🧠 Fokus Kompetensi dan Prinsip Pembelajaran Deep Learning
🧠 Fokus Kompetensi dan Prinsip Pembelajaran Deep Learning
Pendekatan Deep Learning dalam konteks pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Ditjen PAUD Dikdasmen, diarahkan untuk membekali peserta didik dengan kompetensi utuh yang tidak hanya mencakup aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Ini sejalan dengan misi penguatan Profil Pelajar Pancasila serta tantangan abad ke-21 yang menuntut siswa memiliki kemampuan adaptif, reflektif, dan kolaboratif.
🎯 Fokus Kompetensi
Pembelajaran mendalam tidak cukup hanya melatih siswa agar tahu dan paham, tetapi juga agar mampu menggunakan pengetahuannya dalam berbagai situasi dan konteks. Oleh karena itu, deep learning menekankan pada pengembangan kompetensi sebagai berikut:
- Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah: Siswa diajak untuk mengidentifikasi isu, menganalisis informasi, mengevaluasi sumber, dan menghasilkan solusi berdasarkan alasan yang logis.
- Kreativitas dan Inovasi: Pembelajaran menstimulus keberanian siswa untuk mengemukakan ide baru, bereksperimen, dan menciptakan karya autentik.
- Kolaborasi dan Komunikasi: Siswa bekerja dalam tim, saling menghargai, membangun ide bersama, dan menyampaikan gagasan secara efektif, baik lisan maupun tulisan.
- Refleksi dan Pembelajaran Sepanjang Hayat: Siswa dilatih untuk mengamati proses belajar mereka sendiri, mengenali kelebihan dan kekurangan, dan terus tumbuh sebagai pembelajar mandiri.
- Pengembangan Karakter: Tidak hanya cerdas secara intelektual, siswa juga ditumbuhkan karakter jujur, tanggung jawab, gotong royong, peduli, dan cinta tanah air.
📌 Prinsip Pembelajaran Deep Learning
Agar proses pembelajaran deep learning berjalan optimal, Kemendikbudristek mengembangkan tiga prinsip utama, yang sering disingkat sebagai Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning. Berikut penjelasan lengkapnya:
-
Mindful Learning (Belajar dengan Kesadaran Penuh):
Guru merancang pembelajaran dengan memperhatikan latar belakang, minat, kebutuhan, dan kesiapan belajar setiap peserta didik. Suasana belajar diciptakan agar ramah emosi, mendorong rasa aman, percaya diri, dan terbuka untuk bertanya maupun berekspresi. Pembelajaran mindful juga mendorong guru dan siswa untuk hadir secara utuh, tidak terburu-buru, dan tidak terjebak pada rutinitas formalitas belaka.
-
Meaningful Learning (Belajar yang Bermakna):
Pembelajaran dirancang agar siswa tidak sekadar mengingat informasi, tetapi menemukan makna dari apa yang mereka pelajari. Materi dihubungkan dengan kehidupan nyata, pengalaman pribadi, isu lokal maupun global, sehingga pembelajaran tidak terasa abstrak atau asing. Melalui konteks yang relevan, siswa lebih mudah memahami konsep, mengaitkannya, dan mengaplikasikannya dalam situasi nyata.
-
Joyful Learning (Belajar dengan Gembira):
Suasana kelas dibuat menyenangkan dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Pembelajaran yang terlalu kaku dan menegangkan justru menghambat partisipasi siswa. Dalam pembelajaran joyful, siswa diajak bermain sambil belajar, berdiskusi, mengeksplorasi proyek, dan menikmati prosesnya. Guru tidak hanya mengajar untuk hasil, tetapi juga membangun hubungan positif dan pengalaman belajar yang berkesan.
Ketiga prinsip ini saling melengkapi dan membentuk fondasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang transformatif. Deep learning yang mindful, meaningful, dan joyful akan menghidupkan proses pembelajaran sebagai ruang tumbuh, bukan hanya ruang uji kompetensi. Inilah yang menjadi semangat dari transformasi pendidikan yang tengah dijalankan Kemendikbudristek melalui kurikulum yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan murid.
Komentar
Posting Komentar