Ringkasan Materi US 2021
Ringkasan Materi US
Aspek Al-Qur’an
|
Surat Al-Falaq |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
1. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung
kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) |
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ |
|
2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, |
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ |
|
3. dari kejahatan malam apabila telah gelap
gulita, |
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ |
|
4. dari kejahatan perempuan-perempuan
(penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), |
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ |
|
5. dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila dia dengki.” |
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥ |
|
Surat Al-Fiil |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
1. Tidakkah engkau (Nabi Muhammad)
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? |
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ
الْفِيْلِۗ ١ |
|
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya
mereka itu sia-sia? |
اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢ |
|
3. Dia mengirimkan kepada mereka burung yang
berbondong-bondong |
وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣ |
|
4. yang melempari mereka dengan batu dari
tanah liat yang dibakar, |
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤ |
|
5. sehingga Dia menjadikan mereka seperti
daun-daun yang dimakan (ulat). |
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ ࣖ ٥ |
|
Surat At-Tiin |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
1. Demi (buah) tin dan (buah) zaitun, |
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ ١ |
|
2. demi gunung Sinai, |
وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ ٢ |
|
3. dan demi negeri (Makkah) yang aman ini, |
وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ ٣ |
|
4. sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. |
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ
تَقْوِيْمٍۖ ٤ |
|
5. Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya, |
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ ٥ |
|
6. kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan. Maka, mereka akan mendapat pahala yang tidak
putus-putusnya. |
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ ٦ |
|
7. Maka, apa alasanmu (wahai orang kafir)
mendustakan hari Pembalasan setelah (adanya bukti-bukti) itu? |
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ ٧ |
|
8. Bukankah Allah hakim yang paling adil? |
اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ ࣖ ٨ |
|
Surat Al-Ma'un |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
1.
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? |
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ ١ |
|
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim |
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢ |
|
3. dan tidak menganjurkan untuk memberi makan
orang miskin. |
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣ |
|
4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan
salat, |
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ٤ |
|
5. (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, |
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ٥ |
|
6. yang berbuat riya, |
الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ٦ |
|
7. dan enggan (memberi) bantuan. |
وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ ٧ |
|
Surat Al-Kafirun |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
1. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai
orang-orang kafir, |
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١ |
|
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. |
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢ |
|
3. Kamu juga bukan penyembah apa yang aku
sembah. |
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣ |
|
4. Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. |
وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤ |
|
5. Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
apa yang aku sembah. |
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥ |
|
6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” |
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ ٦ |
|
Surat Al-Maidah 2-3 |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
2. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan)
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para
pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya!
Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau).
Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. |
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا
تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ
وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ
فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا
تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ
اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢ |
|
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih.) (Diharamkan pula) apa yang
disembelih untuk berhala. (Demikian pula) mengundi nasib dengan azlām (anak
panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku
sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang terpaksa karena lapar,
bukan karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. |
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ
وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ
وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ
اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا
بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ
دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ
دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ
اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣ |
|
Surat
Al-Hujurat 12-13 |
|
|
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. |
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ |
|
12. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah
banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah
kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. |
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا
كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا
وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ
لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ
تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢ |
|
13. Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. |
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ
خَبِيْرٌ ١٣ |
RINGKASAN ILMU
TAJWID ( sumber
: https://www.ajosyukri.com/2020/05/konsep-ilmu-tajwid.html)
1. HUKUM NUN MATI
a.
Izh-har Halqi, yaitu pembacaan nun mati atau tanwin yang sesuai makhroj-nya (tidak
di-ghunnah-kan) apabila bertemu dengan salah satu huruf izhhar.
a.
Huruf-huruf
izhhar adalah : ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ
b.
Contoh-contoh
izhhar: مِنْ هَادٍ ـ مِنْ عِلْمٍ ـ عَيْنٍ ءانِيَةٍ ـ
فَرِيْقًا هَدَى ـ يَنْهَوْنَ ـ أَنْعَمْت
b.
Idgham, yaitu
pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf idgham,
atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang di-tasydid-kan. Ketentuan ini
berlaku ketika pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang
terpisah. Idgham dibagi dua yaitu:
c.
Idgham
bil ghunnah atau ma’al ghunnah (yang harus digunakan)
d.
Idgham
bila ghunnah (yang tidak boleh digunakan)
a.
Huruf-huruf
idgham bil ghunnah : ي ـ ن ـ م ـ و
b.
Huruf-huruf
idgham bila ghunnah : ل ـ ر
c.
Contoh-contoh
idgham : أَنْ يَضْرِبَ ـ
خَيْرًا يَرَاهُ ـ مَالاً لُّبَدًا ـ أن لَّمْ
d.
Dikecualikan
empat kata yang tidak boleh dibaca sesuai dengan kaidah ini, karena pertemuan
nun mati dengan huruf idgham dalam satu kata.
e.
Cara
membacanya harus jelas dan disebut izhhar muthlaq, yaitu: الدُّنْيَا ـ بُنْيَانْ ـ قِنْوَانْ ـ صِنْوَانْ
e.
Iqlab, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf
ba’ yang berubah menjadi mim dan disertai dengan ghunnah.
a.
Contoh-contoh
iqlab: أَن بُوْرِكَ ـ يَنْبُوْعً ـ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ
f.
Ikhfa’
Haqiqi, yaitu pengucapan nun mati atau
tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf ikhfa’ memiliki sifat antara izhhar
dan idgham dengan disertai ghunnah.
a.
Huruf-huruf
ikhfa’ berjumlah 15, yaitu: ص ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق
ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ
b.
Contoh
ikhfa’ haqiqi: مِنْ صِيَامٍ ـ فَانْصُرْنَا ـ مَاءً
ثَجَّاجًا ـ قَوْلاً سَدِيْدًا
2. HUKUM MIM
MATI
a.
Ikhfa’ Syafawi, yaitu apabila
mim mati bertemu dengan ba’. Cara pengucapannya mim tampak samar (bibir tanpa
ditekan kuat) disertai dengan ghunnah. Contoh: تَرْمِيْهِمْ
بِحِجَارَةٍ
b.
Idgham Mitslain, atau idgham
mimi yaitu apabila mim mati bertemu dengan mim. Cara pengucapannya
harus disertai dengan ghunnah. Contoh: إنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ
c.
Izh-har
Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu dengan
selain huruf mim dan ba’. Cara pengucapannya adalah mim harus dibaca jelas,
harus tampak jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu dengan fa’ dan waw.
Sedikitpun mim tidak boleh terpengaruh makhroj fa’ dan waw walaupun makhrojnya
berdekatan/sama. Contoh: أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ـ هُمْ
فِيْهَا خَالِدُوْنَ
3. HUKUM MIM
DAN NUN BERTASYDID (Ghunnah Musyaddadah)
Setiap mim dan
nun yang bertasydid wajib dighunnahkan. Ketika membaca mim yang bertasydid cara
membacanya bibir harus merapat dengan sempurna, dan ketika membaca nun yang bertasydid
ujung lidah harus menempel pada makhroj nun dengan sempurna/kuat. Contoh:
عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ـ فَأُمُّهُ هَاوِيَةً ـ
يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ
4. HUKUM LAM TA’RIF
(ALIF LAM)
Berdasarkan
cara pembacaannya ini, alif lam dibagi menjadi dua macam :
a.
Alif Lam Qamariyah, yakni alif
lam harus dibaca jelas ketika menghadapi huruf-huruf berikut: ء ـ ب ـ غ ـ ح ـ ج ـ ك ـ و ـ خ ـ ف ـ ع ـ ق ـ ي ـ م ـ ه
Contoh : الْخَالِقُ
ـ الْعِلْمُ ـ الْقَادِرُ ـ الْمَرْجَانْ ـ الْجَنَّةُ
b.
Alif Lam Syamsiyah, yakni alif
lam harus dibaca idgham (masuk ke dalam huruf berikutnya) apabila bertemu
dengan huruf-huruf berikut: ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ
ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل
Contoh: النُّوْرُ
ـ الدِّيْنُ ـ الصَّلاَةُ ـ اللَّيْلُ
5. HUKUM MAD
Mad adalah
memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf mad. Huruf mad ada tiga yaitu
:
a.
و (waw sukun) yang huruf
sebelumnya berharokat dhommah.
b.
ي (ya’ sukun) yang huruf
sebelumnya berharokat kasrah.
c.
ا (alif) yang huruf sebelumnya
berharakat fat-hah. Contoh: نُوحِيـهَـا
Mad secara umum
terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.
A. Adapun
pembagian mad Ashli adalah sebagai berikut:
a)
Mad Thabi’i, yaitu mad
yang tidak terpengaruhi oleh sebab hamzah atau sukun, tetapi didalamnya ada
salah satu huruf mad yang tiga; alif, ya’, waw. Contoh: إِيَّاكَ – يَدْخُلُوْنَ – فِيْ جِيْدِهَا
b)
Mad
Badal, yaitu apabila terdapat hamzah
bertemu dengan mad. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: أُوْتِيَ
– ءَادَمَ – إِيْمَانٌ – اِيْتُوْنِيْ
c)
Mad
‘Iwadh, yaitu berhenti pada huruf yang
bertanwin fat-hah. Panjangnya 2 harakat.
Catatan:
Huruf Hamzah yang bertanwin fat-hah
terkadang disudahi dengan alif, atau terkadang didahului alif, cara membaca
tetap sama 2 harakat. Dan pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang
bertanwin fat-hah cara membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.
Contoh: عَلِيْمًا
حَكِيْمًا – غَفُوْرًا رَحِيْمًا – لَيْسُوْا سَوَاءً – جُزْءًا
d)
Mad Tamkin, yaitu apabila
terdapat ya’ bertasydid bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: وَإِذَا
حُيِّيْتُمْ – فِيْ الأُمِّيِّيْنَ
e)
Mad Shilah Qashirah, yaitu apabila terdapat
ha’ dhamir (bunyi hu atau hi) bertemu dengan selain hamzah. Panjangnya 2
harakat.
Contoh: وَامْرَأَتُهُ
حَمَّالَةَ الْحَطَبِ – لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
Keterangan:
Ø Ha’ dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf
sesudah atau sebelumnya mati. Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan, yaitu: وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً maka ha’ dibaca
panjang 2 harakat walaupun sebelumnya didahului huruf mati. Mad ini disebut Mad
Al-Mubalaghah.
Ø Selain ha’ dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفعا
B. Adapun
pembagian mad Far’i adalah sebagai berikut:
1. Mad Far’i
yang bertemu dengan hamzah ada 3 macam:
a.
