Ringkasan Materi US 2021

Ringkasan Materi US

Aspek Al-Quran

Surat Al-Falaq

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh)

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١

2.  dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢

3.  dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣

4.  dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya),

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤

5.  dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥

 

Surat Al-Fiil

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1.  Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١

2.  Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?

اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢

3.  Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong

وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣

4.  yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar,

تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤

5.  sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ ࣖ ٥

 

Surat At-Tiin

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1.  Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ ١

2.  demi gunung Sinai,

وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ ٢

3.  dan demi negeri (Makkah) yang aman ini,

وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ ٣

4.  sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤

5.  Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ ٥

6.  kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Maka, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ ٦

7.  Maka, apa alasanmu (wahai orang kafir) mendustakan hari Pembalasan setelah (adanya bukti-bukti) itu?

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِۗ ٧

8.  Bukankah Allah hakim yang paling adil?

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ ࣖ ٨

 

Surat Al-Ma'un

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1.  Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ ١

2.  Itulah orang yang menghardik anak yatim

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢

3.  dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣

4.  Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat,

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ٤

5.  (yaitu) yang lalai terhadap salatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ٥

6.  yang berbuat riya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ٦

7.  dan enggan (memberi) bantuan.

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ ٧

 

Surat Al-Kafirun

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١

2.  aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢

3.  Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣

4.  Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤

5.  Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥

6.  Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ ٦

 

Surat Al-Maidah 2-3

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

2.  Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَاۤىِٕدَ وَلَآ اٰۤمِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۗوَاِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوْا ۗوَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ٢

3.  Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih.) (Diharamkan pula) apa yang disembelih untuk berhala. (Demikian pula) mengundi nasib dengan azlām (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Oleh sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka, siapa yang terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣

 

Surat Al-Hujurat 12-13

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

12.  Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢

13.  Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

 

 

RINGKASAN ILMU TAJWID ( sumber : https://www.ajosyukri.com/2020/05/konsep-ilmu-tajwid.html)

1. HUKUM NUN MATI

a.       Izh-har Halqi, yaitu pembacaan nun mati atau tanwin yang sesuai makhroj-nya (tidak di-ghunnah-kan) apabila bertemu dengan salah satu huruf izhhar.

a.       Huruf-huruf izhhar adalah : ء ـ ة ـ ع ـ ح ـ غ ـ خ

b.      Contoh-contoh izhhar: مِنْ هَادٍ ـ مِنْ عِلْمٍ ـ عَيْنٍ ءانِيَةٍ ـ فَرِيْقًا هَدَى ـ يَنْهَوْنَ ـ أَنْعَمْت

b.      Idgham, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf idgham, atau pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang di-tasydid-kan. Ketentuan ini berlaku ketika pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam dua kata yang terpisah. Idgham dibagi dua yaitu:

c.       Idgham bil ghunnah atau ma’al ghunnah (yang harus digunakan)

d.      Idgham bila ghunnah (yang tidak boleh digunakan)

a.       Huruf-huruf idgham bil ghunnah : ي ـ ن ـ م ـ و

b.      Huruf-huruf idgham bila ghunnah : ل ـ ر

c.       Contoh-contoh idgham : أَنْ يَضْرِبَ ـ خَيْرًا يَرَاهُ ـ مَالاً لُّبَدًا ـ أن لَّمْ

 

d.      Dikecualikan empat kata yang tidak boleh dibaca sesuai dengan kaidah ini, karena pertemuan nun mati dengan huruf idgham dalam satu kata.

e.       Cara membacanya harus jelas dan disebut izhhar muthlaq, yaitu: الدُّنْيَا ـ بُنْيَانْ ـ قِنْوَانْ ـ صِنْوَانْ

 

e.       Iqlab, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ba’ yang berubah menjadi mim dan disertai dengan ghunnah.

a.       Contoh-contoh iqlab: أَن بُوْرِكَ ـ يَنْبُوْعً ـ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ

f.        Ikhfa’ Haqiqi, yaitu pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf ikhfa’ memiliki sifat antara izhhar dan idgham dengan disertai ghunnah.

a.       Huruf-huruf ikhfa’ berjumlah 15, yaitu: ص ـ ذ ـ ث ـ ك ـ ج ـ ش ـ ق ـ س ـ د ـ ط ـ ز ـ ف ـ ت ـ ض ـ ظ

b.      Contoh ikhfa’ haqiqi: مِنْ صِيَامٍ ـ فَانْصُرْنَا ـ مَاءً ثَجَّاجًا ـ قَوْلاً سَدِيْدًا

2. HUKUM MIM MATI

a.       Ikhfa’ Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu dengan ba’. Cara pengucapannya mim tampak samar (bibir tanpa ditekan kuat) disertai dengan ghunnah. Contoh: تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ

b.      Idgham Mitslain, atau idgham mimi yaitu apabila mim mati bertemu dengan mim. Cara pengucapannya harus disertai dengan ghunnah.  Contoh: إنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ

c.       Izh-har Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu dengan selain huruf mim dan ba’. Cara pengucapannya adalah mim harus dibaca jelas, harus tampak jelas tanpa ghunnah, terutama ketika bertemu dengan fa’ dan waw. Sedikitpun mim tidak boleh terpengaruh makhroj fa’ dan waw walaupun makhrojnya berdekatan/sama. Contoh: أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ـ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ

3. HUKUM MIM DAN NUN BERTASYDID (Ghunnah Musyaddadah)

Setiap mim dan nun yang bertasydid wajib dighunnahkan. Ketika membaca mim yang bertasydid cara membacanya bibir harus merapat dengan sempurna, dan ketika membaca nun yang bertasydid ujung lidah harus menempel pada makhroj nun dengan sempurna/kuat. Contoh:

عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ ـ فَأُمُّهُ هَاوِيَةً ـ يَـأَيُّهَاالْمُزَّمِّلْ

4. HUKUM LAM TA’RIF (ALIF LAM)

Berdasarkan cara pembacaannya ini, alif lam dibagi menjadi dua macam :

a.       Alif Lam Qamariyah, yakni alif lam harus dibaca jelas ketika menghadapi huruf-huruf berikut: ء ـ ب ـ غ ـ ح ـ ج ـ ك ـ و ـ خ ـ ف ـ ع ـ ق ـ ي ـ م ـ ه

Contoh : الْخَالِقُ ـ الْعِلْمُ ـ الْقَادِرُ ـ الْمَرْجَانْ ـ الْجَنَّةُ

b.      Alif Lam Syamsiyah, yakni alif lam harus dibaca idgham (masuk ke dalam huruf berikutnya) apabila bertemu dengan huruf-huruf berikut: ط ـ ث ـ ص ـ ر ـ ت ـ ض ـ ذ ـ ن ـ د ـ س ـ ظ ـ ز ـ ش ـ ل

Contoh: النُّوْرُ ـ الدِّيْنُ ـ الصَّلاَةُ ـ اللَّيْلُ

5. HUKUM MAD

Mad adalah memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf mad. Huruf mad ada tiga yaitu :

a.       و (waw sukun) yang huruf sebelumnya berharokat dhommah.

b.      ي (ya’ sukun) yang huruf sebelumnya berharokat kasrah.

c.       ا (alif) yang huruf sebelumnya berharakat fat-hah. Contoh: نُوحِيـهَـا

Mad secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Mad Ashli dan Mad Far’i.

A. Adapun pembagian mad Ashli adalah sebagai berikut:

a)      Mad Thabi’i, yaitu mad yang tidak terpengaruhi oleh sebab hamzah atau sukun, tetapi didalamnya ada salah satu huruf mad yang tiga; alif, ya’, waw. Contoh: إِيَّاكَ – يَدْخُلُوْنَ – فِيْ جِيْدِهَا

b)      Mad Badal, yaitu apabila terdapat hamzah bertemu dengan mad. Panjangnya 2 harakat.

Contoh: أُوْتِيَ – ءَادَمَ – إِيْمَانٌ – اِيْتُوْنِيْ

c)      Mad ‘Iwadh, yaitu berhenti pada huruf yang bertanwin fat-hah. Panjangnya 2 harakat.

Catatan:

Huruf Hamzah yang bertanwin fat-hah terkadang disudahi dengan alif, atau terkadang didahului alif, cara membaca tetap sama 2 harakat. Dan pengecualian berhenti pada Ta’ Marbuthah yang bertanwin fat-hah cara membacanya ta’ harus mati dan berubah menjadi Ha’.

Contoh: عَلِيْمًا حَكِيْمًا – غَفُوْرًا رَحِيْمًا – لَيْسُوْا سَوَاءً – جُزْءًا

d)      Mad Tamkin, yaitu apabila terdapat ya’ bertasydid bertemu dengan ya’ sukun. Panjangnya 2 harakat.

Contoh: وَإِذَا حُيِّيْتُمْ – فِيْ الأُمِّيِّيْنَ

e)      Mad Shilah Qashirah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir (bunyi hu atau hi) bertemu dengan selain hamzah. Panjangnya 2 harakat.

Contoh: وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ – لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

Keterangan:

Ø  Ha’ dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila salah satu huruf sesudah atau sebelumnya mati. Kecuali ayat 69 didalam surah Al-Furqan, yaitu: وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً maka ha’ dibaca panjang 2 harakat walaupun sebelumnya didahului huruf mati. Mad ini disebut Mad Al-Mubalaghah.

Ø  Selain ha’ dhamir tidak dibaca panjang.

Contoh: لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفعا

B. Adapun pembagian mad Far’i adalah sebagai berikut:

1. Mad Far’i yang bertemu dengan hamzah ada 3 macam:

a.       Mad Wajib Muttashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya 4 harakat ketika washal, sedangkan dalam keadaan waqaf boleh dibaca 4, 5 atau 6 harakat.

Contoh: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اﷲ – مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً

b.      Mad Ja’iz Munfashil, yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.

Contoh: اﷲ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا – فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

c.       Mad Shilah Thawilah, yaitu apabila terdapat ha’ dhamir bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Panjangnya 4 atau 5 harakat.

