🔁 6. Perbedaan & Hubungan Deep Learning dengan Kurikulum Pendidikan Indonesia

🔁 6. Perbedaan & Hubungan Deep Learning dengan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Konsep Deep Learning dalam pendidikan adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman bermakna, berpikir kritis, refleksi, dan aplikasi nyata dalam kehidupan. Meskipun istilah ini baru muncul dalam diskursus pendidikan Indonesia beberapa tahun terakhir, nilai-nilainya memiliki kesamaan dengan semangat pendidikan nasional yang menekankan karakter, moral, dan keutuhan manusia seutuhnya.

📘 Hubungan dengan Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan paradigma baru dalam pendidikan Indonesia yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi, berbasis proyek (P5), dan penguatan kompetensi dasar siswa. Deep Learning sangat selaras dengan kurikulum ini karena keduanya:

  • Mendorong pembelajaran bermakna dan bukan sekadar hafalan.
  • Mengutamakan proses belajar yang reflektif dan fleksibel.
  • Mengembangkan kompetensi abad 21: berpikir kritis, kolaborasi, dan kemandirian.
  • Berfokus pada pembentukan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila.

Menurut Kemendikbudristek (2023), deep learning menjadi fondasi pedagogis dari Kurikulum Merdeka karena mampu menghidupkan prinsip belajar yang mindful, meaningful, dan joyful.

🔍 Perbedaan dengan Kurikulum Sebelumnya

Untuk memahami posisi deep learning dalam sistem pendidikan Indonesia, berikut ini perbandingan dengan kurikulum-kurikulum sejak kemerdekaan khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI):

Kurikulum Ciri Umum Karakteristik PAI Hubungan dengan Deep Learning
1947 (Rentjana Pelajaran) Pendidikan sebagai alat perjuangan dan pembentukan karakter bangsa Penanaman moral dan etika, hafalan ayat/hadis Berkonsep nilai, namun belum berbasis eksplorasi makna dan refleksi
1968 Disiplin nasional; berorientasi pada isi PAI bersifat dogmatis, berbasis hafalan dan ketaatan formal Tidak sejalan dengan prinsip partisipatif dan reflektif deep learning
1975 – 1994 Tujuan Instruksional Umum dan Khusus (TIK/TU) PAI mulai sistematis tapi tetap berpusat pada guru Mulai membuka ruang konsep, tetapi siswa masih pasif
2004 (KBK) Berbasis kompetensi, mengutamakan proses PAI mengajak siswa berpikir dan diskusi, tetapi belum reflektif Semakin mendekati praktik deep learning tapi belum optimal
2006 (KTSP) Otonomi sekolah, silabus sendiri PAI fleksibel, banyak variasi pendekatan Dapat diadaptasi menuju deep learning, bergantung guru
2013 (K-13) Pendekatan saintifik, penilaian autentik PAI berbasis diskusi, proyek, dan nilai karakter Cukup dekat dengan deep learning tapi masih terjebak formalitas penilaian
Kurikulum Merdeka (2022–sekarang) Fleksibel, diferensiasi, P5 PAI integratif, berbasis refleksi, dialog, dan aksi nyata Deep learning menjadi dasar pendekatan pembelajaran PAI

🧭 Kesimpulan dan Analisis

Dari perjalanan panjang kurikulum Indonesia, dapat disimpulkan bahwa konsep deep learning merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari berbagai pendekatan sebelumnya. Khusus dalam Pendidikan Agama Islam, deep learning menjadi jembatan untuk:

  • Menginternalisasi nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis secara reflektif, bukan hanya melalui hafalan.
  • Menghubungkan ajaran Islam dengan kehidupan nyata siswa secara kontekstual.
  • Menumbuhkan akhlak mulia melalui pembelajaran berbasis pengalaman dan projek sosial.

Deep learning mengubah posisi guru dari pusat informasi menjadi fasilitator pertumbuhan iman dan akhlak, serta menjadikan siswa subjek aktif dalam memahami, merasakan, dan mengamalkan nilai-nilai agama. Hal ini sangat sejalan dengan semangat PAI sebagai pendidikan nilai dan pembentuk karakter bangsa.

Sumber Referensi:

  • Kemendikbudristek. (2023). Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk PAUD, SD, SMP.
  • Muslich, Masnur. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Direktorat GTK Dikdas. (2022). Dokumen Kurikulum Merdeka dan Panduan P5.
  • Tilaar, H.A.R. (2000). Rekonstruksi Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia.
  • Hasbullah. (2012). Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo.

Komentar