Mad Wajib Muttashil, yaitu apabila
terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya 4 harakat
ketika washal, sedangkan dalam keadaan waqaf boleh dibaca 4, 5 atau 6 harakat.
Contoh: إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اﷲ – مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً…
b.
Mad Ja’iz Munfashil, yaitu apabila
terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4
atau 5 harakat.
Contoh: اﷲ
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا – فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
c.
Mad Shilah Thawilah, yaitu apabila
terdapat ha’ dhamir bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah.
Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: أَنَّ
مَالَهُ أَخْلَدَهُ – يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
2. Mad Far’i yang bertemu dengan Sukun atau
Tasydid ada 5 macam:
a.
Mad Farqi, yaitu mad
badal sesudahnya berupa huruf yang bertasydid. Panjang 6 harakat. Mad ini hanya
terjadi pada 2 kalimat dan terdapat di dalam tiga surat, yakni surat Al-An’am :
143-144, Yunus : 59 dan An-Naml : 59.
Lafazhnya: قُلْ
ء الذَّكَرَيْنِ – ء اﷲ خَيْرٌ
b.
Mad Lazim Kilmiy Mutsaqqal,
yaitu apabila huruf atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf yang bertasydid.
Panjangnya 6 harakat.
Contoh: مِنْ
دَابَّةٍ – حَـاجَّ – تَحَـاضُّوْنَ
c.
Mad Lazim Kilmiy Mukhaffaf,
yaitu mad badal sesudahnya terdapat huruf sukun. Panjangnya 6 harakat, dan mad
ini hanya terdapat pada surat Yunus: 51 dan 91. Contoh: ءالـٰنَ وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
d.
Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal, yaitu
mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat di sebagian beberapa
awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya, dibaca
panjang 6 harakat dan diidghamkan. Contoh: الـم =
أَلِفْ لاَمْ مِيْم – طسم = طاَ سِيْن مِيْم
e.
Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf,
yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat disebagian
beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya,
dibaca panjang 6 harakat, tetapi tanpa diidghamkan. Contoh: ق = قَافْ – عسق = عَيْنْ سِيْنْ قَافْ
3. Mad Far’i karena waqaf, ada 2 macam:
a.
Mad ‘Aridh Lissukun, yaitu apabila
mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6
harakat.
Contoh: إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ – الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
b.
Mad Liin, yaitu apabila
berhenti pada suatu huruf sebelumnya berupa waw sukun atau ya’ sukun yang
didahului oleh huruf berharakat fat-hah. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: خَوْف
– الصَّيْف – البَيْت – عَلَيْهِ – مَثَلُ السَّوْءِ
6.
AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti
menebalkan suara huruf, sedangkan Tarqiq adalah menipiskannya. Tafkhim dan
Tarqiq terdapat pada 3 hal :
a.
Lafazh Jalalah, yaitu lafazh
Allah. Al Jalalah maknanya adalah kebesaran atau keagungan. Cara membacanya ada
dua macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.
1)
Lafazh
Jalalah dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:
Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa
Arab). Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ
2)
Apabila
Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah. Contoh: قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ
3)
Apabila
Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah. Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
4)
Sedangkan
dibaca Tarqiq apabila sebelum lafazh Jalalah huruf berharakat
kasroh. Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
b.
Huruf-huruf Isti’la ( خ – ص – ض – غ – ط – ق – ظ )
Semua huruf isti’la harus dibaca
tafkhim, dengan dua tingkatan. Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni
ketika sedang berharakat fat-hah atau dhammah. Kedua, adalah tingkatan tafkhim
yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan
huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati
atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila
bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya, seluruh huruf istifal
(huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam
pada lafazh jalalah.
c. Huruf
Ra’,
Dibacanya
tafkhim apabila:
1)
Ketika
berharakat fat-hah.
2)
Ketika
berharakat dhammah.
3)
Ra’
sukun sebelumnya berharakat fat-hah.
4)
Ra’
sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.
5)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.
6)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.
7)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya alif.
8)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya waw.
9)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf fat-hah atau
dhammah.
10) Ra’ sukun sebelumnya hamzah washal.
11) Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf
isti’la tidak berharakat kasrah serta berada dalam satu kalimat.
Sedangkan huruf
Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:
1)
Ra’
berharakat kasrah.
2)
Ra’
sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’-
3)
la,
atau bertemu huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.
4)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.
5)
Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya di dahului
oleh kasrah.
Kemudian Ra’
yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
1)
Ra’
sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la berharakat kasrah.
2)
Ra’
sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali dengan huruf
berharakat kasrah.
3)
Ra’
sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.
7.
IDGHAM
Idgham artinya
memasukkan atau melebur huruf. Idgham dibagi 3 yaitu:
1)
Idgham Mutamatsilain, yaitu apabila
berhadapannya dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya.
Contoh: اضْرِب
بِّعَصَاكَ الْحَجَر – وَقَد دَّخَلُوْا – يُدْرِكـكُّمُ الْمَوْتُ
2)
Idgham Mutajanisain, yaitu apabila
berhadapannya dua huruf yang sama makhrajnya, namun sifatnya berlainan. Yaitu
pada makhraj huruf: (ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)
Contoh: قَـد
تَّبَيَّـنَ dibaca langsung masuk ke huruf ta’,
ارْكَب مَّعَنَـا dibaca langsung masuk
ke huruf mim
3)
Idgham Mutaqaribain, yaitu apabila
berhadapannya dua huruf yang ham-pir sama makhraj dan sifatnya. Yaitu pada
huruf ق – ك dan ل – ر
.
Contoh: أَلَمْ
نَخْلُقـّكُمْ dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf, وَقُل
رَّبِّ dibaca tanpa menampakkan lam
8.
TANDA-TANDA WAQAF (BERHENTI)
1)
م yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan penekanan untuk berhenti.
2)
لا yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan dilarang berhenti secara total (tidak melanjutkan membaca lagi),
jika sekedar mengambil nafas dibolehkan.
3)
صلى yaitu tanda waqaf boleh
berhenti, namun washal lebih utama.
4)
ج yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan waqaf atau washal sama saja.
5)
قلى yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan lebih baik berhenti.
6)
yaitu
tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata.
9. ISTILAH-ISTILAH
DALAM AL-QUR’AN
1)
Sajdah. Pada ayat-ayat sajdah disunahkan melakukan sujud tilawah. Sujud
ini dilakukan di dalam atau diluar shalat, disunahkan pula bagi yang membaca
dan yang mendengarkannya. Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau tidaknya
tergantung pada imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan begitu pula
sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50, 17:109,
19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62, 84:21, 96:19.
2)
Saktah ( س ) yaitu berhenti
sejenak tanpa bernafas. Ada didalam surat: 18:1-2, 36:52, 75:27, 83:14. Contoh:
كَلاَّ بَلْ رَانَ
3)
Isymam, yaitu menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat bibir.
Isymam hanya ada di surat Yusuf ayat 11, pada lafazh لاَ
تَأْمَنَّا
4)
Imalah, artinya pembacaan fat-hah yang miring ke kasrah. Imalah ada di
dalam surat Hud ayat 41, pada lafazh بِسْمِ اللهِ
مَجْرَهَا dibaca “MAJREHA”.
5)
Tas-hil, artinya membaca hamzah yang kedua dengan suara yang ringan atau
samar. Tas-hil dibaca dengan suara antara hamzah dan alif. Terdapat di dalam
surat Fushshilat ayat 44, pada lafazh أَأَعْجَمْيٌّ
hamzah yang kedua terdengar seperti ha’.
6)
Nun
Al-Wiqayah, yaitu nun yang harus dibaca kasrah
ketika tanwin bertemu hamzah washal, agar tanwin tetap terjaga.
7)
Contoh:
نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ
8)
Ash-Shifrul
Mustadir, yaitu berupa tanda (O) di atas
huruf mad yang menunjukkan bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika
washal maupun waqaf (bentuknya bulatan sempurna, dan biasanya terdapat di
mushaf-mushaf timur tengah).
9)
Contoh:
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ
10)
Ash-Shifrul
Mustathilul Qa’im, yaitu berupa bulatan lonjong tegak
(0) biasanya diletakkan di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika
washal, namun dibaca panjang ketika waqaf.
11)
Contoh:
أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ
12)
Naql, yaitu memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya.
13)
Contoh:
ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ
Hukum Tajwid dalam
1.
Surat Al-Falaq
|
Keterangan
Nomor |
||
|
1. Mad Thabi'i |
8. Mad Thabi'i |
15. Qalqalah Kubra |
|
2. Al Qamariyah |
9. Idhar Haqiqi |
16. Ikhfa Haqiqi |
|
3. Qalqalah Kubra |
10. Mad Thabi'i |
17. Mad Thabi'i |
|
4. Ikhfa haqiqi |
11. Qalaqalah Kubra |
18. Idhar Halqi |
|
5. Mad Thabi'i |
12. Ikhfa Haqiqi |
19. Mad Thabi'i |
|
6. Qalqalah Kubra |
13. Al- Syamsyiyah |
20. Qalqalah Kubra |
|
7. Ikhfa Haqiqi |
14. Al- Qamariyah |
|
2.
