peradaban Islam Di zaman Umar bin
Khattab, gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi di
ibu kota Syiria, Damaskus yang jatuh tahun 635 M. Pusat kekuasaan Islam di
Madinah mengalami perkembangan pesat. Oleh karena itu, Umar bin Khattab
segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang, terutama di Persia Pada masa pemerintahannya Umar bin Khattab
membentuk Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitul Mal bertugas mengurusi keuangan
negara. Dewan perang bertugas mencatat
administrasi ketentaraan. Umar bin Khattab adalah Khalifah pertama kali yang
memperkenalkan sistem penggajian bagi pegawai pemerintah. Ia juga memberikan
santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya. Besarnya santunan
disesuaikan lamanya memeluk Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab,
kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri. C. Perkembangan Kebudayaan pada
Masa Utsman bin Affan Utsman bin Affan adalah
salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang termasuk dari Assabiqunal Awwalun
(orang yang pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Usman
bin Affan bin Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul Manaf bin
Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdu Manaf bin
Qushay. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams
bin Abdi Manaf bin Qushay. Utsman bin Affan merupakan cucu bibi dari
Rasulullah. Karena nenek Utsman bin Affan dari jalur ibunya, yaitu Ummu
Hukaim Al-Baidha’ binti Abdul Muthalib adalah saudara perempuan sekandung
dari Abdullah bin Abdul
Muthalib, ayah Rasulullah. Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah
kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam
orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin
Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan
Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas,
Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya
Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung
memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur
70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih
dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman
menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan
terstruktur. 1. Kepemimpinan Utsman
bin Affan a. Bidang Politik dalam
Negeri Lembaga pemerintahan dalam
negeri pada masa Utsman bin Affan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Pembantu (Wazir/ Muawin). Wazir/ Muawwin adalah pembantu
yang diangkat oleh khalifah agar membantu tugas-tugas serta tanggung jawab
kekhalifahan. 2) Pemerintahan daerah/gubernur. b. Hukum 1) Menjaga teks-teks
pada masa Nabi Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan apa yang ada di
dalam teks, mengikuti dan menaati teks yang ada. 2) Meletakkan sistem
hukum baru untuk memperkuat pondasi negara Islam yang semakin luas dan
menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka ragam 3) Hakim-hakim pada
masa khalifah Utsman bin Affan antara lain : Zaid bin Tsabit yang bertugas di
Madinah, Abu Ad-Darda bertugas di Damaskus, Ka’ab bin Sur bertugas di
Bashrah, Syuraih di Kufah, Ya’la ibn Umayyah di Yaman, Tsumamah di Sana’a,
dan Utsman bin Qais bin Abil Ash di Mesir. c.Baitul Mal (Keuangan)
Baitul Mal adalah
tempat yang mengatur masalah keuangan. Bentuk peran Baitul Mal ini mengurusi
semua masalah keuangan negara. Tugas Baitul Mal mulai dari membayar
gaji para khalifah, gaji para pemimpin daerah (gubernur), gaji para
tentara, dan gaji para pegawai yang bekerja di pusat pemerintahan d.Militer
, Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan Islam
seperti al-Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash e.Majelis Syuro
, Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan pendapat
sebagai bahan pertimbangan khalifah. Orang non muslim juga diperbolehkan
menjadi anggota majelis syuro untuk menyampaikan pengaduan tentang kezaliman
para penguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam. Majelis syura
dibagi menjadi tiga, yaitu ; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan
penasehat tinggi dan umum f. Bidang Politik Luar Negeri, Utsman bin
Affan melaksanakan politik ekspansi untuk menaklukkan daerah-daerah seperti;
Azerbaijan, Ar-Ray, Alexandria, Tunisia, Tabaristan, dan Cyprus adalah wilayah yang
sangat kaya akan sumber daya alamnya, dan hasil bumi yang sangat melimpah. g. Bidang Ekonomi Prinsip-prinsip
ekonomi sebagai berikut: 1) Menerapkan politik ekonomi
secara Islam. 2) Tidak berbuat zalim terhadap
rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak. 3) Menetapkan kewajiban harta atas
kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal. 4) Memberikan hak-hak kaum
muslimin dari Baitul Mal. 5) Menetapkan kewajiban harta
kepada kaum kafir dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan memberikan hak-hak
mereka serta tidak menzalimi mereka. 6) Para pegawai cukai wajib
menjaga amanat dan memenuhi janji. 7) Mengawasi
penyimpangan-penyimpangan dalam harta benda yang dapat menghilangkan
kesempurnaan nikmat umat secara umum. Pemasukan dan
pengeluaran tersebut, antara lain: 1) Pemasukan keuangan, berupa:
zakat, harta rampasan perang (ghanimah), harta jizyah, harta kharaj (pajak
bumi), dan usyur (sepersepuluh dari barang dagangan). 2) Pengeluaran keuangan, berupa:
gaji para walikota dari kas Baitul Mal, gaji para tentara dari kas Baitul
Mal, kas umum untuk haji dari Baitul Mal, dana perluasan masjidil haram dari
Baitul Mal, dana pembuatan armada laut pertama kali, dana pengalihan pantai
dari syuaibah ke Jeddah, dana pengeboran sumur dari Baitul Mal, dana untuk
para muadzin dari Baitul Mal, dan dana untuk tujuan-tujuan mulia Islam. h. Bidang Sosial, ada masa khalifah Utsman
bin Affan telah memberi kebebasan kepada umatnya untuk keluar daerah. Kaum
muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah daripada saat masa Umar bin
Khattab yang dirasakan terlalu keras dan ketat dalam
pemerintahannya (Amin, 2010: 105-107) i. Bidang Agama 1) Mengerjakan shalat. Pada tahun
29 H/ 650 M Utsman bin Affan mengerjakan shalat empat rakaat di Mina secara
berjamaah. 2) Ibadah Haji, Khalifah Utsman
bin Affan adalah salah satu orang yang mengerti tentang hukum-hukum ibadah
haji. 3) Pembangunan Masjid, seperti:
Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Quba 4) Pembukuan Al-Qur’an, Penyusunan
kitab suci Al-Qur’an adalah suatu hasil dari pemerintahan khalifah Utsman bin
Affan. 5) Penyebaran Agama Islam,
Penyebaran agama Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan salah satunya
dilakukan dengan cara ekspedisi ke wilayah-wilayah 3. Metode Dakwah pada Masa Utsman bin
Affan a. Perluasan Wilayah. b. Standarisasi Al-Qur’an c. Pembangunan Fisik. d. Perkembangan Pendidikan pada
Masa Utsman bin Affan ada masa Khalifah Utsman bin Affan diberikan sedikit kelonggaran untuk
keluar Madinah dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Di
daerah-daerah yang baru tersebut mereka mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang
mereka miliki dan dapatkan langsung dari Rasulullah Saw. Kebijakan ini besar
sekali manfaatnya bagi pelaksanaan pendidikan Islam di daerahdaerah yang
baru. Pada masa Utsman bin
Affan menjadi khalifah, ilmu pengetahuan klasik Islam dibagi menjadi dua
macam, yaitu ‘ulum an-naqliyah, yang bersumber pada Alquran atau dalil Naql
(disebut juga `ulum al syari`ah, dan `ulum al-`aqliyah (`ulum al-`ajam).
Dalam periode Khulafaurrasyidin masih didominasi oleh ilmu-ilmu naqliyah.
Lahirnya ilmu Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari Alquran.
Pada masa ini, muncul ilmu tafsir yang berguna untuk memahami ayat-ayat
Alquran. Ilmu Hadis belum dikenal pada masa ini, namun pengetahuan tentang
hadis sudah berkembang luas di kalangan umat Islam. Ilmu Nahwu berkembang di
Basrah dan Kufah, Ali bin Abi Thalib adalah pembina dan penyusun pertama
dasar-dasar ilmu nahwu. Khat Al-Qur’an berkaitan erat dengan penulisan dan
penyebaran AlQur’an. Pada masa ini Al-Qur’an ditulis dengan tulisan Kufi,
sedangkan untuk surat menyurat ditulis dengan tulisan naskhi. Perkembangan
ilmu Fikih tidak dapat dilepaskan dari Al-Qur’an dan hadis sebagai sumbernya.
Karena itu, tidak heran jika ahli Fikih pada umumnya ahli dalam Al-Qur’an dan
hadis. 5. Kontribusi Utsman bin Affan
dalam Peradaban Islam Khalifah Utsman bin
Affan memerintahkan agar mushaf yang dikumpulkan di masa Abu Bakar, disalin
oleh Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin ‘Ash, dan
Abdurrahman bin Harits. Penyalinan ini dilatarbelakangi oleh perselisihan
dalam bacaan Al-Qur’an. Menyaksikan perselisihan itu, Hudzaifah bin Yaman
melapor kepada Khalifah Usman dan meminta Khalifah untuk menyatukan bacaan
Al-Qur’an. Akhirnya, Khalifah memerintahkan penyalinan tersebut sekaligus
menyatukan bacaan Al-Qur’an dengan pedoman apabila terjadi perselisihan
bacaan antara Zaid bin Tsabit dengan tiga anggota tim penyusun, hendaknya
ditulis sesuai lisan Quraisy karena Al-Qur’an itu diturunkan dengan lisan
Quraisy. Zaid bin Tsabit bukan orang
Quraisy, sedangkan ketiga orang anggotanya adalah orang Quraisy. Selain hal
tersebut, kontribusi Utsman bin Affan pada bidang sastra juga berpengaruh.
