Resume Qur'an Hadits KB-4

 

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

 

 

A.  Judul Modul          : Sifat Terpuji: Ikhlas, Toleran Dan Murah Hati

B.  Kegiatan Belajar  : KB 4

C.  Refleksi

 

NO

BUTIR REFLEKSI

RESPON/JAWABAN

1

Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi

1.      Ikhlas Salah satu sifat terpuji yang telah termaktub dalam Alquran ialah sifat ikhlas. Kata “ikhlas” merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ikhlas diartikan sebagai hati yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati); dan kerelaan. Secara istilah, ikhlas dapat diartikan sebagai kejujuran hamba dalam keyakinan dan perbuatan yang ditujukan kepada Allah (Shofaussamawati, 2013: 334).

 

Berkenaan dengan pentingnya pemupukan sifat ikhlas tersebut, Allah telah berfirman dalam beberapa kalam-Nya di antaranya sebagai berikut: Pertama, Surah Ghafir (QS.40: 14)

Artinya: “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan) ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.

Berdasarkan tafsir Jalalain, disebutkan bahwa maksud dari memurnikan ibadah kepada-Nya ialah memurnikan agama Allah dari segala macam kemusyrikan, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai keikhlasan ibadah kalian kepada Allah SWT.

 

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk memurnikan penyembahan dan doa hanya kepada Allah meskipun orang-orang kafir maupun orang-orang musyrik memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini.

 

Di dalam kitab sahih disebutkan dari Ibnu Zubair r.a., bahwa Rasulullah Saw. setiap usai mengerjakan salat fardunya mengucapkan doa berikut:

Artinya: “Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan adalah Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain hanya kepada-Nya. Bagi-Nya semua nikmat, karunia, dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah (dengan) memurnikan ketaatan kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).”

 

Berdasarkan penafsiran dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa keikhlasan dalam beribadah dan beramal berarti memurnikan ibadah dan amalan kita hanya untuk Allah semata, dengan meng-Esakan-Nya dan tanpa menyekutukannya. Seandainya semua ibadah itu dilakukan dengan ikhlas pasti membuahkan akhlak yang mulia, karena salat yang benar 6 akan mencegah perbuatan keji dan munkar; puasa yang ikhlas akan menghasilkan kesabaran dan kedermawanan; dan haji yang mabrur akan menumbuhkan sifat sabar dan kebaikan dalam pergaulan serta kesediaan memberi pertolongan. Jadi pertanda ibadah yang benar yang dilakukan dengan ikhlas adalah terbentuknya akhlak yang mulia.

2.      Toleran merupakan predikat bagi orang yang memiliki sifat toleransi. Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris “tolerance” yang berarti membiarkan. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat atau sikap toleran, mendiamkan atau membiarkan. Dalam bahasa Arab kata toleransi disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang dada. Tasamuh sendiri didefinisikan sebagai pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat. Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan dan membiarkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ideologi dan ras. Dalam Alquran, sikap toleransi ini banyak diulas baik secara eksplisit maupun implisit. Di antara firman-Nya adalah sebagai berikut:

Artinya: “Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Alquran dan di antara mereka adapula yang tidak beriman terhadapnya, dan Tuhanmu Mahatahu atas orangorang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus: 40).

 

Maksud dari ayat ini adalah pengajaran sikap dan mental dari Allah kepada Nabi Muhammad bahwa di antara umatnya ada yang beriman dengan Alquran ini. Mereka mengikutimu dan mengambil manfaat dengan apa yang kamu diutus dengannnya. Di saat yang bersamaan, di antara mereka ada juga yang tidak memercayaimu dan apa 8 yang kau bawa. Mereka akan mati dalam keadaan seperti itu dan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu pula.Allah lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat petunjuk, maka Allah memberinya petunjuk; dan siapa yang berhak mendapatkan kesesatan, maka Allah menyesatkannya. Allahlah yang Maha Adil yang tidak berbuat zalim. Allah memberi masing-masing sesuai haknya.