Surat Al-Fiil
|
Keterangan
nomor: |
|
|
|
1. Idhar syawawi |
10. Mad ‘aridl lissukun |
19. Mad Thabi'i |
|
2. Mad Layyin |
11. Mad layyin |
20. Idgham Bighunnah |
|
3. Mad thobi’i |
12. Idhar syafawi |
21. Ikhfa Haqiqi |
|
4. Alif lam qomariyah |
13. Mad layyin |
22. Mad 'Arid lissukun |
|
5. Mad ‘aridl lissukun |
14. Idhar halqi |
23. Idhar syafawi |
|
6. Idhar syafawi |
15. Mad Thabi'i |
24. Idgham bighunna |
|
7. Qolqolah sughra |
16. Mad 'Arid Lissukun |
25. Mad 'aaridl lissukun |
|
8. Mad layyin |
17. Mad Thabi'i |
|
|
9. Idhar syafawi |
18. Ikhfa Syafawi |
|
3. Surat At-Tiin
|
Keterangan
nomor |
|||
|
1 |
Al-
Syamsyiah |
22 |
Qolqolah
Sughra |
|
2 |
Mad
Thabi'i |
23 |
Mad
Thabi'i |
|
3 |
Al-
Syamsyiah |
24 |
Mad
Thabi'i |
|
4 |
Mad
Layyin |
25 |
Mad
'Aridl lissukun |
|
5 |
Mad
'Aridl lissukun |
26 |
Al-Qamariyah |
|
6 |
Mad
Thabi'i |
27 |
Mad
Thabi'i |
|
7 |
Mad
Thabi'i |
28 |
Mad
Thabi'i |
|
8 |
Mad
'Aridl lissukun |
29 |
Al-
Syamsyiah |
|
9 |
Mad
Thabi'i |
30 |
Al-
Syamsyiah |
|
10 |
Al-Qamariyah |
31 |
Idhar
syafawi |
|
11 |
Al-Qamariyah |
32 |
Idhar
halqi |
|
12 |
Mad
'Aridl lissukun |
33 |
Idhar
syafawi |
|
13 |
Qolqolah
Sughra |
34 |
Mad
'Aridl lissukun |
|
14 |
Qolqolah
Sughra |
35 |
Mad
Thabi'i |
|
15 |
Al-Qamariyah |
36 |
Al-
Syamsyiah |
|
16 |
Ikhfa
Haqiqi |
37 |
Mad
'Aridl lissukun |
|
17 |
Mad
Thabi'i |
38 |
Mad
Layyin |
|
18 |
Mad
Jaaiz Munfashil |
39 |
Tafhim |
|
19 |
Qolqolah
Sughra |
40 |
Al-Qamariyah |
|
20 |
Mad
'Aridl lissukun |
41 |
Mad
Thabi'i |
|
21 |
Ghunnah
Musyaddadah |
42 |
Mad
'Aridl lissukun |
Surat Al-Ma’un
|
Keterangan Nomor |
|||||
|
1 |
Mad Layyin |
13 |
Mad Thobi'i |
25 |
Mad Thobi'i |
|
2 |
Al-Syamsyiyah |
14 |
Al-Qamariyah |
26 |
Mad 'Aridl Lissukun |
|
3 |
Mad Thobi'i |
15 |
Mad 'Aridl Lissukun |
27 |
Al-Syamsyiyah |
|
4 |
Al-Syamsyiyah |
16 |
Mad Layyin |
28 |
Mad Layyin |
|
5 |
Mad 'Aridl Lissukun |
17 |
Idgham Bilaa Ghunnah |
29 |
Idhar Syafawi |
|
6 |
Mad Thobi'i |
18 |
Al-Qamariyah |
30 |
Mad Wajib Mutashil |
|
7 |
Al-Syamsyiyah |
19 |
Mad 'Aridl Lissukun |
31 |
Mad 'Aridl Lissukun |
|
8 |
Mad Thobi'i |
20 |
Al-Syamsyiyah |
32 |
Idhar Syafawi |
|
9 |
Al-Qamariyah |
21 |
Mad Thobi'i |
33 |
Mad Thobi'i |
|
10 |
Mad 'Aridl Lissukun |
22 |
Idhar Syafawi |
34 |
Al-Qamariyah |
|
11 |
Mad Thobi'i |
23 |
Ikhfa Haqiqi |
35 |
Mad Thobi'i |
|
12 |
Mad Thobi'i |
24 |
Mad Thobi'i |
36 |
Mad 'Aridl Lissukun |
Aspek Aqidah
1.
Mengenal
Allah melalui al-Asmā’u al-Husnā
Sudah menjadi kebiasaan, apabila kita ingin mengenal sesuatu, misalnya mengenali orang, hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya, yang pertama ditanyakan adalah namanya. Melalui nama itu kita mengenal sesuatu. Demikian juga halnya Tuhan. Siapakah Tuhan? Agama Islam menyebutnya Allah Swt. Untuk mengenal lebih jauh, siapa Allah Swt., jawabannya, ada pada al-Asmā’u al-Husnā. Oleh karena itu, Allah Swt. mewahyukan nama-Nya kepada manusia melalui kitab suci al-Qur’ān. Di sana disebutkan nama-nama Allah Swt. sebanyak 99 nama atau disebut dengan al-Asmā’u al-Husnā yaitu nama-nama yang baik dan indah.
Untuk bisa mengenal sesuatu biasanya
melalui namanya. Demikian juga mengenal Allah. Allah Swt. memiliki nama-nama
yang baik atau dikenal dengan al-Asmā’u al-Husnā. Nama Allah banyak, tetapi
yang diperkenalkan oleh Allah kepada manusia hanya 99 nama melalui perantara
wahyu, yaitu al-Qur’ān Kita akan mempelajari tiga di antaranya, yaitu sebagai
berikut:
a.
Al-Baṣir
Semua perbuatan baik atau buruk,
pasti dilihat oleh Allah dengan sifat al-Basir-Nya. Al-Basir
berarti
Allah Maha Melihat. Allah Swt. mampu
melihat apa saja, sampai hal sekecil-kecilnya. Tidak ada yang luput
sedikit pun dari pandangan-Nya.
b.
Al-‘Adl
Al-‘Adl berarti Allah Yang Mahaadil. Allah Swt. menempatkan semua
manusia sama di hadapanNya. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan,
atau jabatannya. Allah Swt. memuliakan seseorang hanya karena ketakwaannya.
Takwa artinya mengerjakan yang diperintahkan Allah, dan menjauhi yang
dilarang-Nya
Artinya:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
١٣
Artinya:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti. “(Q.S al-Hujurat/49:13)
c.
Al-‘Azim
Manusia pasti membutuhkan orang lain, sedangkan Allah tidak membutuhkan
makhluk lain. Oleh karena itu, Allah disebut al-‘Azim. Al- ‘Azim artinya Allah
Maha Agung. Hanya Allah Yang Maha Agung yang tidak membutuhkan pertolongan. Dia
yang memenuhi semua kebutuhan makhluk-Nya. Manusia membutuhkan pertolongan-Nya
dan membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Dengan
memahami sifat Allah, al-‘Azim, maka kita akan selalu mengagungkan tanda-tanda
kebesaran-Nya dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
d.
Al-Mumit
Mengandung arti Yang Maha Mematikan. Allah Swt. telah berfirman:
“Setiap yang bernyawa pasti mati”. Oleh karena itu, kematian tidak dapat
dihindari manusia. Kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti, akan tetapi
kematian adalah tangga menuju kebahagiaan abadi.
Bila kita ingin bahagia maka
kita ikuti perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya. Misalnya, rajin salat, rajin
membaca al-Qur’ān, rajin belajar, serta patuh dan hormat kepada orangtua dan
guru. Kemudian jauhi yang dilarang oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya. Misalnya
mencuri, berkelahi dan menyakiti orang lain. Selain itu, biasakan berdoa kepada
Allah Swt.: “Yā Allah Yā Mumit, wahai Tuhan Yang Maha Mematikan, matikanlah
kami nanti dalam keadaan husnul Khātimah”
e.
Al -Hayyu
Mengandung arti bahwa Allah Swt. hidup kekal selamanya, dan Yang
Memberi Hidup makhluk-Nya. Hidup atau
mati ada di dalam kekuasaan Allah Swt. Contoh, berapa banyak orang yang sedang
mengalami sakit berat, tapi Allah masih berkehendak memberikan kesempatan untuk
hidup. Sebaliknya, sering kita melihat orang tidak sakit, kondisi dalam keadaan
sehat wal’afiat, tiba-tiba saja terdengar sudah meninggal dunia. Penyebabnya
bermacam-macam, ada yang sakit jantung, terjatuh, tabrakan atau tertabrak,
tenggelam, tertembak, dan sebagainya.
Berdo’alah kepada Allah Swt.: “Ya Allah Ya Hayyu, wahai Tuhan Yang
Maha Hidup, Hidupilah kami dalam keselamatan dan kemanfaatan”. Al-Hayyu (Yang
Maha Hidup), mengandung arti bahwa yang memberi hidup (nyawa) dan rezeki adalah
Allah Swt. Oleh karena itu, hidup atau mati ada di dalam kekuasaan Allah Swt..
Bagaimana sikap dan perilaku kita dalam hidup atau kehidupan? Tugas manusia
adalah memelihara kehidupan dan mencari rezeki yang sudah disediakan oleh Allah
Swt. seperti memelihara diri sendiri, yaitu dengan cara makan dan minum secara
teratur, jangan berlebihan, dan selalu memelihara kebersihan agar tetap sehat.
Sedangkan perilaku membantu kelangsungan hidup orang lain, misalnya bersedekah
dengan cara memberi makan, minum, dan membantu kesehatan orang lain yang
membutuhkannya
f.
Al-Qayyūm
(Yang Maha Berdiri/Mandiri), mengandung arti Allah Swt. itu berdiri
sendiri untuk selama-lamanya. Allah Swt. memberikan pendidikan kepada manusia
supaya hidup tidak selalu bergantung kepada orang lain. Al-Qayyūm (Yang Maha
Berdiri/Mandiri), mengandung arti Allah Swt. itu berdiri sendiri untuk
selama-lamanya. Allah Swt. memberikan pendidikan kepada manusia supaya hidup
tidak selalu bergantung kepada orang lain. Hidup harus punya semangat mandiri
dalam segala situasi dan kondisi.
Pada zaman dahulu ada pepatah yang menyatakan: “Berdiri di atas
kaki sendiri (Berdikari)”. Bagi siswa kelas 5, bila di rumah harus sudah dapat
melakukan sendiri hal-hal tertentu. Misalnya, merapikan tempat tidur,
menyiapkan peralatan sekolah, mencari sendiri pakaian sekolah, mengambil
sendiri sarapan/makanan untuk berangkat sekolah, dan sebagainya. Berdo’alah
kepada Allah Swt: “Yā Allah Yā Qayyūm, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri
Sendiri/Mandiri, jadikanlah hidup kami tidak selalu bergantung kepada orang
lain”
g.
Al-Ahad
(Yang Maha Esa), mengandung arti Allah Swt. itu Esa. Perhatikan
al-Qur’ān surat al-Ikhlas berikut ini: artinya: “katakanlah (Muhammad), “Dialah
Allah, Yang Maha Esa”. Disebut pula dengan “al-Wahid” artinya Yang Maha Tunggal
atau Maha Esa, tak ada sekutu bagi-Nya. Al-Ahad (Yang Maha Esa), mengandung
arti Allah Swt. itu Esa. Yang Maha Tunggal atau Esa, yang tetap menyendiri dan
tak ada sekutu bagi-Nya. Allah Swt. mandiri tidak membutuhkan yang lainnya.