Contoh: أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ – يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

2.  Mad Far’i yang bertemu dengan Sukun atau Tasydid ada 5 macam:

a.       Mad Farqi, yaitu mad badal sesudahnya berupa huruf yang bertasydid. Panjang 6 harakat. Mad ini hanya terjadi pada 2 kalimat dan terdapat di dalam tiga surat, yakni surat Al-An’am : 143-144, Yunus : 59 dan An-Naml : 59.

Lafazhnya: قُلْ ء الذَّكَرَيْنِ – ء اﷲ خَيْرٌ

b.      Mad Lazim Kilmiy Mutsaqqal, yaitu apabila huruf atau bacaan mad sesudahnya berupa huruf yang bertasydid. Panjangnya 6 harakat.

Contoh: مِنْ دَابَّةٍ – حَـاجَّ – تَحَـاضُّوْنَ

c.       Mad Lazim Kilmiy Mukhaffaf, yaitu mad badal sesudahnya terdapat huruf sukun. Panjangnya 6 harakat, dan mad ini hanya terdapat pada surat Yunus: 51 dan 91. Contoh: ءالـٰنَ وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ

d.      Mad Lazim Harfiy Mutsaqqal, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat di sebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya, dibaca panjang 6 harakat dan diidghamkan. Contoh: الـم = أَلِفْ لاَمْ مِيْم – طسم = طاَ سِيْن مِيْم

e.       Mad Lazim Harfiy Mukhaffaf, yaitu mad yang terjadi pada huruf Muqaththa’ah yang terdapat disebagian beberapa awal surat. Cara membaca huruf tersebut sesuai dengan nama hurufnya, dibaca panjang 6 harakat, tetapi tanpa diidghamkan. Contoh: ق = قَافْ – عسق = عَيْنْ سِيْنْ قَافْ

3.  Mad Far’i karena waqaf, ada 2 macam:

a.       Mad ‘Aridh Lissukun, yaitu apabila mad thabi’i jatuh sebelum huruf yang diwaqafkan. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.

Contoh: إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ – الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

b.      Mad Liin, yaitu apabila berhenti pada suatu huruf sebelumnya berupa waw sukun atau ya’ sukun yang didahului oleh huruf berharakat fat-hah. Panjangnya boleh 2, 4 atau 6 harakat.

Contoh: خَوْف – الصَّيْف – البَيْت – عَلَيْهِ – مَثَلُ السَّوْءِ

 

6. AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ

Tafkhim berarti menebalkan suara huruf, sedangkan Tarqiq adalah menipiskannya. Tafkhim dan Tarqiq terdapat pada 3 hal :

a.       Lafazh Jalalah, yaitu lafazh Allah. Al Jalalah maknanya adalah kebesaran atau keagungan. Cara membacanya ada dua macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.

1)      Lafazh Jalalah dibaca tafkhim apabila keadaannya sebagai berikut:

Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab). Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

2)      Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.  Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

3)      Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah. Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ

4)      Sedangkan dibaca Tarqiq apabila sebelum lafazh Jalalah huruf berharakat kasroh. Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

b.      Huruf-huruf Isti’la ( خ – ص – ض – غ – ط – ق – ظ )

Semua huruf isti’la harus dibaca tafkhim, dengan dua tingkatan. Pertama, tingkatan tafkhim yang kuat, yakni ketika sedang berharakat fat-hah atau dhammah. Kedua, adalah tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya, seluruh huruf istifal (huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam pada lafazh jalalah.

c. Huruf Ra’,

Dibacanya tafkhim apabila:

1)      Ketika berharakat fat-hah.

2)      Ketika berharakat dhammah.

3)      Ra’ sukun sebelumnya berharakat fat-hah.

4)      Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.

5)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat fat-hah.

6)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf berharakat dhamaah.

7)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya alif.

8)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya waw.

9)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati, dan didahului huruf fat-hah atau dhammah.

10)  Ra’ sukun sebelumnya hamzah washal.

11)  Ra’ sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la tidak berharakat kasrah serta berada dalam satu kalimat.

Sedangkan huruf Ra’ dibaca tarqiq apabila keadaannya sebagai berikut:

1)      Ra’ berharakat kasrah.

2)      Ra’ sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’-

3)      la, atau bertemu huruf isti’la namun dalam kata yang terpisah.

4)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah atau ya’ sukun.

5)      Ra’ sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf isti’la dan sebelumnya di dahului oleh kasrah.

Kemudian Ra’ yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:

1)      Ra’ sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya huruf isti’la berharakat kasrah.

2)      Ra’ sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la sukun yang diawali dengan huruf berharakat kasrah.

3)      Ra’ sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’ terbuang.

7. IDGHAM

Idgham artinya memasukkan atau melebur huruf. Idgham dibagi 3 yaitu:

1)      Idgham Mutamatsilain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya.

Contoh: اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَر – وَقَد دَّخَلُوْا – يُدْرِكـكُّمُ الْمَوْتُ

2)      Idgham Mutajanisain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang sama makhrajnya, namun sifatnya berlainan. Yaitu pada makhraj huruf: (ط-د-ت) – (ظ-ذ-ث) – (م-ب)

Contoh: قَـد تَّبَيَّـنَ dibaca langsung masuk ke huruf ta’, ارْكَب مَّعَنَـا dibaca langsung masuk ke huruf mim

3)      Idgham Mutaqaribain, yaitu apabila berhadapannya dua huruf yang ham-pir sama makhraj dan sifatnya. Yaitu pada huruf ق – ك dan ل – ر .

Contoh: أَلَمْ نَخْلُقـّكُمْ dibaca tanpa meng-qalqalah-kan qaf, وَقُل رَّبِّ dibaca tanpa menampakkan lam

8. TANDA-TANDA WAQAF (BERHENTI)

1)      م yaitu tanda waqaf yang menunjukkan penekanan untuk berhenti.

2)      لا yaitu tanda waqaf yang menunjukkan dilarang berhenti secara total (tidak melanjutkan membaca lagi), jika sekedar mengambil nafas dibolehkan.

3)      صلى yaitu tanda waqaf boleh berhenti, namun washal lebih utama.

4)      ج yaitu tanda waqaf yang menunjukkan waqaf atau washal sama saja.

5)      قلى yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih baik berhenti.

6)      yaitu tanda waqaf agar berhenti pada salah satu kata.

9. ISTILAH-ISTILAH DALAM AL-QUR’AN

1)      Sajdah. Pada ayat-ayat sajdah disunahkan melakukan sujud tilawah. Sujud ini dilakukan di dalam atau diluar shalat, disunahkan pula bagi yang membaca dan yang mendengarkannya. Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau tidaknya tergantung pada imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan begitu pula sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50, 17:109, 19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62, 84:21, 96:19.

2)      Saktah ( س ) yaitu berhenti sejenak tanpa bernafas. Ada didalam surat: 18:1-2, 36:52, 75:27, 83:14. Contoh: كَلاَّ بَلْ رَانَ

3)      Isymam, yaitu menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat bibir. Isymam hanya ada di surat Yusuf ayat 11, pada lafazh لاَ تَأْمَنَّا

4)      Imalah, artinya pembacaan fat-hah yang miring ke kasrah. Imalah ada di dalam surat Hud ayat 41, pada lafazh بِسْمِ اللهِ مَجْرَهَا dibaca “MAJREHA”.

5)      Tas-hil, artinya membaca hamzah yang kedua dengan suara yang ringan atau samar. Tas-hil dibaca dengan suara antara hamzah dan alif. Terdapat di dalam surat Fushshilat ayat 44, pada lafazh أَأَعْجَمْيٌّ hamzah yang kedua terdengar seperti ha’.

6)      Nun Al-Wiqayah, yaitu nun yang harus dibaca kasrah ketika tanwin bertemu hamzah washal, agar tanwin tetap terjaga.

7)      Contoh: نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ

8)      Ash-Shifrul Mustadir, yaitu berupa tanda (O) di atas huruf mad yang menunjukkan bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika washal maupun waqaf (bentuknya bulatan sempurna, dan biasanya terdapat di mushaf-mushaf timur tengah).

9)      Contoh: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ

10)  Ash-Shifrul Mustathilul Qa’im, yaitu berupa bulatan lonjong tegak (0) biasanya diletakkan di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika washal, namun dibaca panjang ketika waqaf.

11)  Contoh: أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ

12)  Naql, yaitu memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya.

13)  Contoh: ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ

Hukum Tajwid dalam

1.       Surat Al-Falaq


Keterangan Nomor

1. Mad  Thabi'i

8. Mad Thabi'i

15. Qalqalah Kubra

2. Al Qamariyah

9. Idhar Haqiqi

16. Ikhfa Haqiqi

3. Qalqalah Kubra

10. Mad Thabi'i

17. Mad Thabi'i

4. Ikhfa haqiqi

11. Qalaqalah Kubra

18. Idhar Halqi

5. Mad Thabi'i

12. Ikhfa Haqiqi

19. Mad Thabi'i

6. Qalqalah Kubra

13. Al- Syamsyiyah

20. Qalqalah Kubra

7. Ikhfa Haqiqi

14. Al- Qamariyah

 

 

2.       Surat Al-Fiil


Keterangan nomor:

 

