Kelas 6 BAB 5

Skor Anda: 0/100

 
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kalian diharapkan mampu:
  1. Menyebutkan nasab dan gelar Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab
  2. Menjelaskan dakwah Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab
  3. Menjelaskan jasa-jasa Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab
  4. Membuat paparan tentang jasa-jasa Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab
  5. Bersikap dan berkarakter dari keteladanan Khulafaurrasyidin
Peta Konsep


Kata Kunci
# Khalifah #dakwah # Khulafaurrasyidin # Keteladanan # Kisah # Jasa # Ajaran Khulafaurrasyidin


Ayo Siap-Siap Belajar
Sebelum mulai belajar, silahkan siapkan alat tulis kalian, kemudian duduklah dengan rapi dan awali dengan berdoa kepada Allah Swt., agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat!
    Di kelas 5, kalian telah mempelajari materi tentang Khulafaurrasyidin. Sahabat Nabi yang termasuk Khulafaurrasyidin antara lain; Abu Bakar al-Ṣiddiq, Umar bin Khattab, Uṡman bin Affan, dan Ali bin Abi Ṭalib. Pada materi pelajaran kali ini kita akan mempelajari tentang jasa-jasa Khulafaurrasyidin terhadap perkembangan agama Islam yakni jasa-jasa khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq dan Umar bin Khattab dalam mengembangkan dan menegakkan agama Islam?

Renungkanlah!
    Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijrah, saat waktu ḍuha Rasulullah saw. wafat. Kesedihan melanda Madinah dan sekitarnya. Para sahabat dan kaum muslimin dirundung kesedihan yang mendalam, sampai-sampai Umar bin Khatab marah dan berpidato di hadapan orang banyak. “Sesungguhnya beberapa orang munaik beranggapan bahwa Rasulullah saw akan meninggal dunia. Sesungguhnya beliau tidak meninggal dunia, tetapi pergi ke hadapan Rabbnya seperti yang dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya selama empat puluh hari, lalu kembali lagi kepada mereka setelah dianggap meninggal dunia. Demi Allah, Rasulullah saw benar-benar akan kembali. Maka tangan dan kaki orang-orang yang beranggapan beliau meninggal, hendaknya dipotong.
    Abu Bakar mendatangi kerumunan orang yang mendengarkan kemarahan  Umar bin Khatab. Ia membentak Umar bin Khatab. “Duduklah wahai Umar!” Umar tidak mau duduk, tapi perhatian orang-orang mulai beralih kepada Abu Bakar.
    Abu Bakar berkata. “Barang siapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia.Tetapi, barang siapa di antara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal.”
Allah Swt berirman dalam Q.S Ali ‘Imran/3: 144:

Artinya: Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (Q.S Ali ‘Imron/3: 144)
    Setelah mendengar ayat yang dibacakan oleh Abu Bakar, semua orang tersadarkan bahkan Umar bin Khatab pun menangis, dan ambruk, ke tanah.

A. Abu Bakar al-Ṣiddiq
Cermati gambar berikut !
Gambar 5.1 Para Sahabat sedang bermusyawarah

Aktivitasku
Dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 159 terdapat perintah Allah tentang musyawarah.
Perintah ini diamalkan dalam Pancasila sebagai dasar negara. Tulislah bentuk-bentuk musyawarah yang pernah kalian lakukan!

1. Nasab dan Gelar Abu Bakar
    Masa Jahiliyah, sebelum memeluk Islam, Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah dan setelah memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasulullah saw. dengan sebutan Abdullah. Beliau adalah seorang laki-laki yang segera masuk Islam Ketika Muhammad sahabat dekatnya diangkat menjadi Nabi oleh Allah Swt. Oleh karena itu, beliau diberi nama Abu Bakar. Abu artinya Bapak. Bakar artinya dengan segera.
    Abu Bakar dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Umi Al-Khair yang semula bernama Salma binti Ṣakhir bin Amir. Sedangkan, ayahnya Bernama Abu Qahafah yang semula bernama Uṡman bin Amir.
    Abu Bakar diberi gelar al-Ṣiddiq (sangat benar) dari Allah Swt. melalui lisan Nabi saw. karena dia selalu membenarkan apa yang dibawa atau disampaikan oleh Rasulullah saw.
Perlu kalian tahu kisah gelar al-Ṣiddiq.
    Saat Nabi saw melakukan Isrā Mi’raj ke Masjid al-Aqsha, orang-orang memperbincangkan cerita itu. Sebagian orang yang sudah beriman mendengar cerita itu, kembali murtad. Mereka melaporkan cerita itu kepada Abu Bakar. “ Apakah engkau berada di pihak sahabatmu itu, yang mengaku bahwa ia telah melakukan perjalanan pada malam hari ke Baitul Maqdis?” 
Abu Bakar menjawab. “Apakah benar ia (Muhammad saw) mengatakan demikian?”
Mereka menjawab. “Ya”
“Jika memang ia telah mengatakannya, ia benar,” tegas Abu Bakar.
“Engkau membenarkan ia pergi di malam hari ke Baitul Maqdis, dan telah datang lagi sebelum subuh?”
“ Ya, dan aku akan terus membenarkan meskipun beliau mengatakan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkan dengan kabar langit, baik di pagi maupun malam hari,” jawab Abu Bakar.
    Sejak saat itulah Abu Bakar dijuluki dengan al-Ṣiddiq. Ali bin Abi Ṭalib mengatakan dan bersumpah “ Allah menurunkan nama Abu Bakar dari langit: al-Ṣiddiq”