Sifat ini memberi pelajaran kepada kita agar selalu mandiri tidak selalu
bergantung kepada orang lain. Misalnya mandi, makan, berpakaian, mengerjakan
PR, menyusun dan merapikan buku pelajaran di rumah dan sekolah. Kemudian berdoa
sendiri: ”Yā Allah, Engkaulah Tuhan satu-satunya, tiada sekutu bagi-Mu. Engkau
tempat meminta. Jadikanlah aku dapat hidup mandiri”.
2. Menginterpretasikan iman kepada qada dan qadar
A.
Qadla
a.
Qadla
' adalah keputusan atau ketetapan terhadap suatu ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt. bagi makhluk-Nya. Qadla dan qadar tidak dapat diubah
dan tidak dapat ditunda atau dimundurkan. Dalam Q.S. al-Hadid/57:22, Allah Swt.
menjelaskan berikut ini.
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ
وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا
ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢
Artinya: “Setiap bencana yang
menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam
Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu
mudah bagi Allah.” (Q.S. al-Hadid/57:22)
b.
Contoh-Contoh Qadla '
1)
Qadla
' adalah sesuatu kejadian yang tidak dapat diubah atau tidak dapat ditunda.
Contoh-contoh qadla antara lain sebagai berikut.
2)
Matahari
terbit dari timur dan tenggelam di barat.
3)
Kematian
pasti datang.
4)
Bumi
serta planet-planet lainnya berputar sesuai porosnya.
c.
Hikmah Beriman kepada Qadla ' Seseorang
yang beriman kepada qadla akan bersikap
dan berperilaku, antara lain sebagai berikut.
a.
Datang
ke sekolah atau kegiatan lainnya tepat waktu.
b.
Memanfaatkan
waktu untuk belajar dan hal lain yang positif.
c.
Menerima
berapa pun uang jajan yang diberikan orang tua.
d.
Tidak
bersikap sombong di rumah, di sekolah atau di lingkungan masyarakat.
e.
Berhati-hati
jika berada di tempat keramaian atau di jalan raya yang padat kendaraan.
f.
Bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.
g.
Santun
dan rendah hati dalam bersikap di mana pun ia berada.
B.
Qadar
a.
Qadar
atau takdir adalah segala ketentuan Allah Swt. yang telah berlaku terhadap
semua makhluk-Nya. Namun, qadar dapat diubah dengan usaha manusia atau ikhtiar.
Ikhtiar artinya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.Sesuatu
itu terjadi atau tidak terjadi pasti ada sebabnya. Kita bekerja keras sehingga
berhasil dan sukses. Keberhasilan usaha bergantung pada gigih atau tidaknya
usaha kita. Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan kehati-hatian pada banyak
faktor. Misalnya, Allah Swt. memberikan modal kecerdasan kepada kita .Hendaknya
modal itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan diri sendiri
mengejar cita-cita. Kesuksesan tidak datang sendiri, tetapi diusahakan dengan
sungguh-sungguh. Artinya, kita ingin menjadi anak pintar harus ikhtiar atau
belajar dengan giat. Seperti firman Allah Swt. di dalam Q.S. ar-Ra’d/13:11 berikut.
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ
وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ
بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
١١
Artinya:”
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat
yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. ar-Ra’d/13:11)
Setiap
manusia wajib berusaha agar dapat mengubah nasibnya. Kita tidak boleh menyerah pada
kesulitan-kesulitan sebelum berusaha. Kita diwajibkan berusaha. Segala sesuatu
yang kita peroleh tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan.
Misalnya, kita melihat sahabat menjadi juara kelas atau juara lomba matematika atau juara membaca al- Qur'an, hal itu diperoleh
dengan belajar keras, perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh.
b.
Contoh-Contoh
Qadar
Berikut
contoh-contoh qadar.
1) Menjadi
pintar dan menjadi juara kelas karena belajar dan berdoa.
2) Menjadi
juara lomba pidato atau juara lomba cerdas cermat karena gigih berlatih.
3) Menjadi
anak yang disenangi dalam pergaulan karena ramah dan suka menyapa kepada siapa
saja.
4) Menjadi
anak yang pandai membaca alQur'an dan menjadi qari/qariah terbaik di sekolah
atau sampai ke tingkat provinsi harus usaha yang gigih.
c.
Hikmah
Beriman kepada Qadar
Setelah
memahami makna dan tahu contohcontoh qadar, kamu bertambah yakin tentang karunia
yang diberikan Allah Swt.. Untuk itu, marilah kita simak hikmah qadar berikut
ini. Seseorang yang beriman kepada qadar akan bersikap dan berperilaku, antara
lain sebagai berikut.
1) Menyadari
bahwa semua cita-cita yang diinginkan harus diusahakan.
2) Memiliki
rasa percaya diri dalam menghadapi tugas. Misalnya mengerjakan PR sendiri.
3) Giat
dan disiplin dalam belajar. Misalnya,sebelum berangkat tidur, harus belajar terlebih
dahulu
3. Beriman kepada Malaikat Allah
a.
Berikut ini adalah
beberapa makna beriman kepada malaikat Allah:
1) Meyakini
bahwa malaikat itu ada meskipun tidak bisa dilihat.
2) Meyakini
bahwa malaikat itu makhluk ciptaan Allah dan tidak boleh disembah.
3) Meyakini
bahwa malaikat memiliki sifat-sifat khusus, seperti selalu patuh kepada
perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya (nur); tidak makan dan tidak
minum, dan memiliki tugas-tugas tertentu.
b.
Berikut ini adalah
nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya yang harus diketahui oleh setiap muslim.
1) Jibril, adalah malaikat yang
bertugas menyampaikan wahyu.
2) Mikail, adalah malaikat yang
bertugas menyampaikan rezeki.
3) Raqib, adalah malaikat yang
bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan baik manusia.
4) 'Atid, adalah malaikat yang
bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan buruk manusia.
5) Ridwan, adalah malaikat yang
bertugas menjaga pintu surga.
6) Malik, adalah malaikat yang
bertugas menjaga pintu neraka.
7) Izrail, adalah malaikat yang
bertugas mencabut nyawa.
8) Munkar dan Nakir, adalah malaikat
yang bertugas memberikan pertanyaan di alam kubur.
9) Israfil, adalah malaikat yang
bertugas meniup sangkakala jika hari kiamat telah tiba.
c.
Menerima Keberadaan
Malaikat Allah ..
Berikut
ini adalah cara agar kita dapat menerima keberadaan malaikat Allah:
1) Keyakinan
yang pasti bahwa setiap saat kita takut dan ingat kepada Allah karena ada
malaikat yang mencatat perbuatan kita dan Allah akan memberikan balasannya;
2) Banyak
mengingat kematian;
3) Gemar
mengerjakan perbuatan yang pelakunya didoa'kan para malaikat Allah; misalnya
menuntut ilmu, mengunjungi para saudara dan sahabat, tidur dalam keadaan suci,
dan memilih barisan paling depan dalam salat berjamaah.
d.
Perilaku yang
Mencerminkan Keimanan kepada Malaikat Allah
1) Suka
bersedekah (peduli untuk menolong sesama). Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada satu
hari pun, pada saat para hamba bangun di waktu pagi, kecuali ada dua malaikat
yang turun. Salah satunya berkata, Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang
berinfak. Yang lain mengatakan, Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang
kikir.” (HR. Imam Bukh±r³ dan Muslim)
2) Gemar
menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan laranganlarangan-Nya.
Misalnya, berbakti kepada orang tua, menghormati guru, dan menghargai kepada
sesama. Selain itu mengunjungi orang yang sakit dan mendoakannya, mengunjungi
saudara atau tetangga, dan sebagainya. Semua amal perbuatan kita akan dicatat
oleh Malaikat Raqib dan Atid. Sebagaimana Allah berfirman,
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨
Artinya:
“Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat
pengawas yang selalu siap (mencatat). “
4. Mengenal Kitab-kitab Allah Swt.
1.
Perintah
Beriman kepada Kitab-Kitab Allah Swt.
Bacalah
al-Qur’ān surat an-Nisā’/4: 136 berikut dengan cermat:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ
نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ
يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١٣٦
Artinya:”
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi
Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang
Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. an-Nisā’/4: 136)
Allah
Swt. menyuruh manusia beriman kepada kitab al-Qur’ān dan kepada kitab-kitab yang
diturunkan kepada para rasul sebelumnya. Jika tidak beriman kepada kitab-kitab itu,
maka orang itu tergolong orang yang sesat.
2.
Bagaimana
cara beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. itu?
Caranya,
dengan meyakini bahwa Allah Swt. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para
Rasul-Nya melalui Malaikat Jibril. Kitab-kitab tersebut harus dijadikan pedoman
hidup untuk menuntun dan mengatur cara kita bersikap dan berperilaku, guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3.
Nama-Nama
Kitab Allah Swt.
Allah
telah menurunkan empat kitab suci serta beberapa suhuf yang diberikan kepada nabi
dan rasul yang berbeda jaman dan umatnya. Semua kitab suci dan suhuf tersebut diturunkan
oleh Allah kepada para nabi dan rasul untuk dijadikan sumber kebenaran dan petunjuk
untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kitab suci tersebut
adalah sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1) Kitab Taurat
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
a.s. kurang lebih pada abad 12 SM (sebelum masehi) di daerah Israil dan Mesir.
Kitab Taurat menggunakan bahasa Ibrani.
2) Kitab Zabur
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dāūd
a.s. Ketika beliau menduduki tahta sebagai raja Bani Israil pada abad 10 SM di
tanah Kanaan.
3) Kitab Injil
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi ³sā
a.s. pada sekitar abad 1 Masehi di daerah Yerussalem. Dalam bahasa Yunani Injil
berarti kabar selamat, pelajaran yang baru atau kabar gembira.
4) Kitab al-Qur’ān
Kitab al-Qur’ān mulai diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. pada abad 6 Masehi di Mekah. Peristiwa turunnya ayat
al-Qur’ān atau dikenal dengan Nuzulul Quran, terjadi pertama kali ketika Nabi
Muhammad menyendiri di Gua Hira, Mekah. Turunnya alQur’ān menandai awal
diangkatnya Muhammad saw. sebagai Rasulullah (utusan Allah Swt.). Usia beliau
saat itu genap 40 tahun. Al-Qur’ān terdiri dari 114 surat, terbagi dalam 30 juz
dan 6236 ayat. Al-Qur’ān diwahyukan selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Al-Qur’ān
menyempurnakan seluruh hukum-hukum Allah Swt. yang terdapat dalam kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya. Ia diturunkan untuk seluruh umat manusia sebagai
rahmat bagi semesta alam atau disebut juga Rahmatan lil‘Ālam³n.