1. Idhar syawawi

10. Mad ‘aridl lissukun

19. Mad Thabi'i

2. Mad Layyin

11. Mad layyin

20. Idgham Bighunnah

3. Mad thobi’i

12. Idhar syafawi

21. Ikhfa Haqiqi

4. Alif lam qomariyah

13. Mad layyin

22. Mad 'Arid lissukun

5. Mad ‘aridl lissukun

14. Idhar halqi

23. Idhar syafawi

6. Idhar syafawi

15. Mad Thabi'i

24.  Idgham bighunna

7. Qolqolah sughra

16. Mad 'Arid Lissukun

25. Mad 'aaridl lissukun

8. Mad layyin

17. Mad Thabi'i

9. Idhar syafawi

18. Ikhfa Syafawi

 3.       Surat At-Tiin


Keterangan nomor

1

Al- Syamsyiah

22

Qolqolah Sughra

2

Mad Thabi'i

23

Mad Thabi'i

3

Al- Syamsyiah

24

Mad Thabi'i

4

Mad Layyin

25

Mad 'Aridl lissukun

5

Mad 'Aridl lissukun

26

Al-Qamariyah

6

Mad Thabi'i

27

Mad Thabi'i

7

Mad Thabi'i

28

Mad Thabi'i

8

Mad 'Aridl lissukun

29

Al- Syamsyiah

9

Mad Thabi'i

30

Al- Syamsyiah

10

Al-Qamariyah

31

Idhar syafawi

11

Al-Qamariyah

32

Idhar halqi

12

Mad 'Aridl lissukun

33

Idhar syafawi

13

Qolqolah Sughra

34

Mad 'Aridl lissukun

14

Qolqolah Sughra

35

Mad Thabi'i

15

Al-Qamariyah

36

Al- Syamsyiah

16

Ikhfa Haqiqi

37

Mad 'Aridl lissukun

17

Mad Thabi'i

38

Mad Layyin

18

Mad Jaaiz Munfashil

39

Tafhim

19

Qolqolah Sughra

40

Al-Qamariyah

20

Mad 'Aridl lissukun

41

Mad Thabi'i

21

Ghunnah Musyaddadah

42

Mad 'Aridl lissukun

 Surat Al-Ma’un


Keterangan Nomor

1

Mad Layyin

13

Mad Thobi'i

25

Mad Thobi'i

2

Al-Syamsyiyah

14

Al-Qamariyah

26

Mad 'Aridl Lissukun

3

Mad Thobi'i

15

Mad 'Aridl Lissukun

27

Al-Syamsyiyah

4

Al-Syamsyiyah

16

Mad Layyin

28

Mad Layyin

5

Mad 'Aridl Lissukun

17

Idgham Bilaa Ghunnah

29

Idhar Syafawi

6

Mad Thobi'i

18

Al-Qamariyah

30

Mad Wajib Mutashil

7

Al-Syamsyiyah

19

Mad 'Aridl Lissukun

31

Mad 'Aridl Lissukun

8

Mad Thobi'i

20

Al-Syamsyiyah

32

Idhar Syafawi

9

Al-Qamariyah

21

Mad Thobi'i

33

Mad Thobi'i

10

Mad 'Aridl Lissukun

22

Idhar Syafawi

34

Al-Qamariyah

11

Mad Thobi'i

23

Ikhfa Haqiqi

35

Mad Thobi'i

12

Mad Thobi'i

24

Mad Thobi'i

36

Mad 'Aridl Lissukun

 Aspek Aqidah

1.      Mengenal Allah melalui al-Asmā’u al-Husnā

 Sudah menjadi kebiasaan, apabila kita ingin mengenal sesuatu, misalnya mengenali orang, hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya, yang pertama ditanyakan adalah namanya. Melalui nama itu kita mengenal sesuatu. Demikian juga halnya Tuhan. Siapakah Tuhan? Agama Islam menyebutnya Allah Swt. Untuk mengenal lebih jauh, siapa Allah Swt., jawabannya, ada pada al-Asmā’u al-Husnā. Oleh karena itu, Allah Swt. mewahyukan nama-Nya kepada manusia melalui kitab suci al-Qur’ān. Di sana disebutkan nama-nama Allah Swt. sebanyak 99 nama atau disebut dengan al-Asmā’u al-Husnā yaitu nama-nama yang baik dan indah.

Untuk bisa mengenal sesuatu biasanya melalui namanya. Demikian juga mengenal Allah. Allah Swt. memiliki nama-nama yang baik atau dikenal dengan al-Asmā’u al-Husnā. Nama Allah banyak, tetapi yang diperkenalkan oleh Allah kepada manusia hanya 99 nama melalui perantara wahyu, yaitu al-Qur’ān Kita akan mempelajari tiga di antaranya, yaitu sebagai berikut:

a.      Al-Baṣir

Semua perbuatan baik atau buruk, pasti dilihat oleh Allah dengan sifat al-Basir-Nya. Al-Basir berarti Allah  Maha Melihat. Allah Swt. mampu melihat apa saja, sampai hal sekecil-kecilnya. Tidak ada yang luput sedikit  pun dari pandangan-Nya.

b.      Al-‘Adl

Al-‘Adl berarti Allah Yang Mahaadil. Allah Swt. menempatkan semua manusia sama di hadapanNya. Tidak ada yang   ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau jabatannya. Allah Swt. memuliakan seseorang hanya karena ketakwaannya. Takwa artinya mengerjakan yang diperintahkan Allah, dan menjauhi yang dilarang-Nya

Artinya:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

 

Artinya:

 

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. “(Q.S al-Hujurat/49:13)

c.       Al-‘Azim

Manusia pasti membutuhkan orang lain, sedangkan Allah tidak membutuhkan makhluk lain. Oleh karena itu, Allah disebut al-‘Azim. Al- ‘Azim artinya Allah Maha Agung. Hanya Allah Yang Maha Agung yang tidak membutuhkan pertolongan. Dia yang memenuhi semua kebutuhan makhluk-Nya. Manusia membutuhkan pertolongan-Nya dan membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia tidak bisa hidup sendirian. Dengan memahami sifat Allah, al-‘Azim, maka kita akan selalu mengagungkan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

d.      Al-Mumit

Mengandung arti Yang Maha Mematikan. Allah Swt. telah berfirman: “Setiap yang bernyawa pasti mati”. Oleh karena itu, kematian tidak dapat dihindari manusia. Kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti, akan tetapi kematian adalah tangga menuju kebahagiaan abadi.

Bila  kita ingin bahagia maka kita ikuti perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya. Misalnya, rajin salat, rajin membaca al-Qur’ān, rajin belajar, serta patuh dan hormat kepada orangtua dan guru. Kemudian jauhi yang dilarang oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya. Misalnya mencuri, berkelahi dan menyakiti orang lain. Selain itu, biasakan berdoa kepada Allah Swt.: “Yā Allah Yā Mumit, wahai Tuhan Yang Maha Mematikan, matikanlah kami nanti dalam keadaan husnul Khātimah”

e.       Al -Hayyu

Mengandung arti bahwa Allah Swt. hidup kekal selamanya, dan Yang Memberi Hidup makhluk-Nya.  Hidup atau mati ada di dalam kekuasaan Allah Swt. Contoh, berapa banyak orang yang sedang mengalami sakit berat, tapi Allah masih berkehendak memberikan kesempatan untuk hidup. Sebaliknya, sering kita melihat orang tidak sakit, kondisi dalam keadaan sehat wal’afiat, tiba-tiba saja terdengar sudah meninggal dunia. Penyebabnya bermacam-macam, ada yang sakit jantung, terjatuh, tabrakan atau tertabrak, tenggelam, tertembak, dan sebagainya.

Berdo’alah kepada Allah Swt.: “Ya Allah Ya Hayyu, wahai Tuhan Yang Maha Hidup, Hidupilah kami dalam keselamatan dan kemanfaatan”. Al-Hayyu (Yang Maha Hidup), mengandung arti bahwa yang memberi hidup (nyawa) dan rezeki adalah Allah Swt. Oleh karena itu, hidup atau mati ada di dalam kekuasaan Allah Swt.. Bagaimana sikap dan perilaku kita dalam hidup atau kehidupan? Tugas manusia adalah memelihara kehidupan dan mencari rezeki yang sudah disediakan oleh Allah Swt. seperti memelihara diri sendiri, yaitu dengan cara makan dan minum secara teratur, jangan berlebihan, dan selalu memelihara kebersihan agar tetap sehat. Sedangkan perilaku membantu kelangsungan hidup orang lain, misalnya bersedekah dengan cara memberi makan, minum, dan membantu kesehatan orang lain yang membutuhkannya

f.        Al-Qayyūm

(Yang Maha Berdiri/Mandiri), mengandung arti Allah Swt. itu berdiri sendiri untuk selama-lamanya. Allah Swt. memberikan pendidikan kepada manusia supaya hidup tidak selalu bergantung kepada orang lain. Al-Qayyūm (Yang Maha Berdiri/Mandiri), mengandung arti Allah Swt. itu berdiri sendiri untuk selama-lamanya. Allah Swt. memberikan pendidikan kepada manusia supaya hidup tidak selalu bergantung kepada orang lain. Hidup harus punya semangat mandiri dalam segala situasi dan kondisi.

Pada zaman dahulu ada pepatah yang menyatakan: “Berdiri di atas kaki sendiri (Berdikari)”. Bagi siswa kelas 5, bila di rumah harus sudah dapat melakukan sendiri hal-hal tertentu. Misalnya, merapikan tempat tidur, menyiapkan peralatan sekolah, mencari sendiri pakaian sekolah, mengambil sendiri sarapan/makanan untuk berangkat sekolah, dan sebagainya. Berdo’alah kepada Allah Swt: “Yā Allah Yā Qayyūm, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri Sendiri/Mandiri, jadikanlah hidup kami tidak selalu bergantung kepada orang lain”

g.      Al-Ahad

(Yang Maha Esa), mengandung arti Allah Swt. itu Esa. Perhatikan al-Qur’ān surat al-Ikhlas berikut ini: artinya: “katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa”. Disebut pula dengan “al-Wahid” artinya Yang Maha Tunggal atau Maha Esa, tak ada sekutu bagi-Nya. Al-Ahad (Yang Maha Esa), mengandung arti Allah Swt. itu Esa. Yang Maha Tunggal atau Esa, yang tetap menyendiri dan tak ada sekutu bagi-Nya. Allah Swt. mandiri tidak membutuhkan yang lainnya. Sifat ini memberi pelajaran kepada kita agar selalu mandiri tidak selalu bergantung kepada orang lain. Misalnya mandi, makan, berpakaian, mengerjakan PR, menyusun dan merapikan buku pelajaran di rumah dan sekolah. Kemudian berdoa sendiri: ”Yā Allah, Engkaulah Tuhan satu-satunya, tiada sekutu bagi-Mu. Engkau tempat meminta. Jadikanlah aku dapat hidup mandiri”.