 

Menurut pendapat sebagian mufassir, ayat ini diturunkan sebelum Nabi saw. diperintahkan untuk memerangi mereka. Tentang peperangan, bukan berarti Nabi tidak lagi mengindahkan toleransi. Peperangan yang ada hanyalah bukti perlawanan saat Nabi dan kaum muslimin diserang atau diperangi.

3.      Murah Hati Dalam kamus besar bahasa Indonesia murah hati adalah suka (mudah) memberi; tidak pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati; sifat kasih dan sayang; dan kedermawanan. Murah hati dapat dipahami juga sebagai sifat hati yang memiliki kesediaan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain dengan memberi secara sukarela, dengan tangan terbuka dan tanpa ditahan-tahan. Di antara ayat yang memerintahkan untuk bermurah hati adalah surat al-Baqarah ayat 272 berikut:

Artinya: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.”

 

Asbab al-nuzul ayat ini adalah bahwa ada orang-orang yang tidak suka memberikan sedekah kepada keturunan mereka dari kalangan musyrik, lalu mereka menanyakan hal itu, hingga diberikan rukhshah (keringanan) bagi mereka. Maka turunlah ayat ini yang membolehkan memberi sedekah kepada kaum musyrikin.” (Diriwayatkan oleh Al-Nasai, Al-Hakim, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan yang lainnya, yang bersumber dari Ibnu Abbas)

 

Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur’an menjelaskan bahwa orangorang mukmin ketika menafkahkan hartanya dimaksudkan hanya untuk mencari keridhaan Allah, bukan karena mengikuti hawa nafsu dan bukan pula karena tujuantujuan lain. Ia menginfakkan hartanya bukan pula bermaksud untuk mengungguli orang lain dan menyombongi mereka. Ia tidak melakukan infak melainkan semata-mata tulus ikhlas karena Allah. Karena itu, hatinya merasa mantap bahwa Allah akan menerima sedekahnya; kepada siapapun ia bersedekah. Hatinya percaya bahwa Allah akan memberi berkah pada hartanya sebab sedekahnya; dan ia percaya kebaikannya akan menuai kebaikan-kebaikan dari Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.

4.      Makna firman-Nya فألنفسكم خير من تنفقوا وما disebutkan dalam redaksi yang sedikit berbeda dalam surat Fushishilat ayat 46 yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih, maka [pahalanya] untuk dirinya sendiri.” Selain ayat ini yang semisal dengan pernyataan tersebut cukup banyak di dalam Alquran. Selanjutnya, makna dari ayat هللا وجه ابتغاء إال تنفقون وما ,al-Hasan Al-Bashari mengatakan, “Yaitu nafkah yang diberikan orang mukmin untuk dirinya sendiri. Dan seorang mukmin tidak menafkahkan hartanya melainkan dalam rangka mencari keridhaan Allah Ta’ala.” Atha’ Al-Khurasani mengatakan: “Yakni, jika engkau memberikan sesuatu karena mencari keridhaan Allah Swt, maka pahala amal itu bukanlah urusanmu.” Ini merupakan makna yang bagus. Maksudnya adalah bahwa jika seseorang bersedekah dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT, maka pahalanya terserah pada-Nya, dan tidak ada masalah baginya, apakah sedekah itu diterima oleh orang yang baik atau orang yang jahat, orang yang berhak menerima maupun orang yang tidak berhak menerima. Orang yang bersedekah ini tetap mendapatkan pahala atas niatnya.

2

Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul

1.      Dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan bahwa maksud dari agama kalian adalah kesyirikan, sementara maksud dari agamaku adalah Islam. Adapun menurut M. Quraish Shihab dalam tafsirnya, ia menjelaskan makna dari ayat tersebut ialah ” Bagi kalian agama kalian yang kalian yakini, dan bagiku agamaku yang Allah perkenankan untukku.”

 

 

Komentar