4.
Kitab
Allah Swt. Membawa Ajaran Terpuji
Kitab
Allah Swt. adalah petunjuk dalam kehidupan. Petunjuk kepada manusia untuk berperilaku.
Misalnya berperilaku kepada Allah Swt., berperilaku kepada sesama manusia, berperilaku
kepada hewan, tumbuhan, dan alam semesta. Bahkan berperilaku untuk diri sendiri,
misalnya selalu bersih, makan-minum dengan teratur, dan tidak boleh menyiksa diri.
1)
Ajaran terpuji kepada
Sang Pencipta Allah Swt.
2)
Ajaran terpuji
kepada sesama manusia.
3)
Ajaran terpuji
kepada hewan, dan tumbuhan.
4)
Ajaran terpuji
kepada diri sendiri.
5. Hari Qiyamat ( Ketika
Bumi Berhenti Berputar)
a.
Pengertian
Hari Akhir
Hari
kiamat adalah peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya. Alam semesta hancur
luluh dan semua makhluk di dalamnya mati. Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet
sangkakala oleh Malaikat Israfil atas perintah dari Allah Swt.. Hari Kiamat
tidak diketahui kapan terjadi. Hanya Allah Swt. saja yang mengetahui kapan
peristiwa hari Kiamat terjadi. Namun, kita harus percaya Hari Kiamat akan
datang. Percaya kepada Hari Kiamat adalah rukun iman yang kelima.
Pada
hari Akhir, seluruh manusia meninggal dunia, tidak ada satupun makhluk di dunia
ini yang hidup. Manusia akan dibangkitkan kembali untuk kemudian dikumpulkan di
Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar, seluruh manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Tiap
manusia harus mempertanggungjawabkan tiap amal perbuatan yang dilakukannya
ketika hidup di dunia. Di Padang Mahsyar, manusia memikirkan dirinya masing-masing,
hukuman atau hadiah yang akan diterimanya atas amal perbuatan selama di dunia.
Apakah ia menerima buku amal perbuatan yang menyenangkan atau menyedihkan.
Apakah amalan kebaikan lebih berat daripada amalan keburukan, atau sebaliknya.
Jika amalan kebaikan lebih banyak, sorga telah menantinya. Jika amalan keburukan
lebih banyak, neraka telah menantinya. Peristiwa Hari Akhir telah disebutkan di
dalam Q.S. al-Qāri’ah/101: 1 – 11, yaitu:
|
1. Al-Qāri‘ah (hari Kiamat yang menggetarkan). |
اَلْقَارِعَةُۙ ١ |
|
2. Apakah al-Qāri‘ah itu? |
مَا الْقَارِعَةُ ۚ ٢ |
|
3. Tahukah kamu apakah al-Qāri‘ah itu? |
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ ٣ |
|
4. Pada hari itu manusia seperti laron yang
beterbangan |
يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ
الْمَبْثُوْثِۙ ٤ |
|
5. dan gunung-gunung
seperti bulu yang berhamburan. |
وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ
الْمَنْفُوْشِۗ ٥ |
|
6. Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, |
فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ ٦ |
|
7. dia berada dalam kehidupan yang
menyenangkan. |
فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ ٧ |
|
8. Adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)-nya, |
وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ ٨ |
|
9. tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah. |
فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ۗ ٩ |
|
10. Tahukah kamu apakah (neraka Hawiyah) itu? |
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ ١٠ |
|
11. (Ia adalah) api yang sangat panas. |
نَارٌ حَامِيَةٌ ࣖ ١١ |
Pernahkah
kalian terkena bara api? Tentu saja api yang ada di dunia ini panas sehingga
bila kulit kita terkena bara api, akan panas atau melepuh. Juga awan panas yang
dimuntahkan gunung api dapat membakar apa saja yang dilaluinya, termasuk tubuh manusia.
Apalagi api neraka yang bernama ¦±wiyah, tentunya sangat dahsyat panasnya. Ada
dua macam kiamat yang kita pelajari, yaitu Kiamat Sugrā (kiamat kecil) dan
Kiamat Kubrā (kiamat besar)
b.
Macam-Macam
Hari Akhir
1.
Kiamat
Sugrā (Kiamat Kecil)
Kiamat
Sugra ialah hancurnya alam di sekitar kita; misalnya gunung meletus, gempa
bumi, tsunami, air bah atau banjir bandang. Kiamat kecil dapat terjadi di mana
saja di atas bumi ini. Kiamat kecil dapat menimpa siapa saja dan di mana saja,
seperti kematian seseorang. Kiamat Sugrā (kiamat kecil) bisa saja terjadi
karena ulah manusia sendiri. Misalnya, berkendaraan tidak hati-hati sehingga
kecelakaan, membakar hutan dan menebang pohon-pohon yang tidak terkendali
sehingga gunung menjadi gundul, tanah longsor serta membuang sampah di sungai
sehingga mengakibatkan banjir.
2.
Kiamat
Kubrā (Kiamat Besar)
Kiamat
Kubrā (kiamat besar) adalah hancurnya alam semesta beserta isinya. Seperti
matahari, bumi dan planet-planet lainnya sudah tidak berjalan pada porosnya sehingga
saling bertabrakan. Bumi berguncang dahsyat dan tidak ada satu makhluk pun di
muka bumi ini yang hidup.
Allah
Swt. menjelaskan di dalam Q.S. al-Zalzalah/99:1-2, yaitu:
|
1. Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan
yang dahsyat, |
اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَاۙ ١ |
|
2. bumi mengeluarkan isi perutnya, |
وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ ٢ |
Kelak
di Hari Akhir setelah alam semesta dihancurkan, manusia dibangkitkan Kembali dari
alam kuburnya. Kiamat Kubrā lebih dahsyat dan tak ada seorang pun yang tahu kapan
akan terjadi. Bahkan, Nabi Muhammad saw. pun tidak diberi tahu oleh Allah Swt. Hanya Allah Swt. yang tahu.
3.
Tanda-Tanda
Hari Akhir
Tidak
ada seorang pun yang tahu kapan Hari Kiamat datang. Namun, Allah Swt.
memberitahukan tanda-tanda hari Kiamat makin dekat melalui firman-firman-Nya
dalam al-Qur’ān. Di antara tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut.
a. Banyak
ulama Muslim yang wafat.
b. Ilmu
agama dianggap tidak penting.
c. Maksiat
makin terang-terangan dan kejahatan di muka bumi makin merajalela.
d. Banyak
laki-laki yang perilakunya menyerupai perempuan, atau sebaliknya perempuan
berperilaku seperti laki-laki.
e. Banyak
peperangan dan kerusuhan di muka bumi ini.
f.
Minuman keras dan
barang terlarang (seperti narkoba) bebas beredar sehingga menimbulkan tindakan
kriminalitas yang merajalela.
g. Munculnya
orang-orang yang mengaku sebagai nabi/rasul.
4.
Hikmah
Memercayai Hari Akhir
Setelah
kita mengetahui makna dan tanda-tanda Hari Kiamat serta meyakininya, ada hikmah
yang dapat kita gali, antara lain sebagai berikut.
a. Kita
bertambah yakin dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.
b. Kita
bertambah semangat mengerjakan amal kebaikan.
c. Kita
menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. seperti: berkelahi, menggunakan
obat terlarang/narkoba, minum minuman keras, mencuri, memfitnah dan,
sebagainya.
d. Bersikap
jujur, disiplin, dan bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan.
e. Selalu
waspada dan menjaga lingkungan sekitar rumah atau sekolah.
f.
Tidak menunda-nunda
melakukan amal kebaikan, seperti melakukan salat lima waktu, mengerjakan PR.
Aspek Akhlaq
1.
Hormat
dan Patuh kepada Orang tua, Guru, dan Anggota Keluarga
a. Pengertian
Hormat dan Patuh kepada Orang tua, Guru, dan Anggota Keluarga
Orang tua yang memelihari dan membesarkan
kita. Guru yang mengajar kita memabaca dan menulis. Sudah sepantasnya kita
menghormati dan mematuhi nasihat guru. Allah Swt. telah mengingatkan di dalam al-Quran
Q.S. An-Nisā'/4:36 yaitu:
۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا
بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ
وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ
مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ٣٦
Artinya:
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil,
serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisā'/4:36)
Nabi
Muhammad saw. pun mendukung untuk berbuat baik kepada orang tua yaitu:
”Barangsiapa
yang berbuat baik kepada orang tuanya akan menjadilah ia sebagai orang yang
paling baik dan akan dipanjangkan umurnya.” (HR. al-Bukhari)
Ayat
di atas menganjurkan umat manusia untuk berbuat baik kepada orang tua, sesama
anggota keluarga (kerabat), anak yatim, orang miskin dan para tetangga yang
dekat atau jauh. Bahkan, hadis Nabi Muhammad saw. menjelaskan, bahwa anak yang
berbuat baik kepada ayah bundanya akan dipanjangkan umurnya.
b.
Contoh Hormat dan
Patuh kepada Orang Tua
1) Memberi
salam, minta izin dan mencium tangan orang tua ketika akan berangkat ke
sekolah.
2) Mendoakan
orang tua setelah salat.
3) Perintah
orang tua untuk belajar sungguh-sungguh, tidak banyak menonton TV, banyak
bermain harus dituruti.
4) Minta
izin terlebih dulu jika ingin bermain ke rumah teman.
5) Perintah
orang tua untuk mengerjakan salat dan bangun pagi hendaknya dituruti, dan
sebaginya.
c.
Contoh hormat dan
patuh kepada guru
1) Ketika
bertemu guru, memberi salam kepada guru lalu mencium tangannya.
2) Mendengarkan
penjelasan guru di kelas.
3) Saat
belajar, tidak banyak bercanda di dalam kelas.
4) Tugas-tugas
dari guru dikerjakan tepat waktu.
5) Nasihat
untuk kemajuan siswa/i harus dipatuhi.
6) Larangan
guru agar tidak mencorat-coret dinding kelas, tidak berkelahi dengan teman,
atau mengganggu teman di kelas hendaknya dipatuhi.
d.
Contoh hormat dan
patuh kepada sesama keluarga
1) Jika
bertemu saudara/famili yang lebih tua, seperti nenek/kakek, paman/bibi atau kakak,
hendaknya memberi salam dan mencium tangannya.
2) Mematuhi
setiap nasihat kebaikan dari anggota keluarga yang lebih tua.
3) Terhadap
adik yang lebih muda hendaknya disayangi.