 

 2.      Menginterpretasikan iman kepada qada dan qadar

A.    Qadla

a.       Qadla ' adalah keputusan atau ketetapan terhadap suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. bagi makhluk-Nya. Qadla dan qadar tidak dapat diubah dan tidak dapat ditunda atau dimundurkan. Dalam Q.S. al-Hadid/57:22, Allah Swt. menjelaskan berikut ini.

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢

Artinya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. al-Hadid/57:22)

 

b.      Contoh-Contoh Qadla '

1)      Qadla ' adalah sesuatu kejadian yang tidak dapat diubah atau tidak dapat ditunda. Contoh-contoh qadla antara lain sebagai berikut.

2)      Matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat.

3)      Kematian pasti datang.

4)      Bumi serta planet-planet lainnya berputar sesuai porosnya.

 

c.       Hikmah Beriman kepada Qadla ' Seseorang yang beriman kepada qadla  akan bersikap dan berperilaku, antara lain sebagai berikut.

a.       Datang ke sekolah atau kegiatan lainnya tepat waktu.

b.      Memanfaatkan waktu untuk belajar dan hal lain yang positif.

c.       Menerima berapa pun uang jajan yang diberikan orang tua.

d.      Tidak bersikap sombong di rumah, di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

e.       Berhati-hati jika berada di tempat keramaian atau di jalan raya yang padat kendaraan.

f.        Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya.

g.      Santun dan rendah hati dalam bersikap di mana pun ia berada.

 

B.     Qadar

a.       Qadar atau takdir adalah segala ketentuan Allah Swt. yang telah berlaku terhadap semua makhluk-Nya. Namun, qadar dapat diubah dengan usaha manusia atau ikhtiar. Ikhtiar artinya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.Sesuatu itu terjadi atau tidak terjadi pasti ada sebabnya. Kita bekerja keras sehingga berhasil dan sukses. Keberhasilan usaha bergantung pada gigih atau tidaknya usaha kita. Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan kehati-hatian pada banyak faktor. Misalnya, Allah Swt. memberikan modal kecerdasan kepada kita .Hendaknya modal itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan diri sendiri mengejar cita-cita. Kesuksesan tidak datang sendiri, tetapi diusahakan dengan sungguh-sungguh. Artinya, kita ingin menjadi anak pintar harus ikhtiar atau belajar dengan giat. Seperti firman Allah Swt. di dalam Q.S. ar-Ra’d/13:11 berikut.

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ١١

Artinya:”  Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. ar-Ra’d/13:11)

 

Setiap manusia wajib berusaha agar dapat mengubah nasibnya. Kita tidak boleh menyerah pada kesulitan-kesulitan sebelum berusaha. Kita diwajibkan berusaha. Segala sesuatu yang kita peroleh tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan. Misalnya, kita melihat sahabat menjadi juara kelas atau juara lomba matematika  atau juara membaca al- Qur'an, hal itu diperoleh dengan belajar keras, perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh.

 

b.      Contoh-Contoh Qadar

Berikut contoh-contoh qadar.

1)      Menjadi pintar dan menjadi juara kelas karena belajar dan berdoa.

2)      Menjadi juara lomba pidato atau juara lomba cerdas cermat karena gigih berlatih.

3)      Menjadi anak yang disenangi dalam pergaulan karena ramah dan suka menyapa kepada siapa saja.

4)      Menjadi anak yang pandai membaca alQur'an dan menjadi qari/qariah terbaik di sekolah atau sampai ke tingkat provinsi harus usaha yang gigih.

 

c.       Hikmah Beriman kepada Qadar

Setelah memahami makna dan tahu contohcontoh qadar, kamu bertambah yakin tentang karunia yang diberikan Allah Swt.. Untuk itu, marilah kita simak hikmah qadar berikut ini. Seseorang yang beriman kepada qadar akan bersikap dan berperilaku, antara lain sebagai berikut.

1)      Menyadari bahwa semua cita-cita yang diinginkan harus diusahakan.

2)      Memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi tugas. Misalnya mengerjakan PR sendiri.

3)      Giat dan disiplin dalam belajar. Misalnya,sebelum berangkat tidur, harus belajar terlebih dahulu

 

3.      Beriman kepada Malaikat Allah

a.       Berikut ini adalah beberapa makna beriman kepada malaikat Allah:

1)      Meyakini bahwa malaikat itu ada meskipun tidak bisa dilihat.

2)      Meyakini bahwa malaikat itu makhluk ciptaan Allah dan tidak boleh disembah.

3)      Meyakini bahwa malaikat memiliki sifat-sifat khusus, seperti selalu patuh kepada perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya (nur); tidak makan dan tidak minum, dan memiliki tugas-tugas tertentu.

b.      Berikut ini adalah nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya yang harus diketahui oleh setiap muslim.

1)      Jibril, adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu.

2)      Mikail, adalah malaikat yang bertugas menyampaikan rezeki.

3)      Raqib, adalah malaikat yang bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan baik manusia.

4)      'Atid, adalah malaikat yang bertugas mengawasi dan mencatat amal perbuatan buruk manusia.

5)      Ridwan, adalah malaikat yang bertugas menjaga pintu surga.

6)      Malik, adalah malaikat yang bertugas menjaga pintu neraka.

7)      Izrail, adalah malaikat yang bertugas mencabut nyawa.

8)      Munkar dan Nakir, adalah malaikat yang bertugas memberikan pertanyaan di alam kubur.

9)      Israfil, adalah malaikat yang bertugas meniup sangkakala jika hari kiamat telah tiba.

 

c.       Menerima Keberadaan Malaikat Allah ..

Berikut ini adalah cara agar kita dapat menerima keberadaan malaikat Allah:

1)      Keyakinan yang pasti bahwa setiap saat kita takut dan ingat kepada Allah karena ada malaikat yang mencatat perbuatan kita dan Allah akan memberikan balasannya;

2)      Banyak mengingat kematian;

3)      Gemar mengerjakan perbuatan yang pelakunya didoa'kan para malaikat Allah; misalnya menuntut ilmu, mengunjungi para saudara dan sahabat, tidur dalam keadaan suci, dan memilih barisan paling depan dalam salat berjamaah.

 

d.      Perilaku yang Mencerminkan Keimanan kepada Malaikat Allah

1)      Suka bersedekah (peduli untuk menolong sesama). Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada satu hari pun, pada saat para hamba bangun di waktu pagi, kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berkata, Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak. Yang lain mengatakan, Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang kikir.” (HR. Imam Bukh±r³ dan Muslim)

2)      Gemar menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan laranganlarangan-Nya. Misalnya, berbakti kepada orang tua, menghormati guru, dan menghargai kepada sesama. Selain itu mengunjungi orang yang sakit dan mendoakannya, mengunjungi saudara atau tetangga, dan sebagainya. Semua amal perbuatan kita akan dicatat oleh Malaikat Raqib dan Atid. Sebagaimana Allah berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨

Artinya: “Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). “

 

4.      Mengenal Kitab-kitab Allah Swt.

1.      Perintah Beriman kepada Kitab-Kitab Allah Swt.

Bacalah al-Qur’ān surat an-Nisā’/4: 136 berikut dengan cermat:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١٣٦

Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. an-Nisā’/4: 136)

 

Allah Swt. menyuruh manusia beriman kepada kitab al-Qur’ān dan kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya. Jika tidak beriman kepada kitab-kitab itu, maka orang itu tergolong orang yang sesat.

2.      Bagaimana cara beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. itu?

Caranya, dengan meyakini bahwa Allah Swt. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya melalui Malaikat Jibril. Kitab-kitab tersebut harus dijadikan pedoman hidup untuk menuntun dan mengatur cara kita bersikap dan berperilaku, guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

 

3.      Nama-Nama Kitab Allah Swt.

Allah telah menurunkan empat kitab suci serta beberapa suhuf yang diberikan kepada nabi dan rasul yang berbeda jaman dan umatnya. Semua kitab suci dan suhuf tersebut diturunkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul untuk dijadikan sumber kebenaran dan petunjuk untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kitab suci tersebut adalah sebagaimana dijelaskan berikut ini.

1)      Kitab Taurat

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. kurang lebih pada abad 12 SM (sebelum masehi) di daerah Israil dan Mesir. Kitab Taurat menggunakan bahasa Ibrani.

2)      Kitab Zabur

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dāūd a.s. Ketika beliau menduduki tahta sebagai raja Bani Israil pada abad 10 SM di tanah Kanaan.

3)      Kitab Injil

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi ³sā a.s. pada sekitar abad 1 Masehi di daerah Yerussalem. Dalam bahasa Yunani Injil berarti kabar selamat, pelajaran yang baru atau kabar gembira.

4)      Kitab al-Qur’ān

Kitab al-Qur’ān mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. pada abad 6 Masehi di Mekah. Peristiwa turunnya ayat al-Qur’ān atau dikenal dengan Nuzulul Quran, terjadi pertama kali ketika Nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira, Mekah. Turunnya alQur’ān menandai awal diangkatnya Muhammad saw. sebagai Rasulullah (utusan Allah Swt.). Usia beliau saat itu genap 40 tahun. Al-Qur’ān terdiri dari 114 surat, terbagi dalam 30 juz dan 6236 ayat. Al-Qur’ān diwahyukan selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Al-Qur’ān menyempurnakan seluruh hukum-hukum Allah Swt. yang terdapat dalam kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Ia diturunkan untuk seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi semesta alam atau disebut juga Rahmatan lil‘Ālam³n.