2. Dakwah Abu Bakar al-Ṣiddiq
  1. Gambar 5.2 Abu Bakar Membebaskan Bilal
    Ketika Muhammad saw, sahabat dekatnya mengabarkan bahwa ia telah diangkat sebagai Nabi olehAllah Swt. Abu Bakar (saat itu masih bernama Abdul Ka’bah) segera beriman kepada Allah dan mempercayai atas kenabian Muhammad saw. Abu Bakar terus berdakwah bersama Nabi saw. mengajak sahabat dekatnya memelukIslam di antaranya: Uṡman, Zubair, Talhah, Abdurahman, dan Sa’ad ibn Abi Waqas. Abu Bakar dengan hartanya memerdekakan tujuh Budak yang disiksa karena memeluk Islam di antaranya: Bilal, Ammar, dan Zunairah.
  2. Membenarkan peristiwa Isrā Mi’raj. Saat orang-orang kembali murtad karena tidak percaya atas Isrā dan Mi’raj Nabi saw, Abu Bakar dengan tegas mengatakan “Aku akan terus membenarkan meskipun beliau mengatakan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkan dengan kabar langit, baik di pagi maupun malam hari.”
  3. Berhijrah di masa-masa akhir, saat kemarahan kair Quraisy memuncak dan fokus mereka tertuju kepada orang-orang muslim yang masih tersisa di Makkah, Abu Bakar mengatur strategi untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Ia berhijrah berdua bersama Muhammad saw. bersembunyi beberapa hari di sebuah gua sempit, sekaligus menjadi saksi terjadinya mukjizat dari Allah atas diri Nabi saw. 
  4. Saat Rasulullah saw. wafat, para sahabat dan kaum muslimin dirundung sedih mendalam. Keimanan kaum muslimin dalam krisis. Abu Bakar tampil dengan tegar menenangkan mereka dengan kalimat yang menyadarkan keimanan yang mulai goyah. “Barang siapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi, barang siapa di antara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal.”
3. Abu Bakar Menjadi Khalifah
a. Menjaga Persatuan Kaum Muslimin 
    Setelah Nabi saw wafat, kaum Ansar dan Muhajirin berkumpul di rumah Sa’ad ibn Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah. Mereka bermusyawarah dari siang sampai Senin malam 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijrah. Semua yang hadir akhirnya sepakat mengangkat dan membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah.
Gambar 5.3 Abu Bakar Berpidato
    Selasa, 13 Rab’ul Awwal 11 Hijrah, Umar bin Khattab berpidato. “Sesungguhnya Allah telah menjadikan urusan kepemimpinan kalian kepada orang terbaik di antara kalian, seorang sahabat Rasulullah saw, orang kedua dari dua orang Ketika mereka berada di gua. Karena itu, berdirilah dan baiatlah ia!”
    Saat Abu Bakar naik ke mimbar, ia tidak melihat kehadiran Zubair. Abu Bakar berkata, “Panggilkan Zubair!“ Setelah Zubair datang, Abu Bakar Berkata, “Wahai anak bibi Rasululullah, apakah engkau ingin persatuan kaum muslimin pecah?” Zubair menjawab, ”Tidak, wahai khalifah Rasulullah.” Kemudian Zubair membaiat Abu Bakar.
    Abu Bakar tidak melihat kehadrian Ali bin Abi Ṭalib, “Panggilkan Ali bin Abi Ṭalib!” Setelah Ali datang, Abu Bakar berkata, “Wahai sepupu Rasulullah yang telah dinikahkan Rasulullah dengan putrinya, apakah engkau ingin persatuan kaum muslimin pecah?” Ali bin Abi Ṭalib menjawab,”Tidak ada cela, wahai Khalifah Rasulullah saw.” Ali bin Abi Ṭalib pun membaiat Abu Bakar.