4) Tidak
menghidupkan radio atau TV keras-keras di saat ada anggota keluarga (adik atau
kakak atau nenek yang sakit).
2.
Bersikap
Toleran
Toleransi
tidak mengenal tempat dan waktu. Apalagi di Indonesia yang beragam suku, agama,
adat istiadat dan budayanya. Sikap toleran harus diwujudkan di rumah, di
sekolah dan masyarakat.
a.
Pengertian Toleran
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata toleran adalah kata sifat yang menunjukkan
sikap tenggang rasa (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda dengan pendirian
sendiri. Adapun toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerja
sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda, baik secara etnis,
bahasa, budaya, politik, maupun agama.
b.
Contoh Toleran
Setelah
kamu memahami makna toleran, cermati contoh-contoh sikap toleran berikut ini.
- Kita
menghormati pendapat teman yang berbeda dengan pendapat kita.
- Kita
tidak membuat kegaduhan di masjid saat orang-orang sedang melaksanakan ibadah salat.
- Kita
tidak memasang petasan yang memekakkan telinga karena bisa saja di sekitar kita
ada bayi atau orang sakit.
- Kita
tidak membuat keributan di kelas saat guru sedang menjelaskan karena
teman-teman lainnya butuh ketenangan untuk belajar.
- Kita tidak hidupkan radio, VCD atau televisi
keras-keras sehingga mengganggu tetangga.
- Kita
tidak main gitar atau bedug di saat para tetangga sedang istirahat.
- Kita tidak mengejek kawan yang berbeda suku dan agamanya.
3.
Simpati
a.
Makna simpati
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata simpati berarti: rasa kasih, rasa setuju
(kepada), dan rasa suka. Secara umum, kata simpati dapat diartikan sebagai
perasaan kebersamaan secara sosial hingga seseorang dapat merasakan perasaan
orang lain, (biasanya suatu perasan sedih) dalam dirinya sendiri. Contohnya
saat kita mengetahui orang lain mendapat musibah, seperti orang tuanya
meninggal dunia, kita dapat merasakan kesedihan yang sama.
b.
Contoh Simpati
- Mendengarkan
curahan hati teman hingga selesai.
- Memosisikan
diri kita dalam posisi orang lain yang kesusahan atau gembira.
- Jangan
menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas atau tidak
melakukannya.
- Beri
aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu. Jika
tidak bisa memberikan apa yang diminta, cari alternatif lain atau menanyakan
apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu.
4.
Berbaik
Sangka
a.
Arti
Berbaik Sangka
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”sangka” artinya duga atau taksir. Berbaik sangka
adalah menduga yang baik terhadap sesuatu. Seorang siswa harus selalu berbaik
sangka atau berpikir positif terhadap orang tua, guru atau teman. Berpikir
positif adalah perilaku terpuji. Lawan kata berbaik sangka adalah berburuk
sangka atau prasangka. Siswa yang baik akan menghindari prasangka buruk
terhadap orang lain.
Allah
Swt. di dalam Q.S. al-Hujurat/49:12 berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا
تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ
يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ
اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di
antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat
lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat/49:12)
Di
dalam Q.S. al-Hujurat/49:12, Allah Swt. sudah mengingatkan kita agar menjauhi prasangka
buruk, jangan mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain. Karena apa yang
kita sangkakan belum tentu kebenarannya. Di samping itu, diri kita belum tentu lebih
baik dari orang yang kita jelek-jelekkan tersebut.
Ayat
tersebut di atas didukung pula oleh hadis Rasulullah saw. berikut ini.
”.
. . Hati-hati kalian dari prasangka buruk karena dzan/prasangka buruk itu
adalah sedusta-dusta ucapan. Dan janganlah kalian memata-matai.” (H.R. al-Bukhari
dan Muslim)
Dengan demikian, kita tidak menjelek-jelekkan teman kita yang ada di sekolah atau di lingkungan rumah. Pikiran kita hendaknya tidak dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang negatif. Sebaliknya, kita berpikir positif, jernih dan mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain
b. Contoh Berbaik Sangka
Setelah
kita memahami makna berbaik sangka, marilah kita cermati contoh-contoh perilaku
berbaik sangka berikut ini.
1) Tanpa
curiga, Ahmad meminjamkan uang jajannya kepada Karim untuk membeli buku.
2) Kamila
menerima peraturan orang tuanya untuk bangun pagi agar bisa salat subuh
berjamaah dan membersihkan tempat tidur sendiri.
3) Karlina
menerima aturan orang tuanya untuk mengikuti les privat mengaji di rumah,
walaupun ia tidak keluar rumah setelah pulang sekolah.
4) Herman
memahami sahabatnya Zakaria yang tidak
ikut piknik ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) karena ternyata Zakaria harus
mengikuti ujian renang
5. Hidup Rukun
a.
Makna
Hidup Rukun
Makna
hidup rukun? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata rukun berarti baik dan damai; tidak bertengkar, hidup rukun artinya hidup damai
dan tidak bertengkar.
Hidup
rukun sangat dianjurkan oleh agama karena manusia diciptakan oleh Allah Swt. bersuku
bangsa yang berbeda yang menyebabkan budayanya pun berbeda. Namun, kita diajarkan
untuk saling rukun karena dalam pandangan Allah Swt., hanya orang bertaqwa yang
membedakan satu dengan yang lainnya. Seperti eringatan Allah Swt. di dalam
Q.S.
al-Hujurat/49:13 berikut ini:
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا
وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Artinya: ”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah Swt. ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Q.S.
al-Hujurat/49:13)
Ayat di atas memberitakan, bahwa Allah Swt. menciptakan manusia berpasang-pasangan
dan bersuku bangsa. Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang
yang paling bertaqwa. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan selalu membutuhkan
bantuan dari orang lain. Kita hidup membantu atau dibantu, baik langsung atau
tidak langsung. Ketika kita sakit di kelas, teman dan guru kita yang membantu.
Bahkan, ketika kita masih kecil dan belum bisa berjalan, orang yang menggendonggendong kita adalah orang tua, kakak, nenek, atau tetangga kita. Oleh sebab itu, kita harus menghomati mereka semua. Jadi, dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah atau di lingkungan, kita harus mendukung dan mengutamakan kerukunan.
b. Contoh Hidup Rukun
Contoh--contoh perbuatan yang menyebabkan hidup rukun berikut ini.
1)
Setiap
akan berbicara atau melakukan kegiatan, harus diperhitungkan baik dan buruknya.
2)
Menghargai
orang lain; orang tua, orang yang lebih tua, kakak-adik, teman yang beragama
lain, teman yang berasal dari daerah lain.
3)
Berbicara
yang baik, tidak dengan kata-kata yang kasar, yang membuat orang lain marah
atau sakit hati.
4)
Dalam
bertindak, mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi.
Atau, dalam bertindak, tidak egois yang selalu mementingkan diri sendiri.
5)
Dan
lain-lain.
Adapun perbuatan yang membuat hidup kita tidak rukun.
1)
Berbuat
lebih mengedepankan emosi atau cepat marah bukan akal sehat.
2)
Tidak
menghargai orang lain dan atau menganggap diri sendiri paling benar dan paling
pintar.
3)
Suka
mencela dan mengolok-olok teman. Perbuatan mengolok atau mencela sering kali
menjadi pemicu suatu pertengkaran atau perkelahian.
4)
Suka
berbicara kasar dan merendahkan orang lain.
5)
Dan
lain-lain.
Aspek Fiqih
Zakat
Infaq dan Shadaqah
1.
Zakat
a.
Pengertian
zakat adalah mengambil sebagian harta dengan ketentuan tertentu untuk diberikan
kepada kelompok tertentu. Menurut kewajiban melakukannya, zakat adalah amal
ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap muslim yang dikenai kewajiban membayar
zakat dan diberikan kepada 8 golongan masyarakat. Zakat memurnikan harta, mensucikan hati orang
yang mengeluarkannya dan menambah keberkahan hartanya. Zakat hukumnya wajib. Merupakan
rukun Islam yang jika ditinggalkan menjadi dosa besar. Bahkan orang yang
meninggalkan zakat dengan mengingkari kewajibannya, ia bisa murtad dari agama
Islam. Karenanya, Abu Bakar Ash Shiddiq memerangi orang yang menolak membayar
zakat.
b.
Macam-Macam Zakat
Mengeluarkan zakat adalah wajib bagi
umat Islam yang mampu. Tahukah kalian, kewajiban umat Islam bukan hanya
mengeluarkan zakat fitrah di bulan Ramadan atau menjelang Idul Fitri, tetapi mengeluarkan
zakat māl (zakat harta) jika telah mencapai batas jumlah tertentu dalam satu tahun (nisāb).
1)
Zakat Fitrah
a)
Pengertian
Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah mengeluarkan beras atau bahan makanan pokok
lainnya sebesar 2,5 kilogram atau 3,5 liter tiap orang. Beras atau bahan
makanan pokok yang telah terkumpul tersebut akan dibagikan oleh amil zakat
(petugas pengumpul zakat) kepada orang-orang yang tidak mampu. Biasanya para
amil zakat membagikan zakat fitrah menjelang Idul Fitri agar orang yang tidak
mampu dapat bergembira bersama menikmati
Hari Raya Idul Fitri.
Jadi, zakat fitrah sangat menolong orang yang tidak mampu (baik mereka yang meminta maupun yang tidak meminta). Kita juga ikut menggembirakan mereka untuk
bersama-sama merayakan Idul Fitri. Waktu
membayar zakat fitrah boleh dilakukan mulai tanggal satu Ramadan sampai
menjelang salat Idul Fitri.
b)
Orang
yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, yaitu sebagai berikut.
1)
Beragama
Islam, laki-laki dan perempuan, sejak usia bayi, anak-anak, atau lanjut usia.
2)
Memiliki
penghasilan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Zakat fitrah untuk
anak-anak menjadi tanggungan orang tua mereka.
3)
Orang
itu masih hidup sampai akhir Ramadan.
2)
Zakat Māl
a)
Pengertian
Zakat Māl
Zakat mal disebut juga zakat harta, yaitu mengeluarkan sebagian
harta kekayaan yang dimilikinya apabila telah mencapai nisab. Pengertian nisab
adalah lama waktu suatu harta menjadi milik seseorang dalam jumlah tertentu.