 

4.      Kitab Allah Swt. Membawa Ajaran Terpuji

Kitab Allah Swt. adalah petunjuk dalam kehidupan. Petunjuk kepada manusia untuk berperilaku. Misalnya berperilaku kepada Allah Swt., berperilaku kepada sesama manusia, berperilaku kepada hewan, tumbuhan, dan alam semesta. Bahkan berperilaku untuk diri sendiri, misalnya selalu bersih, makan-minum dengan teratur, dan tidak boleh menyiksa diri.

1)      Ajaran terpuji kepada Sang Pencipta Allah Swt.

2)      Ajaran terpuji kepada sesama manusia.

3)      Ajaran terpuji kepada hewan, dan tumbuhan.

4)      Ajaran terpuji kepada diri sendiri.

 

5.      Hari Qiyamat  ( Ketika Bumi Berhenti Berputar)

a.      Pengertian Hari Akhir

Hari kiamat adalah peristiwa hancurnya alam semesta beserta isinya. Alam semesta hancur luluh dan semua makhluk di dalamnya mati. Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet sangkakala oleh Malaikat Israfil atas perintah dari Allah Swt.. Hari Kiamat tidak diketahui kapan terjadi. Hanya Allah Swt. saja yang mengetahui kapan peristiwa hari Kiamat terjadi. Namun, kita harus percaya Hari Kiamat akan datang. Percaya kepada Hari Kiamat adalah rukun iman yang kelima.

Pada hari Akhir, seluruh manusia meninggal dunia, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang hidup. Manusia akan dibangkitkan kembali untuk kemudian dikumpulkan di Padang Mahsyar. Di Padang Mahsyar, seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya selama hidup di dunia.

Tiap manusia harus mempertanggungjawabkan tiap amal perbuatan yang dilakukannya ketika hidup di dunia. Di Padang Mahsyar, manusia memikirkan dirinya masing-masing, hukuman atau hadiah yang akan diterimanya atas amal perbuatan selama di dunia. Apakah ia menerima buku amal perbuatan yang menyenangkan atau menyedihkan. Apakah amalan kebaikan lebih berat daripada amalan keburukan, atau sebaliknya. Jika amalan kebaikan lebih banyak, sorga telah menantinya. Jika amalan keburukan lebih banyak, neraka telah menantinya. Peristiwa Hari Akhir telah disebutkan di dalam Q.S. al-Qāri’ah/101: 1 – 11, yaitu:

1.  Al-Qāri‘ah (hari Kiamat yang menggetarkan).

اَلْقَارِعَةُۙ ١

2.  Apakah al-Qāri‘ah itu?

مَا الْقَارِعَةُ ۚ ٢

3.  Tahukah kamu apakah al-Qāri‘ah itu?

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ ٣

4.  Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan

يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِۙ ٤

5. dan gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan.

وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ ٥

6.  Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya,

فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ ٦

7.  dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan.

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ ٧

8.  Adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya,

وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ ٨

9.  tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah.

فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ۗ ٩

10.  Tahukah kamu apakah (neraka Hawiyah) itu?

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ ١٠

11.  (Ia adalah) api yang sangat panas.

نَارٌ حَامِيَةٌ ࣖ ١١

 

Pernahkah kalian terkena bara api? Tentu saja api yang ada di dunia ini panas sehingga bila kulit kita terkena bara api, akan panas atau melepuh. Juga awan panas yang dimuntahkan gunung api dapat membakar apa saja yang dilaluinya, termasuk tubuh manusia. Apalagi api neraka yang bernama ¦±wiyah, tentunya sangat dahsyat panasnya. Ada dua macam kiamat yang kita pelajari, yaitu Kiamat Sugrā (kiamat kecil) dan Kiamat Kubrā (kiamat besar)

 

b.      Macam-Macam Hari Akhir

1.      Kiamat Sugrā (Kiamat Kecil)

Kiamat Sugra ialah hancurnya alam di sekitar kita; misalnya gunung meletus, gempa bumi, tsunami, air bah atau banjir bandang. Kiamat kecil dapat terjadi di mana saja di atas bumi ini. Kiamat kecil dapat menimpa siapa saja dan di mana saja, seperti kematian seseorang. Kiamat Sugrā (kiamat kecil) bisa saja terjadi karena ulah manusia sendiri. Misalnya, berkendaraan tidak hati-hati sehingga kecelakaan, membakar hutan dan menebang pohon-pohon yang tidak terkendali sehingga gunung menjadi gundul, tanah longsor serta membuang sampah di sungai sehingga mengakibatkan banjir.

 

2.      Kiamat Kubrā (Kiamat Besar)

Kiamat Kubrā (kiamat besar) adalah hancurnya alam semesta beserta isinya. Seperti matahari, bumi dan planet-planet lainnya sudah tidak berjalan pada porosnya sehingga saling bertabrakan. Bumi berguncang dahsyat dan tidak ada satu makhluk pun di muka bumi ini yang hidup.

 

Allah Swt. menjelaskan di dalam Q.S. al-Zalzalah/99:1-2, yaitu:

1.  Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,

اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَاۙ ١

2.  bumi mengeluarkan isi perutnya,

وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ ٢

 

Kelak di Hari Akhir setelah alam semesta dihancurkan, manusia dibangkitkan Kembali dari alam kuburnya. Kiamat Kubrā lebih dahsyat dan tak ada seorang pun yang tahu kapan akan terjadi. Bahkan, Nabi Muhammad saw. pun tidak diberi tahu oleh Allah Swt.  Hanya Allah Swt. yang tahu.

 

3.      Tanda-Tanda Hari Akhir

Tidak ada seorang pun yang tahu kapan Hari Kiamat datang. Namun, Allah Swt. memberitahukan tanda-tanda hari Kiamat makin dekat melalui firman-firman-Nya dalam al-Qur’ān. Di antara tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut.

a.       Banyak ulama Muslim yang wafat.

b.      Ilmu agama dianggap tidak penting.

c.       Maksiat makin terang-terangan dan kejahatan di muka bumi makin merajalela.

d.      Banyak laki-laki yang perilakunya menyerupai perempuan, atau sebaliknya perempuan berperilaku seperti laki-laki.

e.       Banyak peperangan dan kerusuhan di muka bumi ini.

f.        Minuman keras dan barang terlarang (seperti narkoba) bebas beredar sehingga menimbulkan tindakan kriminalitas yang merajalela.

g.      Munculnya orang-orang yang mengaku sebagai nabi/rasul.

 

4.      Hikmah Memercayai Hari Akhir

Setelah kita mengetahui makna dan tanda-tanda Hari Kiamat serta meyakininya, ada hikmah yang dapat kita gali, antara lain sebagai berikut.

a.       Kita bertambah yakin dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.

b.      Kita bertambah semangat mengerjakan amal kebaikan.

c.       Kita menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. seperti: berkelahi, menggunakan obat terlarang/narkoba, minum minuman keras, mencuri, memfitnah dan, sebagainya.

d.      Bersikap jujur, disiplin, dan bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan.

e.       Selalu waspada dan menjaga lingkungan sekitar rumah atau sekolah.

f.        Tidak menunda-nunda melakukan amal kebaikan, seperti melakukan salat lima waktu, mengerjakan PR.

 

Aspek Akhlaq

 

1.      Hormat dan Patuh kepada Orang tua, Guru, dan Anggota Keluarga

a.       Pengertian Hormat dan Patuh kepada Orang tua, Guru, dan Anggota Keluarga

Orang tua yang memelihari dan membesarkan kita. Guru yang mengajar kita memabaca dan menulis. Sudah sepantasnya kita menghormati dan mematuhi nasihat guru. Allah Swt. telah mengingatkan di dalam al-Quran Q.S. An-Nisā'/4:36 yaitu:

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ٣٦

Artinya: “ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisā'/4:36)

 

Nabi Muhammad saw. pun mendukung untuk berbuat baik kepada orang tua yaitu:

”Barangsiapa yang berbuat baik kepada orang tuanya akan menjadilah ia sebagai orang yang paling baik dan akan dipanjangkan umurnya.” (HR. al-Bukhari)

 

Ayat di atas menganjurkan umat manusia untuk berbuat baik kepada orang tua, sesama anggota keluarga (kerabat), anak yatim, orang miskin dan para tetangga yang dekat atau jauh. Bahkan, hadis Nabi Muhammad saw. menjelaskan, bahwa anak yang berbuat baik kepada ayah bundanya akan dipanjangkan umurnya.

b.      Contoh Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

1)      Memberi salam, minta izin dan mencium tangan orang tua ketika akan berangkat ke sekolah.

2)      Mendoakan orang tua setelah salat.

3)      Perintah orang tua untuk belajar sungguh-sungguh, tidak banyak menonton TV, banyak bermain harus dituruti.

4)      Minta izin terlebih dulu jika ingin bermain ke rumah teman.

5)      Perintah orang tua untuk mengerjakan salat dan bangun pagi hendaknya dituruti, dan sebaginya.

c.       Contoh hormat dan patuh kepada guru

1)      Ketika bertemu guru, memberi salam kepada guru lalu mencium tangannya.

2)      Mendengarkan penjelasan guru di kelas.

3)      Saat belajar, tidak banyak bercanda di dalam kelas.

4)      Tugas-tugas dari guru dikerjakan tepat waktu.

5)      Nasihat untuk kemajuan siswa/i harus dipatuhi.

6)      Larangan guru agar tidak mencorat-coret dinding kelas, tidak berkelahi dengan teman, atau mengganggu teman di kelas hendaknya dipatuhi.

d.      Contoh hormat dan patuh kepada sesama keluarga

1)      Jika bertemu saudara/famili yang lebih tua, seperti nenek/kakek, paman/bibi atau kakak, hendaknya memberi salam dan mencium tangannya.

2)      Mematuhi setiap nasihat kebaikan dari anggota keluarga yang lebih tua.

3)      Terhadap adik yang lebih muda hendaknya disayangi.

4)      Tidak menghidupkan radio atau TV keras-keras di saat ada anggota keluarga (adik atau kakak atau nenek yang sakit).