b. Membangkitkan Kepercayaan Diri Kaum Muslimin
    Abu Bakar menjadi khalifah di saat krisis. Kaum muslimin kehilangan kepercayaan diri, putus asa. Untuk membangkitkan kekuatan kaum muslimin, Abu Bakar memulai dari mengobarkan semangat
Gambar 5.4 Abu Bakar menjadi khalifah

pasukan militer, melanjutkan ekspedisi pasukan militer pimpinan Usamah bin Zaid yang tertunda karena sakitnya sampai wafatnya Rasulullah saw. Walaupun banyak yang kurang setuju, Abu Bakar tetap bersikukuh. Allah memberkahi, ekspedisi ribuan pasukan Usamah bin Zaid dengan membawa 11 panji Rasulullah saw mampu menggetarkan daerah-daerah yang dilewati. Kaum muslimin yang semula merasa putus asa kembali bangkit kepercayaan dirinya. Pasukan Usamah mampu membuat ketar-ketir kabilah yang semula berniat memisahkan diri dari barisan kaum muslimin. Mereka berpikir bahwa jika kaum muslimin lemah, tidak mungkin mampu memberangkatkan pasukan yang besar di masa sulit.

c. Menegakkan Keimanan dan Hukum
    Orang munafik adalah orang mulutnya bersyahadatain, tapi hati dan perbuatannya tidak mengikuti ajaran Rasulullah saw, bahkan hatinya membenci Islam.
   Saat Nabi saw. masih hidup, orang-orang munafik tidak menunjukkan kemunafikannya. Namun, ketika Rasullah saw. wafat, mereka menampakkan dirinya dan kembali murtad. Ada yang menentang tidak membayar zakat, ada pula yang bersekutu menjadi pengikut nabi palsu.
    Abu Bakar, khalifah penerus Rasulullah saw. Ia dihadapkan dengan krisis akidah dan hukum. Oleh sebab itu, ia menetapkan beberapa kebijakan di antaranya:
  1. Menumpas pemberontakan kaum munafik yang dipimpin para nabi palsu seperti Musyailamah al-Kazzab dan Aswad al-Ansi.
  2. Menumpas pengkhianatan orang-orang murtad yang tersebar di seluruh Jazirah Arab, baik Timur, Barat, Utara, maupun Selatan. Tindakan tegas Abu Bakar berhasil mengembalikan kesadaran dan keimanan mereka kepada Islam yang sudah dipeluknya, sehingga Jazirah Arab terbebas dari riddah atau pemurtadan masal.
  3. Menegakkan syariat Islam (hukum) yakni tidak memisahkan kewajiban salat dengan zakat. Memberantas orang-orang yang menghasut ummat untuk menolak membayar zakat. Abu Bakar menegaskan bahwa zakat adalah haknya harta.
d. Kodifikasi Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
    Dalam peristiwa Yamamah penghafal Qur’an gugur mencapai 700 orang. Oleh sebab itu, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq agar mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu musḥaf. Umar bin Khattab takut Al-Qur’an akan hilang karena para penghafalnya semakin berkurang.
Gambar 5.5 Kodifikasi Al-Qur’an
    
Khalifah Abu Bakar menerima usulan Umar bin Khattab. Ia menugaskan Zaid bin Ṡabit menjadi pengumpul Al-Qur’an. Kemudian, Zaid bin Ṡabit mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, tulang, kulit hewan, lempengan batu, dan dari para penghafal Al-Qur’an.
    Sahabat yang sudah bisa membaca dan menulis membudayakan tulis menulis pada masa Rasulullah saw. Zaid bin Ṡabit salah satu dari ratusan sahabat yang senantiasa menulis ayat-ayat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
    Lembaran-lembaran hasil pengumpulan Al-Qur’an disimpan Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq, sampai ia meninggal dunia. Kemudian berpindah kepada Umar bin Khattab sampai ia pun meninggal. Sepeninggal Umar bin Khattab, kumpulan Al-Qur’an dipegang oleh Hafsah binti Umar.
  Peran Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq dalam pengumpulan Al-Qur’an merupakan jasa dan kemaslahatan terbesar dalam agama Islam. Ia telah menunaikan amanah Rasulullah saw. “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat” (HR. al-Bukhari) “Janganlah kamu menulis dariku selain AlQur’an. Dan barang siapa yang menulis dariku selain Al-Qur’an, maka  hendaklah ia menghapusnya.” (HR. Muslim dan Abu Said Al-Khudri). Hadis ini mengisyaratkan bahwa ketika di masa turunnya wahyu, Rasulullah saw. melarang para sahabat menulis (Hadis) selain Al-Qur’an. Rasulullah melarang karena khawatir bercapur baurnya Al-Qur’an dan Hadis, demi terpeliharanya keaslian Al-Qur’an. 
    Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddiq wafat Senin malam, tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H dalam usia 63 tahun. Abu Bakar menjadi khalifah selama  2 tahun. Ia menderita sakit panas selama 15 hari. Kalimat terakhir yang diucapakan sebelum wafat, “Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh” (Q.S Yusuf/12: 101)

Aktivitasku
Setelah membaca dan mempelajari kisah Abu Bakar al-Ṣiddiq dalam menjaga persatuan kaum Muslimin, maka patut kiranya mendiskusikan bersama teman-teman tentang apa yang bisa dilakukan untuk mejaga dan memelihara persatuan Umat Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Soal Pilihan Ganda
Skor Anda: 0/100

Komentar