Misalnya, jika seseorang muslim memiliki 85 gram emas selama satu tahun, zakat
yang harus dikeluarkan 2,5%; atau jika harga emas satu gram Rp400.000,- nilai
nisabnya adalah: 85 gram X Rp400.000,- = Rp34.000.000,-. Zakat yang harus
dikeluarkan 2,5% dari Rp34.000.000 = Rp850.000,-.
Zakat māl dimaksudkan untuk membersihkan harta yang dimiliki karena
di dalam harta itu ada hak fakir miskin.
b)
Syarat
Wajib Zakat Māl
Syarat wajib zakat māl seperti berikut.
1)
Pemilik
harta adalah orang Islam.
2)
Pemilik
harta telah balig dan berakal (tidak gila).
3)
Harta
tersebut termasuk dari jenis-jenis harta yang wajib dizakati.
4)
Harta
tersebut telah mencapai satu tahun.
5)
Harta
tersebut milik sendiri.
6)
Jenis
Harta yang Dizakati
c)
Jenis
harta yang wajib dizakatkan seperti berikut.
1)
Perhiasan
emas dan perak yang disimpan.
2)
Uang
simpanan yang telah mencapai satu tahun.
3)
Harta
atau uang yang diperoleh dari usaha berdagang atau bekerja.
4)
Hasil
pertanian, misalnya padi dan palawija.
5)
Binatang
ternak, misalnya kambing, sapi, dan kerbau.
6)
Barang
temuan, misalnya perhiasan, uang logam yang terbuat dari emas, atau guci yang
tinggi nilainya.
d)
Orang yang Berhak Menerima Zakat
Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahiq zakat. Allah Swt.
telah menetapkan golongan orang yang berhak menerima zakat dalam firman-Nya
Q.S. at-Taubah/9:60 berikut ini.
۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ
وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى
الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ
فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ٦٠
Artinya:”
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan
(yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.”( Q.S. at-Taubah/9:60)
Penjelasan delapan golongan orang yang berhak menerima zakat.
1) Orang fakir,
yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai tenaga dan harta untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2) Orang miskin, yaitu orang yang
tidak cukup penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
3) Pengurus zakat (amil),
yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4) Mualaf, yaitu orang yang bukan
Islam (non-Islam) yang berkeinginan masuk Islam, untuk masuk Islam, dan orang
yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5) Orang berutang, yaitu orang yang
berutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak sanggup
membayarnya. Orang yang berutang untuk memelihara persatuan umat Islam.
6) Orang yang berjuang pada jalan Allah (fisabilillah),
yaitu orang yang berjuang untuk keperluan pertahanan Islam di zaman Nabi
Muhammad saw. Fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum, seperti
mendirikan masjid, musalah, sekolah/madrasah, rumah sakit, dan sebagainya.
7) Hamba sahaya, yaitu budak yang
harus dimerdekakan.
8) Ibnu sabil, yaitu seorang anak yang
sedang menuntut ilmu, namun kesulitan dalam pembiayaan.
e)
Hikmah
Berzakat
1) Membersihkan harta dan jiwa pembayar zakat
dari sifat kikir, tamak atau rakus;
2) Membantu
orang yang kesusahan atau kesulitan dari segi ekonomi.
3) Mendorong
manusia untuk berjiwa sosial dan peduli kepada sesama.
4) Mendorong
manusia untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab atas harta yang dimilikinya.
5) Mengingatkan
manusia, bahwa harta dan kekayaan hanyalah titipan dari Allah Swt.
2. Infak & Sedekah
a. Makna Infak dan Sedekah
Berinfak dan bersedekah dapat dilakukan
kapan saja dan dapat mempergunakan uang atau barang. Untuk lebih paham lagi,
marilah kita cermati pengertian infak
dan sedekah. Kata infak diambil dari akar kata: nafaqa yang berarti keluar.
Sementara dalam kamus Arab ”Al-Azhar” kata ‘infak’ berarti perihal menafkahkan atau membelanjakan. Pengertian di
atas didukung oleh firman Allah Swt. dalam Q.S. a¯-Talaq/65:7 berikut ini:
لِيُنْفِقْ
ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ
اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ
سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا ࣖ ٧
Artinya:”Hendaklah orang yang lapang
(rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan
rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah
kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa
yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah kelak akan menganugerahkan kelapangan
setelah kesempitan.” (Q.S. at-Talaq/65:7)
Jadi, infak (infaq)
diartikan mengeluarkan/menyerahkan sesuatu harta benda sesuai dengan
kemampuannya. Allah Swt. tidak membebani seseorang untuk berinfak melainkan
sesuai dengan rezeki yang diperolehnya dari Allah Swt. Yakinlah, bahwa Allah
Swt. akan mengganti apa yang telah diinfakkan dengan berlipat ganda.
Barang yang kita infakkan atau sumbangkan
jangan takut berkurang, bahkan Allah Swt. berjanji akan menggantinya. Seperti
firman-Nya di dalam Q.S. as-Saba’ 34:39 berikut ini:
قُلْ
اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ
لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ
الرّٰزِقِيْنَ ٣٩
Artinya : “ Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan
pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (Q.S. as-Saba’/34:39
Sedekah berasal dari akar kata șadaqa berarti sesuatu yang benar atau jujur.
Definisi sedekah adalah suatu pemberian yang dilakukan seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga sedekah dapat diartikan sebagai suatu pemberian yang dilakukan seseorang sebagai kebajikan yang hanya mengharap pahala dan rida Allah Swt. semata.
Bersedekah tidak hanya berupa harta benda, tetapi bisa berupa jasa dan tindakan. Misalnya, tersenyum kepada sahabat atau gurumu adalah sedekah. Atau, jika di dekat rumahmu ada masjid yang sedang dibangun. Ternyata kamu tidak bisa menyumbang uang dan barang, kamu bisa juga bersedekah tenaga.
Untuk lebih memahami makna infak dan sedekah cermatilah perbedaan keduanya berikut ini.
|
Infaq |
Shadaqah |
|
Kata infak mengandung pengertian pemberian yang bersifat materi, yaitu: harta atau benda
yang diberikan kepada orang lain sesuai
dengan kemampuan. |
Sedekah memiliki arti lebih luas dari
infak, yaitu: pemberian barang atau jasa, yang bersifat materi dan nonmateri.
Contoh nonmateri, yaitu memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan,
memberi nasihat, senyuman, dan mendoakan orang lain. |
Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa hikmah berinfak dan bersedekah berikut ini.
Oang yang bersedekah akan dimudahkan Allah Swt. dalam usahanya mencari rezeki.- Bersedekah adalah
sebagai wujud syukur akan nikmat yang Allah Swt. berikan.
- Allah Swt. akan
menambah rezeki orang yang berinfak dan bersedekah.
- Allah Swt. akan
memperhatikan dan menjaga orang yang berinfak dan bersedekah, serta tidak
menyia-nyiakan atau membiarkannya.
- Malaikat akan
mendoakan kebaikan kepada orang yang gemar bersedekah.
- Hati orang yang
berinfak dan bersedekah tenang dan tenteram, jauh dari kegelisahan, stres dan
penyakit kejiwaan lainnya.
- Orang yang
berinfak dan bersedekah mendapat pahala dari Allah Swt. bahkan, Nabi Muhammad
saw. bersabda sebagai berikut. ”Apabila anak Adam meninggal dunia, maka
terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat bagi manusia, dan anak saleh
yang mendoakannya.” (HR Muslim).
- Orang yang
berinfak dan bersedekah akan dihapus sebagian dari dosanya.
Seperti
firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Baqarah/2:271 berikut:
i)
اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ
تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ
عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٧١
Artinya :”Jika kamu
menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan
memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan
menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah/2:271
b.
Persamaaan Zakat, Infaq dan Sedekah
Di antara persamaan zakat, infaq dan
sedekah adalah sebagai berikut:
- Ketiganya
merupakan pemberian kepada orang lain
- Ketiganya
merupakan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah
- Ketiganya
sama-sama mendatangkan pahala
c. Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu;
1)
Zakat
itu sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus
zakat dan siapa yang boleh menerima.
2)
Infaq
: sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi)
3)
Sedekah:
lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas pada materi
saja.
4)
Perbedaan
Zakat, Infaq dan Sedekah
5)
Zakat
hukumnya wajib, sedangkan infaq dan sedekah hukumnya sunnah
6)
Zakat
hanya sah jika diberikan kepada yang berhak menerima zakat (mustahik),
sedangkan infaq dan sedekah bisa diberikan kepada siapa saja
7)
Besaran
zakat harus sesuai dengan ketentuan, sedangkan infaq dan sedekah besarannya
bebas
8)
Zakat
dan infaq berupa harta atau materi, sedangkan sedekah bisa berbentuk selain
harta (misalnya perbuatan)
9)
Zakat
merupakan rukun Islam sedangkan infaq dan sedekah bukan termasuk rukun Islam
d. Hikmah Zakat , Infaq dan Shadaqah
1)
Dengan
mengeluarkan sedekah/infak/zakat sebetulnya untuk bekal investasi nanti di
akhirat bahkan akan dijauhkan dari musibah.
2)
Rasulpun
menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat akan terhindar dari
marabahaya/musibah.
3)
Bahkan
zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa,
4)
memurnikan
jiwa
5)
menumbuhkan
akhlak mulia,
6)
menjadi
murah hati,
7)
peka
terhadap rasa kemanusiaan
8)
mengikis
sifat bakhil (kikir) serta serakah.
9)
tercipta
suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban
kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.
Aspek Tarikh dan Akhlaq
1.
Nabi Yunus a.s
Nabi Yunus a.s. adalah salah satu
nabi yang mengalami kehidupan dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan di dalam
perut ikan, kegelapan di lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus a.s. adalah
pembawa ajaran tauhid. Beliau menyesali tindakannya karena meninggalkan umat
yang tidak mau bersujud kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa. Beliau berdoa
dengan nada penyesalan di dalam perut ikan, seperti telah dijelaskan di dalam
Q.S. al-'Anbiya':87 yaitu:
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا
فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ
اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧
Artinya: ”Tidak ada Tuhan selain
Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S.
al-Anbiya' 21:87)
Nabi Yunus bin Matta diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada penduduk ”Ninawa” di wilayah Maushil, Irak. Penduduk kampung ”Ninawa” berpaling dari jalan Allah Swt. dan menyembah berhala. Oleh sebab itu, Allah Swt. ingin memberi petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Allah Swt. mengutus
Nabi Yunus a.s. untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah Swt. Seruan Nabi Yunus a.s. untuk menyembah Allah Swt. ditolak penduduk ”Ninawa”. Mereka tetap memilih menyembah berhala. Mereka lebih memilih kekafiran dan kesesatan daripada keimanan. Mereka mendustakan Nabi Yunus a.s. mengolok-olok, dan menghinanya. Setelah lama menghadapi mereka, Nabi Yunus a.s. pun marah kepada kaumnya dan tidak berharap lagi keimanan mereka.