 

2.      Bersikap Toleran

Toleransi tidak mengenal tempat dan waktu. Apalagi di Indonesia yang beragam suku, agama, adat istiadat dan budayanya. Sikap toleran harus diwujudkan di rumah, di sekolah dan masyarakat.

a.       Pengertian Toleran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata toleran adalah kata sifat yang menunjukkan sikap tenggang rasa (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda dengan pendirian sendiri. Adapun toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerja sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda, baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama.

b.      Contoh Toleran

Setelah kamu memahami makna toleran, cermati contoh-contoh sikap toleran berikut ini.

  1. Kita menghormati pendapat teman yang berbeda dengan pendapat kita.
  2. Kita tidak membuat kegaduhan di masjid saat orang-orang sedang melaksanakan ibadah salat.
  3. Kita tidak memasang petasan yang memekakkan telinga karena bisa saja di sekitar kita ada bayi atau orang sakit.
  4. Kita tidak membuat keributan di kelas saat guru sedang menjelaskan karena teman-teman lainnya butuh ketenangan untuk belajar.
  5. Kita tidak hidupkan radio, VCD atau televisi keras-keras sehingga mengganggu tetangga.
  6. Kita tidak main gitar atau bedug di saat para tetangga sedang istirahat.
  7. Kita tidak mengejek kawan yang berbeda suku dan agamanya. 

3.      Simpati

a.       Makna simpati

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata simpati berarti: rasa kasih, rasa setuju (kepada), dan rasa suka. Secara umum, kata simpati dapat diartikan sebagai perasaan kebersamaan secara sosial hingga seseorang dapat merasakan perasaan orang lain, (biasanya suatu perasan sedih) dalam dirinya sendiri. Contohnya saat kita mengetahui orang lain mendapat musibah, seperti orang tuanya meninggal dunia, kita dapat merasakan kesedihan yang sama.

b.      Contoh Simpati

  1. Mendengarkan curahan hati teman hingga selesai.
  2. Memosisikan diri kita dalam posisi orang lain yang kesusahan atau gembira.
  3. Jangan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas atau tidak melakukannya.
  4. Beri aksi nyata dengan menanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu. Jika tidak bisa memberikan apa yang diminta, cari alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu.

 

4.      Berbaik Sangka

a.      Arti Berbaik Sangka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”sangka” artinya duga atau taksir. Berbaik sangka adalah menduga yang baik terhadap sesuatu. Seorang siswa harus selalu berbaik sangka atau berpikir positif terhadap orang tua, guru atau teman. Berpikir positif adalah perilaku terpuji. Lawan kata berbaik sangka adalah berburuk sangka atau prasangka. Siswa yang baik akan menghindari prasangka buruk terhadap orang lain.

Allah Swt. di dalam Q.S. al-Hujurat/49:12 berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Hujurat/49:12)

Di dalam Q.S. al-Hujurat/49:12, Allah Swt. sudah mengingatkan kita agar menjauhi prasangka buruk, jangan mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain. Karena apa yang kita sangkakan belum tentu kebenarannya. Di samping itu, diri kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita jelek-jelekkan tersebut.

Ayat tersebut di atas didukung pula oleh hadis Rasulullah saw. berikut ini.


”. . . Hati-hati kalian dari prasangka buruk karena dzan/prasangka buruk itu adalah sedusta-dusta ucapan. Dan janganlah kalian memata-matai.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, kita tidak menjelek-jelekkan teman kita yang ada di sekolah atau di lingkungan rumah. Pikiran kita hendaknya tidak dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang negatif. Sebaliknya, kita berpikir positif, jernih dan mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain

 b.      Contoh Berbaik Sangka

Setelah kita memahami makna berbaik sangka, marilah kita cermati contoh-contoh perilaku berbaik sangka berikut ini.

1)      Tanpa curiga, Ahmad meminjamkan uang jajannya kepada Karim untuk membeli buku.

2)      Kamila menerima peraturan orang tuanya untuk bangun pagi agar bisa salat subuh berjamaah dan membersihkan tempat tidur sendiri.

3)      Karlina menerima aturan orang tuanya untuk mengikuti les privat mengaji di rumah, walaupun ia tidak keluar rumah setelah pulang sekolah.

4)      Herman memahami sahabatnya  Zakaria yang tidak ikut piknik ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) karena ternyata Zakaria harus mengikuti ujian renang

 5.      Hidup Rukun

a.      Makna Hidup Rukun

Makna  hidup rukun? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rukun berarti baik dan damai; tidak bertengkar, hidup rukun artinya hidup damai dan tidak bertengkar.

Hidup rukun sangat dianjurkan oleh agama karena manusia diciptakan oleh Allah Swt. bersuku bangsa yang berbeda yang menyebabkan budayanya pun berbeda. Namun, kita diajarkan untuk saling rukun karena dalam pandangan Allah Swt., hanya orang bertaqwa yang membedakan satu dengan yang lainnya. Seperti  eringatan Allah Swt. di dalam

Q.S. al-Hujurat/49:13 berikut ini:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

Artinya: ”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah Swt. ialah orang yang paling bertakwa.  Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Q.S. al-Hujurat/49:13)

 

Ayat di atas memberitakan, bahwa Allah Swt. menciptakan manusia berpasang-pasangan dan bersuku bangsa. Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang yang paling bertaqwa. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Kita hidup membantu atau dibantu, baik langsung atau tidak langsung. Ketika kita sakit di kelas, teman dan guru kita yang membantu.

Bahkan, ketika kita masih kecil dan belum bisa berjalan, orang yang menggendonggendong kita adalah orang tua, kakak, nenek, atau tetangga kita. Oleh sebab itu, kita harus menghomati mereka semua. Jadi, dalam bergaul dengan teman-teman di sekolah atau di lingkungan, kita harus mendukung dan mengutamakan kerukunan.

 b.      Contoh Hidup Rukun

Contoh--contoh perbuatan yang menyebabkan hidup rukun berikut ini.

1)      Setiap akan berbicara atau melakukan kegiatan, harus diperhitungkan baik dan buruknya.

2)      Menghargai orang lain; orang tua, orang yang lebih tua, kakak-adik, teman yang beragama lain, teman yang berasal dari daerah lain.

3)      Berbicara yang baik, tidak dengan kata-kata yang kasar, yang membuat orang lain marah atau sakit hati.

4)      Dalam bertindak, mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi. Atau, dalam bertindak, tidak egois yang selalu mementingkan diri sendiri.

5)      Dan lain-lain.

 Adapun perbuatan yang membuat hidup kita tidak rukun.

1)      Berbuat lebih mengedepankan emosi atau cepat marah bukan akal sehat.

2)      Tidak menghargai orang lain dan atau menganggap diri sendiri paling benar dan paling pintar.

3)      Suka mencela dan mengolok-olok teman. Perbuatan mengolok atau mencela sering kali menjadi pemicu suatu pertengkaran atau perkelahian.

4)      Suka berbicara kasar dan merendahkan orang lain.

5)      Dan lain-lain.

 Aspek Fiqih

Zakat Infaq dan Shadaqah

1.      Zakat

a.       Pengertian zakat adalah mengambil sebagian harta dengan ketentuan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu. Menurut kewajiban melakukannya, zakat adalah amal ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap muslim yang dikenai kewajiban membayar zakat dan diberikan kepada 8 golongan masyarakat.  Zakat memurnikan harta, mensucikan hati orang yang mengeluarkannya dan menambah keberkahan hartanya. Zakat hukumnya wajib. Merupakan rukun Islam yang jika ditinggalkan menjadi dosa besar. Bahkan orang yang meninggalkan zakat dengan mengingkari kewajibannya, ia bisa murtad dari agama Islam. Karenanya, Abu Bakar Ash Shiddiq memerangi orang yang menolak membayar zakat.

b.      Macam-Macam Zakat

Mengeluarkan zakat adalah wajib bagi umat Islam yang mampu. Tahukah kalian, kewajiban umat Islam bukan hanya mengeluarkan zakat fitrah di bulan Ramadan atau  menjelang Idul Fitri, tetapi mengeluarkan zakat māl (zakat harta) jika telah mencapai  batas jumlah tertentu dalam satu tahun (nisāb).

1)       Zakat Fitrah

a)      Pengertian Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah mengeluarkan beras atau bahan makanan pokok lainnya sebesar 2,5 kilogram atau 3,5 liter tiap orang. Beras atau bahan makanan pokok yang telah terkumpul tersebut akan dibagikan oleh amil zakat (petugas pengumpul zakat) kepada orang-orang yang tidak mampu. Biasanya para amil zakat membagikan zakat fitrah menjelang Idul Fitri agar orang yang tidak mampu dapat bergembira bersama  menikmati Hari Raya Idul Fitri.

Jadi, zakat fitrah sangat menolong  orang yang tidak mampu (baik mereka yang  meminta maupun yang tidak meminta).  Kita juga ikut menggembirakan mereka untuk bersama-sama merayakan Idul Fitri.  Waktu membayar zakat fitrah boleh dilakukan mulai tanggal satu Ramadan sampai menjelang salat Idul Fitri.

b)      Orang yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah

Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, yaitu sebagai berikut.

1)      Beragama Islam, laki-laki dan perempuan, sejak usia bayi, anak-anak, atau lanjut usia.

2)      Memiliki penghasilan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Zakat fitrah untuk anak-anak menjadi tanggungan orang tua mereka.

3)      Orang itu masih hidup sampai akhir Ramadan.


2)      Zakat Māl

a)      Pengertian Zakat Māl

Zakat mal disebut juga zakat harta, yaitu mengeluarkan sebagian harta kekayaan yang dimilikinya apabila telah mencapai nisab. Pengertian nisab adalah lama waktu suatu harta menjadi milik seseorang dalam jumlah tertentu. Misalnya, jika seseorang muslim memiliki 85 gram emas selama satu tahun, zakat yang harus dikeluarkan 2,5%; atau jika harga emas satu gram Rp400.000,- nilai nisabnya adalah: 85 gram X Rp400.000,- = Rp34.000.000,-. Zakat yang harus dikeluarkan 2,5% dari Rp34.000.000 = Rp850.000,-.