Pada bidang arsitektur dimulai tumbuhnya dari Masjid. D. Perkembangan
Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib Ali dilahirkan di
Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Ali dilahirkan 10
tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau
600. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi
Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda
25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Dia bernama
asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari
Muhammad Saw. Assad yang berarti singa adalah harapan keluarga Abu Thalib
untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di
antara kalangan Quraisy Mekah. Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir
diberi nama Assad, Ayahnya memanggil dengan Ali yang berarti tinggi (derajat
di sisi Allah). Dalam pidatonya
khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat Islam: (a) Tetap
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah; (b) Taat dan bertaqwa kepada
Allah serta mengabdi kepada negara dan sesama manusia; (c) Saling memelihara
kehormatan di antara sesama Muslim dan umat lain; (d) Terpanggil untuk
berbuat kebajikan bagi kepentingan umum; dan (e) Taat dan patuh kepada pemerintah. 2. Kepemimpinan Ali bin
Abi Thalib Setelah pasca terbunuhnya
Utsman, masyarakat Islam memproklamirkan Ali sebagai seorang
khalifah. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Pemerintahannya nyaris tidak pernah berjalan dengan stabil. Mulailah Ali mengambil sebuah
kebijakan-kebijakan, diantaranya : a Memecat Para Gubernur
yang Kurang Cakap b.Menarik Kembali Tanah
Milik Negara Adapun tipe-tipe
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib a. Tipe Demokratis b. Tipe Karismatik c. Tipe Milliteristik 3. Metode Dakwah pada Masa Ali bin Abi
Thalib Ali bin Abi Thalib
menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik di beberapa pasar untuk
melakukan pengawasan tanpa disertai pengawal. Di situ beliau memberikan
petunjuk-petunjuk, membantu yang lemah, berbincangbincang dengan para
pedagang, serta memerintahkan epada
mereka agar tawadhu, bergaul dengan baik yang disertai dengan membacakan
ayat-ayat Al-Quran. Ali bin Abi Thalib selalu berada di tengah-tengah orang
banyak untuk mengetahui segala kebutuhan mereka, beliau mengamati timbangan
serta barang-barang yang tidak laku di pasar. Dalam melakukan dakwah, Ali bin
Abi Thalib melakukan dakwah bil hikmah, dakwah mauizatul hasanah dan juga
dakwah bi al mujadalah. 4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Ali
bin Abi Thalib Pada masa pemerintahan
khalifah Ali bin Abi Thalib, penulisan huruf hijaiyyah belum dilengkapi
dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammah, tasydid dan lainnya. Hal
itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks AlQur’an dan hadis. Untuk
menghindari kesalahan yang fatal dalam
bacaan Al-Qur’an dan hadis, khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu
Aswad Ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang
mempelajari tata Bahasa Arab. 5. Kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam
Peradaban Islam a. Perkembangan dalam Bidang Politik Militer b. Perkembangan di Bidang Pembangunan c. Perkembangan di Bidang Fiqih Siyasah 1) Siyasah Tasyri’iyyah (kebijakan tentang
penetapan hukum), 2) Siyasah Dusturiyah (kebijakan tentang
peraturan perundangundangan), 3) Siyasah Qadha’iyyah (kebijaksanaan peradilan), 4) Siyasah Maliyah (kebijaksanaan ekonomi
dan moneter), 5) Siyasah Idariyyah (kebijaksanaan
administrasi Negara), 6) Siyasah Dauliyah (kebijaksanaan
hubungan luar negeri atau internasional), 7) Siyasah Tanfidziyah (politik
pelaksanaan undang-undang), 8) Siyasah Harbiyyah (politik peperangan) d. Perkembangan di Bidang Sosial-Ekonomi Masa pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Thalib kondisi baitul mal dikembalikan seperti posisi
sebelum Ustman bin Affan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menerapkan prinsip
pemerataan dalam masalah pendistribusian harta baitul mal serta memberikan
santunan yang sama kepada setiap orang tanpa memandang status sosial atau
kedudukannya dalam Islam. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga melakukan
penyitaan harta pejabat yang diperoleh secara tidak sah. Harta tersebut
kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. |
|
2 |
Daftar materi pada KB yang sulit dipahami |
1.
Konflik Saqifah 2.
Konflik Pembunuhan Umar 3.
Konflik dterbunuhnya
Usman 4.
Akibat dari Tahkim |
3 |
Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran |
1.
Perbedaan konsepsi
siyasah dalam pandangan 4 kholifah 2.
Perbedaan shuffah dan
kuttab? |
Komentar
Posting Komentar