Allah Swt. pun mewahyukan kepada Nabi Yunus a.s. untuk membimbing kaumnya. Allah Swt. memberi tahu bahwa akan mengazab umat Nabi Yunus setelah berlalu tiga hari. Lalu, Nabi Yunus menyampaikan perihal azab itu kepada kaumnya, kemudian ia pergi meninggalkan mereka.
Kaum Nabi Yunus a.s. telah mengetahui azab Allah Swt. akan datang. Mereka melihat Nabi Yunus a.s. telah pergi meninggalkannya. Dengan demikian, mereka yakin azab akan turun. Maka, mereka segera bertaubat kepada Allah Swt., dan menyesali sikap mereka selama ini. Ketika itu, mereka berdoa memohon ampun kepada Allah Swt. agar azab itu diangkat dari mereka. Allah Swt. menjauhi azab itu dari mereka karena kesungguhan doanya.
Allah Swt. berfirman di dalam Q.S. Yµnus/10:98
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ
فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا
عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى
حِيْنٍ ٩٨
Artinya: ”Maka mengapa tidak ada
(penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya
selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari
mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”
(Q.S. Yunus/10:98)
Nabi Yunus a.s. tetap meninggalkan kampung kaumnya karena marah, padahal Allah Swt. belum mengizinkannya. Nabi Yunus a.s. pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Pada saat Yunus berada di atas kapal, ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam.
Melihat keadaan demikian, nakhoda kapal meminta barang-barang yang berat dilempar ke laut untuk meringankan beban. Setelah barang-barang berat dilempar ke laut, ternyata, kapal itu tetap saja oleng hampir tenggelam, para penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar seseorang ke laut.
Mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada diri Nabi Yunus a.s., tetapi mereka tidak mau jika Nabi Yunus a.s. harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata jatuh kepada Nabi Yunus a.s. lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Maka Nabi Yunus a.s. bangkit dan melepas bajunya, kemudian melemparkan dirinya ke laut.
Pada saat yang bersamaan Nabi Yunus a.s. melompat dari kapal, Allah Swt. telah mengirimkan ikan paus besar yang langsung menelan Nabi Yunus a.s. dengan tidak merobek dagingnya atau mematahkan tulangnya. Nabi Yunus a.s. pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu. Dalam riwayat dikisahkan, bahwa Nabi Yunus a.s. berada dalam tiga kegelapan; kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. Kita tidak perlu mempermasalahkan berapa lama Nabi Yunus a.s. berada di dalam perut ikan paus tersebut.
Hikmah dari kisah Nabi Yunus a.s.
a.
Ketika
diuji Allah Swt. dan harus melompat ke
dalam lautan yang dalam demi keselamatan penumpang kapal yang kelebihan
muatan.
b.
Kita
bisa membayangkan, bagaimana susahnya bernapas di kegelapan perut ikan yang
berenang di lautan dalam nan gelap. Namun, Nabi Yunus a.s. tetap ingat
kepada Allah Swt.
c.
dan memanjatkan
doa kepada-Nya. Singkat kisah, Nabi Yunus a.s. selamat sampai ke tepian
berkat kasih sayang Allah Swt.
2.
Kisah Keteladanan Nabi Zakaria a.s.
Pengharapan panjang Nabi Zakaria
a.s. untuk mendapatkan keturunan tidak pernah surut. Nabi Zakaria a.s. yang taat beribadah
terus berdoa tidak putus-putusnya kepada Allah Swt., hingga akhirnya membuahkan
hasil. Suatu saat, Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Zakaria a.s. sehingga ia
memperoleh anak walaupun usianya telah tua. Anaknya itu diberi nama Yahya.
Sebagai manusia, Nabi Zakaria a.s. ingin agar keturunannya tidak terputus dan
terus bersambung dari generasi ke generasi sepanjang Allah Swt. mengizinkannya.
Nabi Zakaria a.s. khawatir, bahwa bila ia wafat tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan kemunkaran dan kemaksiatan, bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Nabi Musa a.s. dengan menambah atau mengurangi isi kitab Tauratsekehendak hati mereka.
Sebagai orang yang diserahi amanah untuk melindungi Maryam binti Imran, Nabi Zakaria a.s. tiap hari pergi ke mihrab melakukan ¡alat sambil menjenguk Maryam. Nabi Zakaria a.s. mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan terhadap Maryam diterima nabi Zakaria a.s. melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab.
Suatu hari ketika Nabi Zakaria a.s. datang ke mihrab, ia melihat Maryam di salah satu sudut mihrab sedang șalat (sujud), di depannya terlihat berbagai jenis buah-buahan musim panas. Dalam hati, Nabi Zakaria a.s. bertanya-tanya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas itu, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Nabi Zakaria a.s. tidak sabar menanti Maryam selesai sujud. Setelah Maryam selesai șalat, didekati Nabi Zakaria a.s. untuk menanyakan tentang asal muasal buah-buahan kepadanya: "Hei Maryam, dari manakah engkau mendapati buah-buahan ini semua?" Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah Swt. yang aku dapat tanpa dicari dan diminta. Di kala matahari terbit, aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada di depan mataku, demikian pula bila matahari terbenam. Mengapa Bapak merasa heran dan takjub? Bukankah Allah Swt. berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"
Suatu peristiwa yang menakjubkan, Allah Swt. memberi tanda-tanda kehamilan isteri Nabi Zakaria a.s., bahwa mulutnya tidak akan bisa berbicara selama tiga hari dengan sesama manusia – padahal ia tidak sakit. Isteri Nabi Zakaria a.s. hanya bisa berbicara isyarat dengan tangan atau lainnya untuk memahamkan orang. Selama tiga hari itu, ia harus memperbanyak bertasbih, bertahmid di waktu pagi dan petang. Allah Swt. memberi seorang anak kepada Nabi Zakaria a.s. Anak yang diberi nama Yahya itu kelak dapat meneruskan dakwah Nabi Zakaria a.s.
Hikmah kisah Nabi Zakaria a.s. dapat dijadikan
teladan.
- Untuk memperoleh keinginan,
- kita harus berusaha dan terus berdoa dengan ikhlas.
- Kita tidak boleh putus asa.
- Setiap cobaan yang Allah Swt. datangkan, tentu ada hikmah yang terkandung di dalamnya.
3.
Kisah
Keteladanan Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi menceritakan tujuh orang
pemuda dan seekor anjing yang ditidurkan oleh Allah Swt. selama 309 tahun.
Kisah Ashabul Kahfi dapat kita temui dalam Q.S. al-Kahf/18:13.
نَحْنُ
نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا
بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ ١٣
Artinya: ”Kami ceritakan kepadamu
(Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk
kepada mereka.” (Q.S. al-Kahf/18:13)
Ashabul Kahfi merupakan kisah perjuangan tujuh orang pemuda yang menyelamatkan keyakinannya kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka hidup di negeri Syam yang dikuasai bangsa Romawi. Saat itu, Syam diperintah oleh gubernur Romawi yang amat kejam, Daqianus namanya. Daqianus ialah seorang penyembah berhala yang amat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika orang suruhan Daqianus menemukan anggota masyarakat yang tidak menyembah berhala seperti yang dilakukan Daqianus, mereka akan dibawa ke hadapan Daqianus.
Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah Swt., yang meyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt. semata. Mereka teguh di atas keyakinan yang benar. Meskipun bertentangan dengan mayoritas masyarakat ketika itu. Ashabul Kahfi mengambil keputusan untuk enghindari kejaran Daqianus dengan cara bersembunyi di gua.Demi menyelamatkan akidah dan keyakinan mereka. Sebelumnya mereka berdoa kepada Allah Swt.
اِذْ
اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ
رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا ١٠
Artinya: “(Ingatlah) ketika
pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, ”Ya Tuhan kami.
Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang
lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Q.S. al-Kahf/18:10)
Lalu, Allah Swt. pun mengabulkan doa
mereka dan memudahkan urusan mereka. Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang
cukup luas sehingga mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah Swt.
juga menidurkan mereka di dalam gua tersebut selama 309 tahun sehingga mereka
tak dapat dibangunkan oleh suara apa pun.
Ashabul Kahfi tidur di dalam gua mendapat perlindungan dan penjagaan dari Allah Swt. Sinar matahari tidak masuk ke dalam gua, sehingga tidak langsung mengenai tubuh mereka. Akibatnya, tubuh mereka tidak rusak. Dengan demikian, mereka pun tidak merasa kepanasan dengan sengatan sinar matahari. Bahkan, Allah Swt. menjadikan orang yang melihat Ashabul Kahfi mengira bahwa mereka dalam keadaan terbangun. Ketika Allah Swt. membangunkan Ashabul Kahfi, salah satu dari mereka pergi ke kota dengan membawa uang untuk membeli makanan. Apa yang didapati salah saorang Ashabul Kahfi tersebut? Ternyata ia mendapati negeri (yaitu negeri Daqianus) sudah berubah, penduduk dan pemerintah pun telah berganti. Penduduk tidak mengenali mereka, juga tidak seorang pun yang dia kenal dari penduduk negeri tersebut.
Demikianlah kisah Ashabul Kahfi yang
beriman kepada Allah Swt. dan jujur dengan keimanannya tersebut. Allah Swt.
balas keimanan dan kejujuran mereka dengan menyelamatkan dan memuliakan mereka
dengan menjadikan mereka sebagai teladan bagi orang-orang yang beriman hingga
akhir zaman.
Hikmah kisah Ashabul-Kahfi
a.
Oleh
sebab itu, sebagai anak muslim, kita harus memiliki sikap teguh pendirian terhadap
keyakinan yang benar. Seperti yang dicontohkan Ashabul Kahfi yang berusaha untuk
menyelamatkan akidahnya (keimanannya) kepada Allah Swt.
b.
Kita
harus yakin, bahwa orang yang beriman dapat perlindungan dari Allah Swt. Hal itu
diperlihat Allah Swt. yang melindungi Ashabul Kahfi tersebut.




Terimakasih atas rangkuman materi yg lengkap ini semoga semakin sukses terus berkembang dan sll bermanfaat bagi kami.aamiin
BalasHapusalhamdulillah sudah selesai
BalasHapus