Zakat māl dimaksudkan untuk membersihkan harta yang dimiliki karena di dalam harta itu ada hak fakir miskin.

b)      Syarat Wajib Zakat Māl

Syarat wajib zakat māl seperti berikut.

1)      Pemilik harta adalah orang Islam.

2)      Pemilik harta telah balig dan berakal (tidak gila).

3)      Harta tersebut termasuk dari jenis-jenis harta yang wajib dizakati.

4)      Harta tersebut telah mencapai satu tahun.

5)      Harta tersebut milik sendiri.

6)      Jenis Harta yang Dizakati

c)      Jenis harta yang wajib dizakatkan seperti berikut.

1)      Perhiasan emas dan perak yang disimpan.

2)      Uang simpanan yang telah mencapai satu tahun.

3)      Harta atau uang yang diperoleh dari usaha berdagang atau bekerja.

4)      Hasil pertanian, misalnya padi dan palawija.

5)      Binatang ternak, misalnya kambing, sapi, dan kerbau.

6)      Barang temuan, misalnya perhiasan, uang logam yang terbuat dari emas, atau guci yang tinggi nilainya.

d)     Orang yang Berhak Menerima Zakat

Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahiq zakat. Allah Swt. telah menetapkan golongan orang yang berhak menerima zakat dalam firman-Nya Q.S. at-Taubah/9:60 berikut ini.

۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ٦٠

 

Artinya:” Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”( Q.S. at-Taubah/9:60)

 Penjelasan delapan golongan orang yang berhak menerima zakat.

1)      Orang fakir, yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai tenaga dan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2)      Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

3)      Pengurus zakat (amil), yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

4)      Mualaf, yaitu orang yang bukan Islam (non-Islam) yang berkeinginan masuk Islam, untuk masuk Islam, dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5)      Orang berutang, yaitu orang yang berutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan ia tidak sanggup membayarnya. Orang yang berutang untuk memelihara persatuan umat Islam.

6)      Orang yang berjuang pada jalan Allah (fisabilillah), yaitu orang yang berjuang untuk keperluan pertahanan Islam di zaman Nabi Muhammad saw. Fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum, seperti mendirikan masjid, musalah, sekolah/madrasah, rumah sakit, dan sebagainya.

7)      Hamba sahaya, yaitu budak yang harus dimerdekakan.

8)      Ibnu sabil, yaitu seorang anak yang sedang menuntut ilmu, namun kesulitan dalam pembiayaan.

e)      Hikmah Berzakat

1)       Membersihkan harta dan jiwa pembayar zakat dari sifat kikir, tamak atau rakus;

2)      Membantu orang yang kesusahan atau kesulitan dari segi ekonomi.

3)      Mendorong manusia untuk berjiwa sosial dan peduli kepada sesama.

4)      Mendorong manusia untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab atas harta yang dimilikinya.

5)      Mengingatkan manusia, bahwa harta dan kekayaan hanyalah titipan dari Allah  Swt.


2.      Infak & Sedekah

 a.      Makna Infak dan Sedekah

Berinfak dan bersedekah dapat dilakukan kapan saja dan dapat mempergunakan uang atau barang. Untuk lebih paham lagi, marilah kita cermati  pengertian infak dan sedekah. Kata infak diambil dari akar kata: nafaqa yang berarti keluar. Sementara dalam kamus Arab ”Al-Azhar” kata ‘infak’ berarti perihal  menafkahkan atau membelanjakan. Pengertian di atas didukung oleh firman Allah Swt. dalam Q.S. a¯-Talaq/65:7  berikut ini:

لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا ࣖ ٧

Artinya:”Hendaklah orang yang lapang (rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah kelak akan menganugerahkan kelapangan setelah kesempitan.”  (Q.S. at-Talaq/65:7)

 

Jadi, infak (infaq) diartikan mengeluarkan/menyerahkan sesuatu harta benda sesuai dengan kemampuannya. Allah Swt. tidak membebani seseorang untuk berinfak melainkan sesuai dengan rezeki yang diperolehnya dari Allah Swt. Yakinlah, bahwa Allah Swt. akan mengganti apa yang telah diinfakkan dengan berlipat ganda.

 

Barang yang kita infakkan atau sumbangkan jangan takut berkurang, bahkan Allah Swt. berjanji akan menggantinya. Seperti firman-Nya di dalam Q.S. as-Saba’ 34:39 berikut ini:

قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٣٩

Artinya : “ Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (Q.S. as-Saba’/34:39

 Sedekah berasal dari akar kata șadaqa berarti sesuatu yang benar atau jujur.

Definisi sedekah adalah suatu pemberian yang dilakukan seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga sedekah dapat diartikan sebagai suatu pemberian yang dilakukan seseorang sebagai kebajikan yang hanya mengharap pahala dan rida Allah Swt. semata.

Bersedekah tidak hanya berupa harta benda, tetapi bisa berupa jasa dan tindakan. Misalnya, tersenyum kepada sahabat atau gurumu adalah sedekah. Atau, jika di dekat rumahmu ada masjid yang sedang dibangun. Ternyata kamu tidak bisa menyumbang uang dan barang, kamu bisa juga bersedekah tenaga.

 Untuk lebih memahami makna infak dan sedekah cermatilah perbedaan keduanya berikut ini.


Infaq

Shadaqah

Kata infak mengandung  pengertian pemberian yang  bersifat materi, yaitu: harta atau benda yang diberikan kepada  orang lain sesuai dengan kemampuan.

Sedekah memiliki arti lebih luas dari infak, yaitu: pemberian barang atau jasa, yang bersifat materi dan nonmateri. Contoh nonmateri, yaitu memberikan jasa, mengajarkan ilmu pengetahuan, memberi nasihat, senyuman, dan mendoakan orang lain.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak beberapa hikmah berinfak dan  bersedekah berikut ini.

Oang yang bersedekah akan dimudahkan Allah Swt. dalam usahanya mencari  rezeki.
  1.  Bersedekah adalah sebagai wujud syukur akan nikmat yang Allah Swt. berikan.
  2.  Allah Swt. akan menambah rezeki orang yang berinfak dan bersedekah.
  3.  Allah Swt. akan memperhatikan dan menjaga orang yang berinfak dan bersedekah, serta tidak menyia-nyiakan atau membiarkannya.
  4.  Malaikat akan mendoakan kebaikan kepada orang yang gemar bersedekah.
  5.  Hati orang yang berinfak dan bersedekah tenang dan tenteram, jauh dari kegelisahan, stres dan penyakit kejiwaan lainnya.
  6.  Orang yang berinfak dan bersedekah mendapat pahala dari Allah Swt. bahkan, Nabi Muhammad saw. bersabda sebagai berikut. ”Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan anak  saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim).
  7. Orang yang berinfak dan bersedekah akan dihapus sebagian dari dosanya.

Seperti firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Baqarah/2:271 berikut:

i)       اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٧١

Artinya :”Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah/2:271

 

b.      Persamaaan Zakat, Infaq dan Sedekah

Di antara persamaan zakat, infaq dan sedekah adalah sebagai berikut:

  1. Ketiganya merupakan pemberian kepada orang lain
  2. Ketiganya merupakan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah
  3. Ketiganya sama-sama mendatangkan pahala

 c.       Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu;

1)      Zakat itu sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima.

2)      Infaq : sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi)

3)      Sedekah: lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas pada materi saja.

4)      Perbedaan Zakat, Infaq dan Sedekah

5)      Zakat hukumnya wajib, sedangkan infaq dan sedekah hukumnya sunnah

6)      Zakat hanya sah jika diberikan kepada yang berhak menerima zakat (mustahik), sedangkan infaq dan sedekah bisa diberikan kepada siapa saja

7)      Besaran zakat harus sesuai dengan ketentuan, sedangkan infaq dan sedekah besarannya bebas

8)      Zakat dan infaq berupa harta atau materi, sedangkan sedekah bisa berbentuk selain harta (misalnya perbuatan)

9)      Zakat merupakan rukun Islam sedangkan infaq dan sedekah bukan termasuk rukun Islam

 d.      Hikmah Zakat , Infaq dan Shadaqah

1)      Dengan mengeluarkan sedekah/infak/zakat sebetulnya untuk bekal investasi nanti di akhirat bahkan akan dijauhkan dari musibah.

2)      Rasulpun menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat akan terhindar dari marabahaya/musibah.

3)      Bahkan zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa,

4)      memurnikan jiwa

5)      menumbuhkan akhlak mulia,

6)      menjadi murah hati,

7)      peka terhadap rasa kemanusiaan

8)      mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah.

9)      tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.

 Aspek Tarikh dan Akhlaq

1.      Nabi Yunus a.s

Nabi Yunus a.s. adalah salah satu nabi yang mengalami kehidupan dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus a.s. adalah pembawa ajaran tauhid. Beliau menyesali tindakannya karena meninggalkan umat yang tidak mau bersujud kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa. Beliau berdoa dengan nada penyesalan di dalam perut ikan, seperti telah dijelaskan di dalam Q.S. al-'Anbiya':87 yaitu:

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧

Artinya: ”Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. al-Anbiya' 21:87)

 Nabi Yunus bin Matta diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada penduduk ”Ninawa” di wilayah Maushil, Irak. Penduduk kampung ”Ninawa” berpaling dari jalan Allah Swt. dan menyembah berhala. Oleh sebab itu, Allah Swt. ingin memberi petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus. Allah Swt. mengutus  

Nabi Yunus a.s. untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain  Allah Swt. Seruan Nabi Yunus a.s. untuk menyembah Allah Swt. ditolak penduduk ”Ninawa”.  Mereka tetap memilih menyembah berhala. Mereka lebih memilih kekafiran dan  kesesatan daripada keimanan. Mereka mendustakan Nabi Yunus a.s. mengolok-olok, dan  menghinanya.  Setelah lama menghadapi mereka, Nabi Yunus a.s. pun marah kepada  kaumnya dan tidak berharap lagi keimanan mereka.

 Allah Swt. pun mewahyukan kepada Nabi Yunus a.s. untuk membimbing kaumnya. Allah Swt. memberi tahu bahwa akan mengazab umat Nabi Yunus setelah berlalu tiga hari. Lalu, Nabi Yunus menyampaikan perihal azab itu kepada kaumnya, kemudian ia pergi meninggalkan mereka.

 Kaum Nabi Yunus a.s. telah mengetahui azab Allah Swt. akan datang. Mereka melihat Nabi Yunus a.s. telah pergi meninggalkannya. Dengan demikian, mereka yakin azab akan turun. Maka, mereka segera bertaubat kepada Allah Swt., dan menyesali sikap mereka selama ini. Ketika itu, mereka berdoa memohon ampun kepada Allah Swt. agar azab itu diangkat dari mereka. Allah Swt. menjauhi azab itu dari mereka karena kesungguhan doanya.

 Allah Swt. berfirman di dalam Q.S. Yµnus/10:98

فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ ٩٨

Artinya: ”Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab  yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (Q.S. Yunus/10:98)

 Nabi Yunus a.s. tetap meninggalkan kampung kaumnya karena marah, padahal Allah Swt. belum mengizinkannya. Nabi Yunus a.s. pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Pada saat Yunus berada di atas kapal, ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam.

 Melihat keadaan demikian, nakhoda kapal meminta barang-barang yang berat dilempar ke laut untuk meringankan beban. Setelah barang-barang berat dilempar ke laut, ternyata, kapal itu tetap  saja oleng hampir tenggelam, para penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar seseorang ke laut.

 Mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada diri Nabi Yunus a.s., tetapi mereka tidak mau jika Nabi Yunus a.s. harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata jatuh kepada Nabi Yunus a.s. lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Maka Nabi Yunus a.s. bangkit dan melepas bajunya, kemudian melemparkan dirinya ke laut.

 Pada saat yang bersamaan Nabi Yunus a.s. melompat dari kapal, Allah Swt. telah mengirimkan ikan paus besar yang langsung menelan Nabi Yunus a.s. dengan tidak merobek dagingnya atau mematahkan tulangnya. Nabi Yunus a.s. pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu. Dalam riwayat dikisahkan, bahwa Nabi Yunus a.s. berada dalam tiga kegelapan; kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. Kita tidak perlu mempermasalahkan berapa lama Nabi Yunus a.s. berada di dalam perut ikan paus tersebut.

 Hikmah dari kisah Nabi Yunus a.s.

a.       Ketika  diuji Allah Swt. dan harus melompat ke dalam lautan yang dalam demi keselamatan penumpang kapal yang kelebihan muatan.

b.      Kita bisa membayangkan, bagaimana susahnya bernapas di kegelapan perut ikan yang berenang di lautan dalam nan gelap. Namun, Nabi Yunus a.s. tetap ingat kepada Allah Swt.

c.       dan memanjatkan doa kepada-Nya. Singkat kisah, Nabi Yunus a.s. selamat sampai ke tepian berkat kasih sayang Allah Swt.

 

2.      Kisah Keteladanan Nabi Zakaria a.s.

Pengharapan panjang Nabi Zakaria a.s. untuk mendapatkan keturunan tidak pernah  surut. Nabi Zakaria a.s. yang taat beribadah terus berdoa tidak putus-putusnya kepada Allah Swt., hingga akhirnya membuahkan hasil. Suatu saat, Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Zakaria a.s. sehingga ia memperoleh anak walaupun usianya telah tua. Anaknya itu diberi nama Yahya. Sebagai manusia, Nabi Zakaria a.s. ingin agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi ke generasi sepanjang Allah Swt. mengizinkannya.

 Nabi Zakaria a.s. khawatir, bahwa bila ia wafat tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan kemunkaran dan kemaksiatan, bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Nabi Musa a.s. dengan menambah atau mengurangi isi kitab Tauratsekehendak hati mereka.

 Sebagai orang yang diserahi amanah untuk melindungi Maryam binti Imran, Nabi Zakaria a.s. tiap hari pergi ke mihrab melakukan ¡alat sambil menjenguk Maryam. Nabi Zakaria a.s. mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan terhadap Maryam diterima nabi Zakaria a.s. melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab.

 Suatu hari ketika Nabi Zakaria a.s. datang ke mihrab, ia melihat Maryam di salah satu sudut mihrab sedang șalat (sujud), di depannya terlihat berbagai jenis buah-buahan musim panas. Dalam hati, Nabi Zakaria a.s. bertanya-tanya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas itu, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Nabi Zakaria a.s. tidak sabar menanti Maryam selesai sujud. Setelah Maryam selesai șalat, didekati Nabi Zakaria a.s. untuk menanyakan tentang asal muasal buah-buahan kepadanya: "Hei Maryam, dari manakah engkau mendapati buah-buahan ini semua?" Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah Swt. yang aku dapat tanpa dicari dan diminta. Di kala matahari terbit, aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada di depan mataku, demikian pula bila matahari terbenam. Mengapa Bapak merasa heran dan takjub? Bukankah Allah Swt. berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"

 Suatu peristiwa yang menakjubkan, Allah Swt. memberi tanda-tanda kehamilan isteri Nabi Zakaria a.s., bahwa mulutnya tidak akan bisa berbicara selama tiga hari dengan sesama manusia – padahal ia  tidak sakit. Isteri Nabi Zakaria a.s. hanya bisa berbicara isyarat dengan tangan atau lainnya untuk memahamkan orang. Selama tiga hari itu, ia harus memperbanyak bertasbih, bertahmid di waktu pagi dan petang. Allah Swt. memberi seorang anak kepada Nabi Zakaria a.s. Anak yang diberi nama Yahya itu kelak dapat meneruskan dakwah Nabi Zakaria a.s.

Hikmah  kisah Nabi Zakaria a.s. dapat dijadikan teladan.

  1. Untuk memperoleh keinginan,
  2. kita harus berusaha dan terus berdoa dengan ikhlas.
  3. Kita tidak boleh putus asa.
  4. Setiap cobaan yang Allah Swt. datangkan, tentu ada hikmah yang terkandung di dalamnya.


3.      Kisah Keteladanan Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi menceritakan tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang ditidurkan oleh Allah Swt. selama 309 tahun. Kisah Ashabul Kahfi dapat kita temui dalam Q.S. al-Kahf/18:13.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ  ١٣

Artinya: ”Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (Q.S. al-Kahf/18:13)

 Ashabul Kahfi merupakan kisah perjuangan tujuh orang pemuda yang menyelamatkan keyakinannya kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka hidup di negeri Syam yang dikuasai bangsa Romawi. Saat itu, Syam diperintah oleh gubernur Romawi yang amat kejam, Daqianus namanya. Daqianus ialah seorang penyembah berhala yang amat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika orang suruhan Daqianus menemukan anggota masyarakat yang tidak menyembah berhala seperti yang dilakukan Daqianus, mereka akan dibawa ke hadapan Daqianus.

Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah Swt., yang meyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt. semata. Mereka teguh di atas keyakinan yang benar. Meskipun bertentangan dengan mayoritas masyarakat ketika itu. Ashabul Kahfi mengambil keputusan untuk  enghindari kejaran Daqianus dengan cara bersembunyi di gua.Demi menyelamatkan akidah dan keyakinan mereka. Sebelumnya mereka berdoa kepada Allah Swt.

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا ١٠

Artinya: “(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, ”Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Q.S. al-Kahf/18:10)

Lalu, Allah Swt. pun mengabulkan doa mereka dan memudahkan urusan mereka. Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang cukup luas sehingga mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah Swt. juga menidurkan mereka di dalam gua tersebut selama 309 tahun sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apa pun.

 Ashabul Kahfi tidur di dalam gua mendapat perlindungan dan penjagaan dari Allah Swt. Sinar matahari tidak masuk ke dalam gua, sehingga tidak langsung mengenai tubuh mereka. Akibatnya, tubuh mereka tidak rusak. Dengan demikian, mereka pun tidak merasa kepanasan dengan sengatan sinar matahari. Bahkan, Allah Swt. menjadikan orang yang melihat Ashabul Kahfi mengira bahwa mereka dalam keadaan terbangun. Ketika Allah Swt. membangunkan Ashabul Kahfi, salah satu dari mereka pergi ke kota dengan membawa uang untuk membeli makanan. Apa yang didapati salah saorang Ashabul Kahfi tersebut? Ternyata ia mendapati negeri (yaitu negeri Daqianus) sudah berubah, penduduk dan pemerintah pun telah berganti. Penduduk tidak mengenali mereka, juga tidak seorang pun yang dia kenal dari penduduk negeri tersebut.


Demikianlah kisah Ashabul Kahfi yang beriman kepada Allah Swt. dan jujur dengan keimanannya tersebut. Allah Swt. balas keimanan dan kejujuran mereka dengan menyelamatkan dan memuliakan mereka dengan menjadikan mereka sebagai teladan bagi orang-orang yang beriman hingga akhir zaman.

 Hikmah kisah Ashabul-Kahfi

a.       Oleh sebab itu, sebagai anak muslim, kita harus memiliki sikap teguh pendirian terhadap keyakinan yang benar. Seperti yang dicontohkan Ashabul Kahfi yang berusaha untuk menyelamatkan akidahnya (keimanannya) kepada Allah Swt.  

b.      Kita harus yakin, bahwa orang yang beriman dapat perlindungan dari Allah Swt. Hal itu diperlihat Allah Swt. yang melindungi Ashabul Kahfi tersebut.

Komentar

  1. Terimakasih atas rangkuman materi yg lengkap ini semoga semakin sukses terus berkembang dan sll bermanfaat bagi kami.aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar